tag:blogger.com,1999:blog-41476589422603494402024-03-05T11:12:03.061+07:00Zlatan Unforgotten HistoryRendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.comBlogger30125tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-39543060928971068252011-03-31T10:40:00.002+07:002011-03-31T10:40:51.274+07:00Perang BosniaPerang Bosnia (Perang Bosnia dan Herzegovina) adalah sebuah konflik bersenjata internasional yang terjadi pada Maret 1992 dan November 1995. Perang ini melibatkan beberapa pihak. Konflik ini melibatkan Bosnia dan Republik Federal Yugoslavia (kemudian berganti nama menjadi Serbia dan Montenegro)[1] begitupula Kroasia.<br />
Perang antara etnis Serbia Bosnia dengan etnis Kroat Bosnia<br />
Bosnia dan Herzegovina (1991)<br />
Perang antara etnis Serbia dengan etnis Kroasia terjadi pada awal tahun 1992 akibat tidak menentunya situasi di wilayah Bosnia Herzegovina. Aksi-aksi dari pihak Kroasia terhadap pihak Serbia Bosnia Herzegovina atau sebaliknya telah mengawali perang antara etnis Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia. Pecahnya konflik bersenjata antara pihak Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia dimulai dari serangan pihak Kroat Bosnia, di bawah pimpinan dari golongan ekstrim kanan Kroasia, terhadap penduduk Serbia Bosnia di desa Sijekovac dekat kota Bosanski Brod (bagian utara Bosnia Herzegovina) yang menewaskan 29 orang penduduk sipil Serbia Bosnia Herzegovina, 7 orang wanita Serbia Bosnia menderita perkosaan dan 3 di antaranya dibunuh.<br />
Peristiwa tersebut dilakukan oleh 35 orang kelompok bersenjata Garda Kroasia/pasukan Kroasia di bawah pimpinan Dobrosav Paraga, yang berakibat memicu terjadinya perang antara pihak Kroat Bosnia dengan Serbia Bosnia. Selanjutnya pertempuran antara Serbia Bosnia dengan Kroat Bosnia tidak saja terjadi di bagian utara wilayah Bosnia Herzegovina akan tetapi juga di wilayah-wilayah lainnya dimana terdapat kepentingan yang sama antara Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia.<br />
Perang antara etnis Serbia Bosnia dengan Muslim Bosnia<br />
Situasi politik yang tegang, pernyataan-pernyataan para anggota pimpinan ketiga golongan etnis yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dari hari ke hari makin mempertegang situasi, namun keadaan masih tetap di bawah kontrol. Api perang tersulut, konflik bersenjata tidak terhindarkan lagi setelah terjadi pembunuhan terhadap seorang etnis Serbia yang sedang menikahkan putranya tanggal 30 Maret 1992 di pusat kota Sarajevo.<br />
Pada saat acara pernikahan gereja selesai dan iring-iringan sedang menuju tempat parkir kendaraan di depan gereja, pada saat itu beberapa tembakan telah dilepaskan ke arah iring-iringan mempelai tersebut yang menewaskan ayah mempelai putra dan melukai pendeta yang memberkahi perknikahan tersebut. Dalam kejadian tersebut bendera/panji-panji bangsa Serbia yang dibawa salah seorang rombongan dirampas dan dikoyak-koyak oleh si penyerang yang berhasil melarikan diri.<br />
Akan tetapi hari berikutnya si penyerang berhasil ditangkap dan ternyata adalah dari etnis Muslim Bosnia. Situasi tersebut telah mengakibatkan ketegangan di kalangan penduduk. Pasukan-pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia mencoba bertindak sebagai penengah, namun, tidak berhasil, malah pos-pos dan tangsi-tangsi Angkatan Bersenjata Yugoslavia di blokade, rintangan-rintangan jalanan dipasang oleh fihak Muslim dan Kroasia yang semenjak semula sudah membentuk koalisi Serbia dan Angkatan Bersenjata Yugoslavia, skenario yang terjadi di Slovenia dan Kroasia terulang, peperangan sporadis, pecah dimana-mana.<br />
Klimaks konflik terjadi setelah Masyarakat Eropa dan AS mengakui Bosnia Herzegovina sebagai negara merdeka dan berdaulat. Hal ini telah mendorong pimpinan Bosnia-Herzegovina yang terdiri dari etnis Muslim & Kroat menuduh etnis Serbia Bosnia yang sebagai "agresor" terhadap negara merdeka dan berdaulat Republik Bosnia Herzegovina. Pertempuran antara pihak Serbia Bosnia dengan Muslim Bosnia berkecamuk kembali terutama di wilayah Sarajevo, wilayah utara Bosnia Herzegovina dan wilayah bagian timur Bosnia Herzegovina.<br />
Pertempuran sengit yang masih terus berlanjut antara pasukan Muslim Bosnia dengan Serbia Bosnia adalah pertempuran untuk memperebutkan tempat strategis di Foca (suatu kota di wilayah bagian selatan Sarajevo yang menghubungkan garis logistik pasukan Muslim dari Bosnia Timur ke Sarajevo) dan perebutan titik kuat di bukit Jablanica dan bukit Igman yang terletak dipinggiran kota Sarajevo. Dari tempat-tempat strategis tersebut di atas akan dapat menguasai Sarajevo secara keseluruhan. Pertempuran yang terus berlanjut antara Muslim Bosnia Herzegovina dengan Serbia Bosnia Herzegovina di Sarajevo tersebut menjadikan perundingan penyelesaian krisis di Bosnia Herzegovina di antara Faksi-Faksi yang bertikai di Jenewa menjadi tertunda.<br />
Perang antara Serbia Bosnia dengan aliansi Kroat Bosnia dan Muslim Bosnia<br />
Dalam upaya politik antara Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia telah terbentuk koalisi sejak proses pemisahan diri Republik Bosnia Herzegovina dari Yugoslavia. Keadaan tersebut juga diikuti di bidang militer dimana terjadi aliansi antara kekuatan militer Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia untuk mengimbangi kekuatan Serbia Bosnia.<br />
Penyelesaian krisis di wilayah Bosnia Herzegovina melalui perundingan yang tidak menghasilkan sesuatu untuk menghentikan krisis Bosnia Herzegovina telah mendorong konflik bersenjata di lapangan antara pihak Serbia Bosnia dengan Muslim-Kroat Bosnia semakin meluas untuk mencapai kepentingan-kepentingannya. Dalam perang saudara, perang antar etnis dan agama yang terjadi di Bosnia Herzegovina banyak diwarnai oleh pertempuran-pertempuran antara pasukan Serbia Bosnia dengan pasukan Muslim-Kroat. Front pertempuran timbul di seluruh wilayah Bosnia Herzegovina.<br />
Pertempuran antara pihak Serbia Bosnia Herzegovina dengan Muslim-Kroat bertambah sengit karena pihak Muslim-Kroat mendapat bantuan kekuatan dari tentara reguler Republik Kroasia yang diperkirakan sekitar 40.000 orang dan tentara-tentara asing (Mujahidin). Kekuatan yang berimbang tersebut mengakibatkan alotnya pertempuran namun pada akhirnya pihak Serbia Bosnia lebih banyak memenangkan pertempuran-pertempuran, karena pasukan Serbia Bosnia lebih terorganisir baik dari segi personil maupun perlengkapan militer.<br />
Hasil pertempuran ternyata hampir 2/3 wilayah Bosnia Herzegovina telah dikuasai oleh pasukan Serbia Bosnia selama 28 bulan terakhir dalam konflik bersenjata yang ada di Bosnia Herzegovina. Akibat perang Serbia Bosnia dengan Muslim-Kroat telah menimbulkan korban yang sangat besar jumlahnya yang diperkirakan ratusan ribu tewas (penduduk sipil maupun militer). Gencatan senjata yang disetujui antara pihak Serbia Bosnia Herzegovina dengan Muslim-Kroasia tidak pernah dilaksanakan akibat banyaknya formasi-formasi militer yang tidak di bawah komando tentara reguler yang ada di Bosnia Herzegovina dan juga diperkirakan akibat kurangnya pengaruh pimpinan politik terhadap pihak-pihak militer.<br />
Perkembangan situasi politik di Bosnia Herzegovina turut mempengaruhi perkembangan situasi militer. Kegagalan-kegagalan usaha-usaha perdamaian yang disponsori oleh masyarakat internasional telah mendorong meningkatnya pertempuran-pertempuran di antara pihak-pihak yang bertikai di Bosnia Herzegovina. Persetujuan-persetujuan gencatan senjata tidak mampu menghentikan perang yang berkobar di antara pihak-pihak yang bertikai terutama antara pasukan Muslim Bosnia bersama-sama dengan Kroat Bosnia melawan pasukan Serbia Bosnia.<br />
Meningkatnya pertempuran antara pasukan Muslim Bosnia dan Kroat Bosnia melawan pasukan Serbia Bosnia, antara lain di samping sebagai akibat terbentuknya Federasi Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia sesuai inisiatip Washington pada bulan Maret 1994, juga dikarenakan adanya persetujuan-persetujuan gencatan senjata yang tidak dipatuhi oleh pihak-pihak yang bertikai. Dengan kata lain, satu pihak mematuhi akan tetapi pihak lainnya melakukan pelanggaran-pelanggaran dan memanfaatkan gencatan senjata sebagai momentum yang baik untuk melancarkan operasi-operasi militernya.<br />
Daerah-daerah konflik yang paling sengit antara pasukan Muslim dan Kroat Bosnia melawan Serbia Bosnia terjadi di daerah-daerah strategis utamanya di Gunung Ozren (sebelah utara kota Sarajevo), kota Brcko (bagian utara Bosnia Herzegovina), Gorazde, Maglaj dan Olovo, akhirnya meluas ke wilayah Sarajevo yaitu di kota Vares (lebih kurang 40 km dari Sarajevo). Dalam pertempuran tersebut pasukan Muslim Kroat berusaha untuk merebut wilayah-wilayahnya yang hilang selama terjadinya krisis di Bosnia Herzegovina 2 tahun sebelumnya karena pasukan Serbia Bosnia telah menguasai hampir 2/3 wilayah Bosnia Herzegovina selama pertempuran-pertempuran dengan pihak Muslim Bosnia maupun pihak Kroat Bosnia.<br />
Perang etnis Muslim Bosnia dengan etnis Kroat Bosnia<br />
Meskipun antara etnis Muslim dengan Kroat telah membentuk koalisi, akan tetapi pada prinsipnya kedua kelompok tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda dalam krisis di Bosnia Herzegovina. Persekutuan Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia hanya merupakan upaya untuk mencapai tujuan masing-masing. Pihak Kroat Bosnia mempunyai cita-cita untuk menyatukan Bosnia Herzegovina dengan Kroasia ataupun memisahkan wilayah dimana terdapat etnis Kroat Bosnia untuk selanjutnya bergabung dengan Republik Kroasia.<br />
Dilain pihak Faksi Muslim Bosnia menghendaki Bosnia Herzegovina sebagai negara kesatuan dan menentang pembagian Bosnia Herzegovina kedalam bentuk apapun serta bercita-cita untuk membentuk Negara Islam. Konflik bersenjata antara Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia tidak terlepas dari gagasan Cyrus Vance dan Lord R. Owen untuk membagi wilayah Bosnia Herzegovina kedalam 10 Propinsi dimana di antaranya terdapat 3 Propinsi bersama antara penduduk Muslim dan penduduk Kroat. Aspirasi dari “Rencana Vance – Owen” tersebut lah yang memicu terjadinya perang antara Faksi Muslim dengan Kroat yang sejak semula mempunyai kepentingan yang berbeda dalam krisis Bosnia Herzegovina.<br />
Terjadinya perang antara Faksi Muslim Bosnia dan Kroat Bosnia di Bosnia Tengah yang terus berkecamuk, di antaranya adalah untuk mendominasi potensi-potensi ekonomi dan militer di wilayah bersama antara penduduk Muslim dan Kroat. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa perang yang paling sengit terjadi di kota-kota dimana terdapat lahan-lahan pabrik senjata ataupun industri-industri militer. Akibat perang tersebut tidak saja menimbulkan korban dikalangan penduduk maupun militer akan tetapi industri-industri militer tersebut turut pula mengalami kehancuran.<br />
Oleh sebab itu perang antara Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia secara tidak langsung ikut menghancurkan potensi militer di Bosnia Tengah. Situasi pertempuran antara pasukan Muslim Bosnia Herzegovina dengan Kroasia Bosnia Herzegovina pada awalnya kemenangan di pihak Kroasia Bosnia Herzegovina akan tetapi dalam posisi terakhir pasukan Muslim Bosnia Herzegovina dapat memukul pasukan Kroasia Bosnia Herzegovina dimana pasukan Muslim Bosnia telah mendapat perkuatan dari pasukan-pasukan sukarelawan asing (khususnya Mujahidin yang diperkirakan berjumlah 3.000 orang) dan mulai menguasai kota-kota penting di Bosnia Tengah. Pertempuran antara Kroat Bosnia dengan Muslim Bosnia di Bosnia Tengah telah menimbulkan korban dan pengungsian penduduk besar-besaran dari wilayah tersebut yang sering disebut dengan istilah “ethnic cleansing”.<br />
Pertikaian antar Muslim di Bosnia Barat<br />
Yugoslavia (awal 1994)<br />
Setelah Konferensi-Konferensi mengenai Perdamaian tentang Bosnia Herzegovina gagal, akhirnya pada tanggal 27 September 1993, Cazin-Krajina, daerah kantong Muslim yang paling besar di bagian barat Bosnia Herzegovina telah diproklamirkan dan ditetapkan sebagai Propinsi Otonomi Bosnia Barat (Autonomous Province of Western Bosnia). Proklamasi Propinsi Otonomi Bosnia Barat dilakukan dengan suara bulat oleh 400 delegasi dalam suatu Sidang Konstitusional Parlemen di Velika Kladusa (kota terbesar di wilayah Cazin-Krajina). Badan yang sama juga memilih dengan suara bulat Fikret Abdic sebagai Presiden APWB. Proklamasi ini ditentang oleh pemimpin Muslim Bosnia, Alija Izetbegovic, yang memerintahkan pasukannya untuk menindak Fikret Abdic sehingga menimbulkan pecahnya perang di kalangan Muslim sendiri yaitu antara Faksi Muslim Bosnia Herzegovina pengikut Alija Izetbegovic melawan pengikut Muslim moderat Fikret Abdic.<br />
Upaya-upaya pihak Muslim Bosnia Herzegovina pimpinan Alija Izetbegovic dalam menyelesaikan perselisihannya dengan pimpinan Muslim Bosnia Herzegovina Barat pimpinan Fikret Abdic baik secara persuasip maupun dengan kekerasan tetap tidak dapat menghentikan sikap Muslim Bosnia Herzegovina Barat yang telah memproklamirkan dirinya sebagai Propinsi Otonomi Bosnia Barat. Kondisi tersebut telah mendorong semakin sengitnya pertempuran kedua belah pihak yang mengakibatkan jatuhnya korban di pihak masing-masing.<br />
Perkembangan yang menarik dari konflik antar Muslim Bosnia Herzegovina bagian barat tersebut adalah adanya sikap pasukan Alija Izetbegovic yang tidak sepenuhnya bertempur menghadapi pasukan pimpinan Fikret Abdic bahkan tidak sedikit pasukan-pasukan pimpinan Alija Izetbegovic yang menyeberang ke pihak Fikret Abdic. Kondisi tersebut telah memaksa banyaknya pergantian-pergantian unsur pimpinan militer Alija Izetbegovic di Bosnia Herzegovina Barat.<br />
Sejarah Konflik di Bosnia<br />
Wilayah Bosnia yang terletak di jantung dari Federasi Yugoslavia, yang menjadi daerah perebutan pengaruh sejak zaman Kerajaan Austro-Hungaria melawan pengaruh Kerajaan Turki pada saat Kekaisaran “Ottoman”. Bubarnya Yugoslavia lama, tampaknya oleh negara-negara sekitarnya maupun dari negara-negara Big Power/luar menginginkan agar “Yugoslavia mini” ini ikut bubar. Adanya pemerintahan yang diatur bergilir oleh tiga etnis dominant di Bosnia (Muslim, Serbia dan Kroat), ikut menambah kerawanan negeri ini, karena pengaruh pada salah satu etnis dari negara tetangga ataupun dari luar, dapat segera membakar kearah pertikaian.<br />
Penguasaan Bosnia secara bulat oleh Republik-Republik di sekitarnya ataupun menjadi suatu negara yang berdasarkan konstitusi Islam, akan dipandang cukup membahayakan negara-negara Eropa. Dilihat dari segi Sosial Budaya maka keberadaan tiga etnis dominan yang terdiri dari 3 suku yang berbasis pada agama yang berbeda, setelah kesadaran beragama mulai terusik sedangkan UUD-nya tidak mengatur tentang kerukunan hidup beragama karena tidak adanya suatu idiologi yang mengikat kesadaran berbangsa, maka perbedaan di antara penduduk semakin tajam. Perbedaan ini menjadi bertambah berbahaya ketika pimpinan politik dan pengaruh luar ikut mengeksploitir kekuasaan berdasarkan etnis dan agama ini.<br />
Pada saat Tito berkuasa, mereka dipersatukan oleh kepemimpinan Tito yang kharismatik, program “Unity and Brotherhood” yang cukup baik sehingga wilayah ini menjadi sangat potensial bagi keberadaan Yugoslavia pada waktu itu. Dari kacamata ekonomi, kekayaan alam dan bahan tambang yang dikandung dalam wilayah Bosnia Herzegovina, merupakan daya tarik lainnya bagi siapa yang menguasai wilayah ini. Hampir 80% medan gunung-gunung dengan sungai yang berjeram merupakan daerah yang menguntungkan bagi penyediaan listrik tenaga air (Hydropower plant). Demikian juga kekayaan akan tambang bauxit, magnesium, asbes, dalomit, batubara, minyak, lignite, garam dan lain-lain, merupakan tambang yang potensial bagi berjalannya industrialisasi. Sewaktu Tito berkuasa, wilayah ini kemudian menjadi pilihan ditempatkannya lebih dari 60% pabrik-pabrik Yugoslavia.<br />
Oleh sebab itu Bosnia Herzegovina merupakan mesin utama bagi jalannya perindustrian Yugoslavia. Daerah-daerah industri yang ada di Bosnia Herzegovina di antaranya ialah Pabrik senjata artileri dan mortir di Novitravnik, Pabrik tank/kendaraan lapis baja di Bosanki Brod, Oil Refinery di Slavonski Brod, Pabrik aluminium dan pesawat terbang di Mostar, Pabrik bahan kimia di Sabac dan Tuzla, Pabrik senjata ringan “Pretis” di Vogasca (dekat Sarajevo), Pabrik senjata dan munisi “Igman” di Konjic, Pabrik kimia, mesin, ranjau, tambang batubara dan lignite di Tuzla, Pabrik besi dan baja di Zenica, Pabrik minyak roket, bahan ledak, bubuk mesiu di Vitez, Pabrik munisi di Gorazde, Pabrik battery di Luskovac, Pabrik perlengkapan militer di Foca dan Capljina dan lain-lain. Kota dimana pabrik-pabrik serta wilayah tambang tersebut di atas pada umumnya di dalam kekuasaan etnis Muslim dan etnis Kroat, sehingga saat itu merupakan daerah perebutan kekuasaan (trouble spot). Beberapa di antaranya dilindungi oleh PBB/UNPROFOR untuk mencegah penghancuran daerah-daerah krisis tersebut.<br />
Dari pandangan Strategi Militer, keberadaan pabrik-pabrik bagi keperluan militer yang lebih dari 60% berada di wilayah Bosnia Herzegovina merupakan daya tarik utama akan penguasaan wilayah ini. Pada masa Tito berkuasa, dengan pertimbangan keamanan, dan perlindungan alam yang baik maka Bosnia Herzegovina dipilih untuk kedudukan wilayah industri militer, karena dipandang aman dari ancaman Pakta Warsawa maupun Pakta NATO. Ditinjau dari segi etnis, bahasa dan sosial budaya, Yugoslavia sebagai negara “sosialis self-management” merupakan tujuan utama bagi ahli-ahli / para teknokrat eks Pakta Warsawa untuk keluar dari Uni Soviet. Tidak mustahil bila mereka berhasil masuk ke Yugoslavia dalam keadaan bersatu, maka Yugoslavia akan dapat menjadi negara super power di bidang pertahanan dan keamanan dikemudian hari.<br />
Dengan terpusatnya industri militer Yugoslavia berada di Bosnia Herzegovina, maka ahli-ahli tersebut dikhawatirkan akan berada di wilayah ini. Untuk mencegah hal tersebut negara-negara “Big Power” terutama dari Blok Barat, tentunya menjadikan wilayah Bosnia Herzegovina sebagai wilayah kepentingannya. Di sisi lain dengan bubarnya Pakta Warsawa maka Eropa dikhawatirkan akan kebanjiran stock senjata eks Blok Timur, yang akan bermuara pada meningkatnya organisasi senjata secara liar di Eropa dan selanjutnya akan membahayakan keamanan Eropa. Dengan adanya perang Bosnia maka aliran senjata lebih tersebut secara tidak langsung akan mengarah ke wilayah ini. Dengan menumpuknya beberapa kepentingan di wilayah Bosnia Herzegovina maka wilayah ini layak untuk disebut daerah rawan atau titik kritis bagi negara-negara di Eropa.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-81813268275806094812011-03-31T10:09:00.000+07:002011-03-31T10:09:33.186+07:00Perang VietnamPerang Vietnam, juga disebut Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yaitu Komunis dan Liberal.<br />
Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan USSR dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang merupakan negara komunis.<br />
Jumlah korban yang meninggal diperkirakan adalah 280.000 di pihak Selatan dan 1.000.000 di pihak Utara.<br />
Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan komunitas Vietnam yang cukup besar.<br />
Setelah berakhirnya perang ini, kedua Vietnam tersebut pun pada akhirnya bersatu pada tahun 1976.<br />
Salah satu korban paling terkenal dari Perang Vietnam adalah Kim Phuc<br />
Latar belakang<br />
Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan pada tahun 938. Setelah bebas dari belenggu penjajahan Tiongkok, Vietnam tidak berhenti menentang serangan pihak asing.<br />
Pada abad ke-19, Vietnam menjadi wilayah jajahan Perancis. Perancis menguasai Vietnam setelah melakukan beberapa perang kolonial di Indochina mulai dari tahun 1840-an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi kebangkitan Britania Raya dan kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-rempah untuk menggerakkan industri di Perancis untuk menyaingi penguasaan industri Britania Raya.<br />
Semasa pemerintahan Perancis, golongan rakyat Vietnam dibakar semangat nasionalisme dan ingin kemerdekaan dari Perancis. Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok-kelompok nasionalis, tetapi usaha mereka gagal. Pada tahun 1919, semasa Perjanjian Versailles dirundingkan, Ho Chi Minh meminta untuk bersama-sama membuat perundingan agar Vietnam dapat merdeka. Permintaannya ditolak dan Vietnam serta seluruh Indochina terus menjadi jajahan Perancis.<br />
Kelompok Viet Minh akhirnya mendapat dukungan populer dan berhasil mengusir Perancis dari Vietnam. Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai oleh Jepang. Pemerintah Perancis Vichy bekerjasama dengan Jepang yang mengantar tentara ke Indochina sebagai pasukan yang berkuasa secara de facto di kawasan tersebut. Pemerintah Perancis Vichy tetap menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai tahun 1944 ketika Perancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu menaklukan Perancis dan jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai pemimpin Perancis.<br />
Setelah pemerintah Perancis Vichy tumbang, pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan pergerakan nasionalis di kalangan rakyat Vietnam. Pada akhir Perang Dunia II, Vietnam diberikan kemerdekaan oleh pihak Jepang. Ho Chí Minh kembali ke Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh kekuasaan asing. Ia menerima bantuan kelompok OSS (yang akan berubah menjadi CIA nantinya).<br />
Pada akhir Perang Dunia II, pergerakan Viet Minh di bawah pimpinan Ho Chí Minh berhasil membebaskan Vietnam dari tangan penjajah, tetapi keberhasilan itu hanya berlangsung sebentar. Pihak Jepang menangkap pemerintah Perancis dan memberikan Vietnam satu bentuk “kemerdekaan” sebagai bagian dari rancangan Jepang untuk "membebaskan" bumi Asia dari penjajahan barat. Banyak bangunan diserahkan kepada kelompok-kelompok nasionalis.<br />
Beberapa peristiwa<br />
9 Februari 1965 - Pasukan kombat Amerika Serikat pertama dikirim ke Vietnam Selatan.<br />
30 Januari 1968 - Serangan Tet<br />
5 Februari 1968 - Pertempuran Khe Sanh dimulai.<br />
11 Februari 1973 - Tahanan perang Amerika Serikat pertama dibebaskan oleh Viet Cong.<br />
27 Februari 1973 - Persetujuan Damai Paris secara resmi mengakhiri Perang Vietnam.<br />
29 Maret 1973 - Pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-24486370196944612672011-03-31T10:08:00.002+07:002011-03-31T10:08:13.510+07:00Perang BubatPerang Bubat adalah perang yang kemungkinan pernah terjadi pada masa pemerintahan raja Majapahit, Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada. Persitiwa ini melibatkan Mahapatih Gajah Mada dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat pada abad ke-14 di sekitar tahun 1360 M. Sumber-sumber tertua yang bisa dijadikan rujukan mengenai adanya perang ini terutama adalah Kidung Sunda dan Kidung Sundayana yang berasal dari Bali.Daftar isi [sembunyikan]<br />
1 Rencana pernikahan<br />
2 Kesalah-pahaman<br />
3 Gugurnya rombongan Sunda<br />
4 Sumber<br />
5 Lihat pula<br />
Rencana pernikahan<br />
Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit; yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.<br />
Namun catatan sejarah Pajajaran yang ditulis Saleh Danasasmita dan Naskah Perang Bubat yang ditulis Yoseph Iskandar menyebutkan bahwa niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit, dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajyatajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.<br />
Hayam Wuruk memutuskan untuk memperistri Dyah Pitaloka. Atas restu dari keluarga kerajaan, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamarnya. Upacara pernikahan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubuminya yaitu Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, diantaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara.<br />
Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Berangkatlah Linggabuana bersama rombongan Sunda ke Majapahit, dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat. <br />
Kesalah-pahaman<br />
Melihat Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit, maka timbul niat lain dari Mahapatih Gajah Mada yaitu untuk menguasai Kerajaan Sunda, sebab untuk memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya tersebut, maka dari seluruh kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan hanya kerajaan Sunda lah yang belum dikuasai Majapahit. Dengan makksud tersebut dibuatlah alasan oleh Gajah Mada yang menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat sebagai bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit, sesuai dengan Sumpah Palapa yang pernah ia ucapkan pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta. Ia mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan mengakui superioritas' Majapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri menurut Kidung Sundayana disebutkan bimbang atas permasalah tersebut, karena Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.<br />
Gugurnya rombongan Sunda<br />
Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gajah Mada. Perselisihan ini diakhiri dengan dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap dalam posisi semula.<br />
Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri dan pejabat kerajaan Sunda, serta putri Dyah Pitaloka.<br />
Hayam Wuruk menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan (darmadyaksa) dari Bali - yang saat itu berada di Majapahit untuk menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka - untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda, serta menyampaikan bahwa semua peristiwa ini akan dimuat dalam Kidung Sunda atau Kidung Sundayana (di Bali dikenal sebagai Geguritan Sunda) agar diambil hikmahnya.<br />
Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang. Gajah Mada sendiri tetap menjabat Mahapatih sampai wafatnya (1364). Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan esti larangan ti kaluaran, yang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak timur negeri Sunda (Majapahit).Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-68851563946657974602011-03-24T10:20:00.000+07:002011-03-24T10:20:04.677+07:00Perang KarbalaPertempuran Karbala terjadi pada tanggal 10 Muharram, tahun ke-61 dari kalender Islam (9 atau 10 Oktober 680)[1][2] diKarbala, yang sekarang terletak di Irak. Pertempuran terjadi antara pendukung dan keluarga dari cucu Muhammad, Husain bin Alidengan pasukan militer yang dikirim oleh Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah saat itu.<br />
Pihak Husain terdiri dari anggota-anggota terhormat keluarga dekat Muhammad, sekitar 128 orang. Husain dan beberapa anggota juga diikuti oleh beberapa wanita dan anak-anak dari keluarganya. Di pihak lain, pasukan bersenjata Yazid I yang dipimpin olehUmar bin Sa'ad berjumlah 4.000-10.000.<br />
Pertempuran ini kemudian diperingati setiap tahunnya selama 10 hari yang dilakukan pada bulan Muharram oleh Muslim Syi'ahseperti halnya segolongan Sunni, dimana puncaknya pada hari kesepuluh, Hari Asyura.[3]<br />
<br />
Sebelum Peperangan<br />
Sebelum wafatnya, Muawiyah bin Abu Sufyan berwasiat bahwa kekhalifahan berikutnya akan dipegang oleh anaknya, Yazid bin Mu'awiyah. Hal ini telah melanggar perjanjian Mu'awiyah dengan Imam Hasan bin Ali, kakak dari Imam Husayn. Selain itu, dalam wasiatnya kepada Yazid, Mu'awiyah juga menyebutkan, bahwa kelak akan ada yang menolak atau tidak membay'atnya. Diantara mereka yang disebutkan Mu'awiyah adalah:<br />
Abdur Rahman bin Abu Bakr. Menurut Mu'awiyah, dia tergolong orang yang mudah diubah pikirannya. Dengan harta dia bisa berubah pikiran.<br />
Abdullah bin Umar. Menurut Mu'awiyah, dia tergolong orang yang tidak akan mengganggu kekhalifahan anaknya, karena Ibn 'Umar adalah orang yang anti-duniawi. Dia akan meninggalkan perkara ini (kekhalifahan) karena menganggap ini adalah perkara yang kotor.<br />
Abdullah bin Zubayr.<br />
Abdullah bin Abbas. Dia dan Ibn Zubayr menurut Mu'awiyah akan menentang kekhalifahan Yazid.<br />
Imam Husain bin Ali. Sudah pasti menurut Mu'awiyah, akan menjadi penentang utama kekhalifahan Yazid karena hanya dialah keluarga Nabi Muhammad SAW. yang masih hidup.<br />
Lantas, setelah wafat ayahnya, Yazid memerintahkan Walid bin Utbah, Gubernur Madinah, untuk meminta bai'atnya Imam Husayn kepada Yazid. Tentu saja hal in ditolak, dengan kata-katanya yang terkenal Orang-orang seperti ku tidak akan pernah membayat orang-orang seperti dia (Yazid)<br />
Lalu, tahu kalau Walid akan terus memaksanya, pada tanggal 28 Rajab 60 H, Imam Husayn pergi ke Mekkah selama 6 bulan. Selama tinggal di Mekkah, Imam Husayn menerima banyak surat dari Kufah, untuk datang kesana menjadi Imam karena tidak adanya Imam di Kufah. Imam Husayn pun mengirim keponakannya, Muslim bin Aqil ke Kufah, untuk memastikan apakah mereka benar-benar membutuhkan Imam atau tidak.<br />
Sesaimpainya di Kufah, Muslim diterima dengan baik, dan hampir seluruh warganya membai'at Imam Husayn melaluinya. Muslim mengirim surat kepada Imam Husayn yang menyatakan bahwa Kufah aman untuk Imam Husayn. Namun, setelah kedatangan Gubernur baru, 'Ubaydullah ibn Ziyad, semunya langsung berubah. Muslim dan teman-temannya langsung dibunuh pada 9 Dzul Hijja 60 H, tanpa ada protes dari rakyat Kufah. Imam Husayn pun mendapat ancaman pemubunuhan dari Yazid melalui 'Amr bin Sa'ad bin al-'Ash. Namun, Imam Husayn sudah pergi dari Mekkah pada tanggal 8 Dzul Hijja, sehingga pembunuhan terhadapnya pun gagal.<br />
Mendengar kepergiannya menuju Kufah, Ibn 'Abbas dan Ibn Zubayr menemuinya dan meminta untuk jangan pergi ke Kufah. Mereka mengetahui rencana Yazid yang sebenarnya. Namun Imam Husayn menolak. Ima Husayn tetap bersikeras untuk pergi ke Kufah. Dalam perjalanan menuju Kufah, barula Imam Husayn menerima kabar bahwa keponakannya, Muslim, sudah syahid di tangan Ibn Ziyad. Dibanding kembali ke Madinah, Imam husayn tetap melanjutkan perjalanan menuju Kufah, hingga dicegat oleh tentara Ummayyah yang masih dikomandoi oleh Hurr ibn Yazid pada saat itu.<br />
Ketika di Karbala<br />
Imam Husayn dan rombongannya sampai di Karbala pada tanggal 2 Muharram 61 H. Ketika itu, Imam Husayn dicegat oleh 1.000 pasukan di bawah komando Hurr ibn Yazid. Ketika itu Imam Husayn berkata akan kembali ke Madinah apabila diperbolehkan oleh Hurr, namun Hurr menolak.<br />
Setelah menerima kabar bahwa Imam Husayn dan rombongannya berhenti di Karbala, lalu Ibn Ziyad menunjuk Umar bin Sa'ad ibn Abi Waqqash sebagai komandan perang melawan Imam Husayn. Pada awalnya, Ibn Sa'd menolak, namun, setelah ditekan oleh Ibn Ziyad, dengan terpaksa ia mau. Selian itu, Ibn Sa'd juga menerima perintah, untuk memulai perang pada 6 Muharram dan untuk memutus akses rombongan Imam Husayn dari air dari sungai Eufrat. Lantas, rombongan Imam Husayn tidak dapat air hingga 10 Muharram.<br />
Ibn Sa'd, yang begitu ragu dalam peperangan ini, menerima perintah dari Ibn Ziyad untuk segera memulai perang pada malam 9 Muharram. Mendengar hal ini, Imam Husayn mengirim Abbas bin Ali meminta untuk ditundanya serangan, agar mereka bisa Shalat malam. Permintaan ini dikabulkan oleh Ibn Sa'd.<br />
Setelah Shalat malam didirikan, Imam Husayn berkhutbah yang sangat terkenal, hingga yang mendengarnya menangis. Mereka yakin bahwa ini adalah pertemuannya yang terkahir dengan Imam Husayn. Imam Husayn berkata bahwa siapapun yang ingin pergi dari rombongannya maka dipersilahkan pergi oleh Imam Husayn. Namun, tidak ada satu pria pun bahkan anak kecil yang keluar dari rombongan itu. Semuanya telah memilih kematian yang syahid dibanding kehidupan dibawah kezaliman.<br />
Perang Dimulai<br />
Pagi 10 Muharram, setelah Shalat Shubuh, Imam Husayn membagi pasukan kecilny menjadi 3 bagian. Pasukan kanan dipimpin oleh Zuhayr ibn Qayn dan Habib ibn Muzahir, pria berusia 70 tahun di bagian kiri. Dan adik tirinya, 'Abbas ibn 'Ali di bagian tengah bersama Ahlul Bayt dan Imam Husayn. Semua tentara Imam Husayn berjumlah 72 yang terbagi 32 pasukan berkuda dan 40 tentara pejalan kaki. Imam Husayn masih meminta kepada tentara Umayyah untuk kembali ke jalan Allah dan Rasul-Nya. Khutbahnya begitu memikat, hingga Hurr ibn Yazid dan beberapa orang lainnya masuk ke dalam tentara Imam Husayn.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-18964055619100904362011-03-24T10:12:00.000+07:002011-03-24T10:12:02.363+07:00Perang KhandaqPerang Khandaq, dinamakan juga perang Ahzab. Menurut Ibnu Ishaq, Urwah bin Zubair, Baihaqi dan jumhur Ulama, sirah menyebutkan bahwa peperangan ini terjadi pada bulan Syawwal tahun kelima Hijra. Ada juga yang mengatakan pada tahun keempat Hijra. Pendapat yang terakhir ini dikemukakan oleh Musa bin Uqbah kemudian diriwayatkan oleh Bukhari dan diikuti oleh Malik.<br />
<br />
Sebabnya, karena beberapa pemimpin Yahudi dari Bani Nadlir berangkat ke Mekkah untuk mendorong kaum Musyrikin Quraisy melancarkan perang terhadap Rasulullah saw. Mereka berjanji: “Kami akan berperang bersama-sama kalian hingga berhasil menghancurkannya.“ Selanjutnya mereka berdalih dan meyakinkan bahwa: “Kepercayaan kalian (orang-orang Quraisy) jauh lebih baik daripada agama Muhammad.“ Berkenaan dengan mereka inilah Allah swt menurunkan firman-Nya :<br />
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada yang disembah selain Allah dan Thogut, serta mengatakan kepada orang-orang kafir (Musyrik Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya dariapda orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Siapa saja yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.“ QS an-Nisa 51-52<br />
<br />
Maka mereka bersepakat bersama kaum Musyrikin Quraisy untuk memerangi kaum Muslimin, pada hari yang telah ditentukan bersama.<br />
<br />
Kemudian para pemimpin Yahudi itu mendatangi suku Ghathafan dan berhasil mewujudkan persekutuan dengan mereka sebagaimana yang telah berhasil diciptakannya dengan kaum musyrikin Quraisy. Selain Bani Ghatfahan, turut bergabung pula Bani Fuzarah dan Bani Murrah yang selama itu menyimpan dendam kesumat terhadap Islam.<br />
<br />
Ketika Rasulullah saw mendengar berita keberangkatan mereka dari Mekkah, beliau mengumumkannya kepada kaum Muslimin dan memerintahkan mereka untuk mengadakan persiapan perang. Rasulullah saw meminta pandangan para sahabatnya dalam menghadapi peperangan ini. Salman al-Farisi mengusulkan supaya digali parit di sekitar kota Madinah. Kaum Muslimin mengagumi usulan ini dan menyetujuinya (karena cara ini belum pernah dikenal oleh bangsa Arab dalam peperangan mereka). Kemudian bersama Rasulullah saw kaum Muslimin keluar dari kota Madinah dan berkemah di lereng gunung Sila dengan membelakanginya. Mereka mulai menggali parit yang memisahkan mereka dengan musuh mereka. Waktu itu jumlah kaum Muslimin sebanyak tiga ribu sedangkan kaum Quraisy bersama kabilah-kabilah lain berjumlah sepuluh ribu.<br />
<br />
Gambaran kerja kaum Muslimin dalam menggali parit: Imam Bukhari meriwayatkan dari Barra ra, ia berkata: Pada waktu perang Ahzab saya melihat Rasulullah saw menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang melumurinya. Diriwayatkan dari Anas ra, bahwa kaum Anshar dan Muhajirin menggali parit dan mengusung tanah galian seraya mengucapkan :<br />
"Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.“<br />
<br />
Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah saw :<br />
"Ya, Allah sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akherat maka berkatilah kaum Anshar dan Muhajirin.“<br />
<br />
Imam Bukhari meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari Jabir ra, ia berkata: Ketika kami sedang sibuk menggali parit di Khandaq kami temukan sebongkah batu besar yang sukar untuk dipecahkan. Para sahabat melapor kepada Nabi saw: “Sebongkah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian Khandaq“.<br />
<br />
Kata Nabi saw: "Biarkan aku yang turun.“ Kemudian beliau segera bangkit, sedang perut beliau diganjal dengan batu. Sebelumnya kami tidak pernah merasakan makanan apa pun selama tida hari. Nabi saw segera mengambil martil dan dipukulkannya di atas batu itu hingga hancur berupa pasir.<br />
<br />
Kata Jabir ra: "Aku katakan kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah ijinkanlah aku untuk pulang sebentar.“ Sesampaiku di rumahku aku katakan kepada istriku,“ Aku lihat sesuatu pada diri beliau yang tidak boleh kita biarkan. Adakah kamu mempunyai sesuatu?“<br />
<br />
Jawab istriku: “Ya, aku punya gandum dan seekor anak kambing.“ Kemudian anak kambing itu segera kusembelih dan gandum itu kutumbuk. Daging kambing itu kumasak dalam periuk dan tepung gandum kumasukkan ke dalam pembakaran roti. Aku kembali ke tempat Nabi saw dan kukatakan: “Ya, Rasulullah saw, aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau ke rumahku bersama seorang atau dua orang sahabatmu.“<br />
<br />
Tanya Nabi saw, “Berapa banyakkah makanan itu?“ Setelah kusebutkan jumlah makanan itu beliau berkata, “Itu cukup banyak dan baik. Katakan pada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan roti itu jangan pula sampai dikeluarkan dari tempat pembakarannya sebelum aku datang ke sana.“<br />
<br />
Kemudian Nabi saw memanggil kaum Muhajirin dann Anshar, “Bangkitlah kalian!“ Di dalam riwayat lain disebutkan: Kemudian Nabi saw berteriak memanggil, “Wahai para penggali parit, mari kita datang. Sesungguhnya Jabir telah memasak makanan besar.“<br />
<br />
Ketika aku masuk ke tempat istriku kukatakan padanya, “Nabi saw datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar dan orang yang bersama mereka.“<br />
<br />
Tanya istriku: “Apakah beliau menanyakan berapa banyak makanan kita? Jawabku: “Ya.“ Istriku berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.“<br />
<br />
Kemudian Nabi saw datang seraya berkata: “Masuklah kalian dan jangan berdesakan.“<br />
<br />
Kemudian Nabi saw memotong-motong roti dan dicampurkan pada daging serta kuah yang ada di periuk. Kemudian beliau mendekatkan hidangan kepada para sahabat sedang beliau tetap memotong-motong roti itu dan dalam waktu yang bersamaan para sahabat makan dengan puas sampai kenyang.<br />
<br />
Mereka semuanya kenyang, sedangkan roti dan kuah masih tetap banyak sisanya. Beliau berkata, “Makanlah ini dan bagikanlah kepada orang banyak karena kini sedang terjadi musim paceklik.“<br />
<br />
Di dalam riwayat lain Jabir menurutkan: “Aku bersumpah dengan nama Allah. Mereka telah makan hingga mereka pergi dan meninggalkan daging di dalam periuk kami masih tetap utuh, demikian pula roti kami.“<br />
<br />
Sikap orang-orang Munafiq dalam penggalian Khandaq<br />
<br />
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa orang-orang munafiq merasa enggan dalam mengerjakan penggalian parit bersama Nabi saw dan kaum Muslimin. Mereka sengaja menampakkan diri seperti orang lemas dan tidak memiliki kemampuan. Bahkan banyak yang melarikan diri ke rumah tanpa sepengetahuan Rasulullah saw. Sedangkan setiap orang dari kaum Muslimin apabila mempunyai keperluan, ia pasti meminta ijin kepada Rasulullah saw dan kembali lagi melaksanakan tugas penggaliannya. Berkenaan dengan sikap ini Allah menurunkan firman-Nya:<br />
"Sesungguhnya yang sebenar-benar mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apabila mereka bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta ijin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta ijin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka apabila mereka meminta ijin kepadamu karena sesuatu urusan, berilah ijin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ QS An-Nur : 62<br />
<br />
Bani Quraidlah melanggar Perjanjian<br />
<br />
Huyay bin Akhthab pergi mendatangi Ka‘ab bin Asad al-Qardli, mengajaknya untuk melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama Rasulullah saw. Huyay bin Akhthab berkata kepadanya, “Aku datang kepadamu dengan membawa pasukan Quraisy beserta para pemimpinnya yang telah kuturunkan di sebuah lembah di dekat Raumah, dan suku Ghatfahan beserta para tokohnya yang telah kuturunkan di ujung Nurqma di samping Uhud. Mereka telah berjanji kepadaku untuk tidak meninggalkan temapat sampai kita berhasil menumpas Muhammad dan orang-orang yang bersamanya.“ Ka‘ab menjawab: “Demi Allah, kamu datang kepadaku dengan membawa kehinaan sepanjang jaman … Celaka engkau wahai Huyay. Tinggalkan dan biarkanlah aku karena aku tidak melihat Muhammad kecuali sebagai seorang yang jujur dan setia.“ Tetapi Huyay terus mendesaknya hingga pada akhirnya Ka‘ab bersedia untuk melakukan pengkhianatan terhadap perjanjian tersebut.<br />
<br />
Setelah mendengar berita ini Rasulullah saw segera mengutus Sa‘ad bin Muadz untuk menyelidikinya. Kepadanya Nabi saw berpesan agar berbicara kepada Huyay dengan bahasa kiasan yang difahaminya jika berita itu benar, dan agar tidak memberikan peluang kepada orang banyak untuk menggunakan kekuatannya. Jika berita ini tidak benar maka hendaknya segera diumumkan kepada khalayak ramai. Setelah melacak berita dan ternyata berita itu benar maka Sa‘ad pun segera kembali kepada Rasulullah saw melaporkannya, “Ya, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana suku Adhal dan Qarah.“ Lalu Rasulullah saw mengatakan :<br />
"Allah Maha Besar, bergembiralah wahai kaum Muslimin.“<br />
<br />
Keadaan kaum Muslimin pada waktu itu<br />
<br />
Kaum Muslimin mendapat kepastian bahwa Bani Quraidlah telah melanggar perjanjian. Pada saat yang sama kaum Munafiqin pun menyebarkan bibit-bibit keraguan dan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Sementara musuh datang dari segala penjuru arah. Kaum Munafiq terus melancarkan tikaman dari dalam. Salah seorang dari kaum Munafiq itu berkata: “Dulu Muhammad menjanjikan bahwa kita akan memakan harta kekayaan Kisra dan Kaisar, tetapi sekarang untuk pergi membuang hajat pun kita tidak aman.“<br />
<br />
Melihat keadaan kaum Muslimin yang semakin terancam ini maka Rasulullah saw meminta pandangan Sa‘ad bin Muadz Sa‘ad bin Ubadah untuk melakukan perdamaian dengan kabilah Ghatfahan dengan memberikan sepertiga hasil panen kota Madinah agar mereka bersedia untuk tidak ikut memerangi kaum Muslimin. Keduanya menjawab: “Wahai Rasulullah saw, apakah pemikiran ini merupakan perintah yang engkau inginkan agar kami melaksanakannya ataukah perintah yang diperintahkan oleh Allah kepadamu, ataukah sekear kebijaksanaan yang engkau ambil untuk meringankan kami?“. Nabi saw menjawab, "Hanya sekedar kebijaksanaan yang aku ambil untuk menghancurkan kepungan mereka terhadap kalian.“ Pada saat itu SA‘ad bin Muadz berkata kepada Nabi saw, “Demi Allah, kita tidak perlu mengambil langkah itu. Demi Allah kami tidak akan rela memberikan sesuatu kepada mereka selain daripada pedang sampai Allah memutuskan sesuatu antara kami dan mereka.“ Setelah mendengar ucapan Sa‘ad bin Muadz ini wajah Rasulullah saw kelihatan berseri dan berkata kepadanya: “Engkau dapat yang engkau inginkan“<br />
<br />
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ashim bin Amer bin Qatadah dari Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri berkata: Pernyataan dan keinginan berdamai (antara kaum Muslimin dan Ghatfahan) itu tidak lain hanyalah sebagai manuver belaka.<br />
<br />
Dalam pada itu kaum Musyrikin dikejutkan oleh parit di hadapannya. Mereka berkata, sungguh ini merupakan tipu daya yang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab. Kemudian mereka mengambil posisi dan berkemah di sekitar parit mengepung kaum Muslimin. Tetapi tidak terjadi pertempuran kecuali beberapa orang Musyrik yang berusaha menyeberangi parit di suatu sudut yang sempit dan berhasil dicegat oleh kaum Muslimin. Dalam usaha ini sebagian mereka kembali dan sebagian yang lain terbunuh. Di antara orang Musyrik yang terbunuh itu terdapat Amer bin Wudd. Ia dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib.<br />
<br />
Kekalahan kaum Musyrikin tanpa peperangan<br />
<br />
Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin dalam perang Khandaq ini tanpa melalui pertempuran. Allah mengalahkan mereka dengan dua sarana yang tidak melibatkan kaum Muslimin sama sekali. Pertama, dengan seorang lelaki dari kaum Musyrikin bernama Nu‘aim bin Mas‘du, yang datang kepada Nabi saw menyatakan diri masuk Islam yang kemudian menawarkan diri kepada Nabi saw untuk melaksanakan segala bentuk perintah yang diinginkan oleh Nabi saw. Lalu Nabi saw memberikan tugas untuk memecah kekuatan musuh. Kepadanya Nabi saw berpesan :<br />
"Diantara kita, engkau adalah satu-satunya orang yang dapat melaksanakan tugas itu. Bila engkau sanggup, lakukanlah tugas itu untuk menolong kita. Ketahuilah bahwa peperangan, sesungguhnya adalah tipu muslihat.“<br />
<br />
Nu‘aim kemudian segera pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidlah untuk meyakinkan. Mereka mengira Nu‘aim masih sebagai seorang Musyrik agar mereka tidak turu berperang bersama-sama kaum Quraisy sebelum mendapat jaminan dari mereka berupa beberapa orang terkemuka sebagai sandera, supaya kaum Quraisy tidak mundur meninggalkan mereka sendirian di Madinah tanpa pembela dalam menghadapi Muhammad dan para sahabatnya. Mereka menjawab: “Engkau telah memberikan suatu pendapat yang amat baik.“<br />
<br />
Setelah itu Nu‘aim pergi mendatangi pemimpin-pemimpin Quraisy. Kepada mereka Nu‘aim memberitahukan bahwa Bani Quraidlah telah menyesal atas apa yang mereka lakukan dan secara sembunyi-sembunyi mereka telah melakukan kesepakatan bersama Nabi saw untuk menculik beberapa peimpin Quraisy dan Ghatfahan untuk diserahkan kepada Nabi saw untuk dibunuhnya. Karena itu, bila orang-orang Yahudi itu datang kepada kalian untuk meminta beberapa orang sebagai sandera, janganlah kalian menyerahkan seorang pun kepada mereka.<br />
<br />
Nu‘aim kemudian pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidlah. Kepada mereka ia mengemukakan apa yang dikemukakannya kepada orang-orang Quraisy. Demikianlah akhirnya terjadi salah paham di antara mereka dan saling tidak mempercayai. Sehingga masing-masing dari mereka menuduh terhadap yang lainnya sebagai berkhianat.<br />
<br />
Kedua, dengan mengirimkan angin taufan pada malam hari yang dingin dan mencekam. Angin taufan datang menghempaskan kemah-kemah merekan dan menerbangkan kuali-kuali mereka. Hal ini terjadi setelah mereka melakukan pengepungan kepada kaum Muslimin selama sepuluh hari lebih.<br />
<br />
Muslim meriwayatkan dengan sanad-nya dari Hudzaifah bin al-Yaman ra, ia berkata: “Pada suatu malam dalam situasi perang Ahzab, kami bersama Rasulullah saaw merasakan tiupan angin yang sangat kencang, dan dingin mencekam. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya kepadaku, mudah-mudahan Allah menjadikannya bersamaku pada Hari Kiamat.“ Kami semua diam, tak seorang pun dari kami menjawabnya. Rasulullah saw mengulangi pertanyaan itu sampai tiga kali. Kemudian berkata:"Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan laporkanlah kepadaku.“ Maka tidak boleh tidak aku harus bangkit, karena beliau menyebut namaku. Nabi saw berpesan: “Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan tindakan apapun.“ Ketika aku berangkat dari sisinya aku berjalan seperti orang yang sedang dicengkeram kematian, hingga aku tiba di basis mereka. Kemudian aku lihat Abu Shofyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Lalu aku pasang anak panah di busur untuk memanahnya, tetapi aku segera teringat pesan Rasulullah saw, “Janganlah engkau melakukan tindakan apapun.“ Kalau aku panahkan pasti akan mengenai pahanya. Kemudian aku kembali dengan berjalan seperit orang yang sedang dalam cengkeraman maut. Setelah aku datang kepada Nabi saw dan menyampaikan berita tentang kaum Musyrikin, Nabi saw menyelimuti aku dengan kainnya yang biasa dipakai untuk shalat. Malam itu aku tidur sampai pagi dan dibangunkan oleh Nabi saw seraya berkata, “Bangun, hai tukang tidur.“<br />
<br />
Ibnu Ishaq meriwayatkannya dengan tambahan : Kemudian aku masuk di kalangan kaum Musyrikin, ketika angin dan tentara-tentara Allah sedang mengobrak-abrik mereka, menerbangkan kuali, memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Kemudian Abu Shafyan bangkit seraya berkata: “Wahai kaum Quraisy, setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya?“ Hudzaifah berkata: “Kemudian aku memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu aku bertanya kepadanya: “Siapakah anda?“ Dia menajwab: “Fulan bin Fulan". Selanjutnya Abu Shofyan berkata: “Wahai kaum Quraisy, demi Allah swt, kalian tidak mungkin lagi dapat terus berada di tempat ini. Banyak ternak kita yang mati. Orang-orang Bani Quraidlah telah menciderai janji dan kita mendengar berita yang tidak menyenangkan tentang sikap mereka. Kalian tahu sendiri kita sekarang sedang menghadapi angin taufan yang hebat. Karena itu, pulang sajalah kalian, dan aku pun akan berangkat pulang.“<br />
<br />
Pada keesokkan harinya seluruh kaum Musyrikin kembali meninggalkan medang perang, dan Rasulullah saw pun bersama para sahabatnya kembali ke Madinah.<br />
<br />
Selama perang Ahzab ini berlangsung Nabi saw tidak henti-hentinya, siang malam senantiasa beristighfar, merendahkan diri, dan berdo'a kepada Allah untuk kemenangan kaum Muslimin. Di antara do'a yang diucapkannya ialah :<br />
"Ya Allah, Tuhan yang menurunkan kitab (Al-Quran) yang Maha cepat hidab-Nya, kalahkanlah barisan Ahzab (golongan Musyrikin). Kalahkanlah dan guncangkanlah mereka.“<br />
<br />
Pada peperangan ini Nabi saw luput satu waktu shalat kemudian dilaksanakan (qadlah) di luar waktunya. Di sebutkan di dalam Ash-Shahihain bahwa Umar bin Khathab ra datang, waktu perang Ahzab, setelah matahari terbenam kemudian dia mengecam orang-orang kafir Quraisy lalu berkata: “Wahai Rasulullah saw! Aku belum sempat shalat Ashar sampai matahari hampir terbenam.“ Nabi saw menjawab: “Demi Allah, aku sendiripun belum shalat (Ashar).“ Lalu kami berangkat ke tempat air dan berwudlu. Kemudian Nabi saw shalat Ashar setelah matahari terbenam. Setelah itu Nabi saw melanjutkan dengan shalat maghrib.<br />
<br />
Imam Muslim menambahkan Hadits lainnya bahwa Nabi saw bersabda pada perang Ahzab, “Mereka (kaum Musyrikin) telah menyibukkan kita sehingga kita tidak sempat Shalat Ashar. Semoga Allah swt memenuhi rumah-rumah dan kuburan-kuburan mereka dengan api". Kemudian Nabi saw melaksanakan (shalatz Ashar) antara Maghrib dan Isya‘<br />
<br />
<br />
Beberapa Ibrah<br />
<br />
Peperangan ini juga terjadi karena pengkhianatan dan tipu muslihat orang-orang Yahudi. Merekalah yang menggerakkan menghasut dan menghimpun golongan (Ahzab) dan kabilah itu. Kejahatan dan pengkhianatan ini tidak cukup dilakukan oleh orang-orang Yahudi Bani Nadlir yang telah diusir dari Madinah. Bahkan Banu Quraidlah pun yang masih terikat perjanjian bersama kaum Muslimin kini telah melakukannya. Padahal tidak ada satu pun tindakan kaum Muslimin yang mengundang mereka untuk melanggar perjanjian tersebut.<br />
<br />
Kita tidak perlu mengulas kembali peristiwa pengkhianatan ini, karena pengkhianatan-pengkhianatan seperti ini telah menjadi catatan sjearah yang sudah dikenal pada setiap jaman dan tempat.<br />
<br />
Sekarang, mari kita kembali kepada peristiwa-peristiwa yang telah kami bentangkan dalam peperangan ini, untuk mencatat beberapa pelajaran dan hukum yang terkandung di dalamnya.<br />
<br />
1.- Di antara sarana perang yang digunakan oleh kaum Muslimin dalam peperangan ini ialah penggalian parit. Perang dengan menggali parit ini merupakan peperangan yang pertama kali dikenal dalam sejarah bangsa Arab dan Islam. Karena taktik dan teknik peperangan seperti ini biasanya dikenal oleh bangsa Ajam (non-Arab). Seperti anda ketahui bahwa orang yang mengusulkan cara ini dalam perang Ahzab ialah Salman al-Farisi. Nabi saw sendiri mengagumi usulan ini dan segera mengajak para sahabatnya untuk melaksanakannya.<br />
<br />
Ini merupakan salah satu dari sejumlah dalil yang menunjukkan bahwa, “Pengetahuan adalah milik kaum Muslimin yang hilang. Di mana saja didapatinya maka mereka berhak mengambilnya daripada orang lain.“ Sesungguhnya syariat Islam, sebagaimana melarang kaum Muslimin mengikuti orang lain secara membabi buta, juga mengajukan kepada mereka untuk mengambil dan mengumpulkan nilai-nilai kebaikan dan prinsip-prinsip yang bermanfaat di mana saja didapatinya. Kaidah Islam dalam masalah ini ialah bahwa seorang Muslim tidak boleh mengabaikan akalnya yang merdeka dan pikirannya yang cermat dalam segala perilaku dan urusannya. Dengan demikian maka dia tidakakan dapat dikuasai dan dibawah ke mana saja oleh sistem yang bisa diterima oleh akal sehat dan sesuai dengan pirnsip-prinsip syariat Islam.<br />
<br />
Sikap yang digariskan Allah swt kepada seorang Muslim ini hanya munculdari sumber utama yaitu kehormatan yang ditetapkan Allah swt kepada manusia sebagai tuan (pemimpin) segenap makhluk. Praktek ubudiyah kepada Allah swt dan kepatuhan tehradap Hukum-hukum Syariatnya hanyalah merupakan jaminan untuk memelihara kehormatan dan kepemiminan tersebut.<br />
<br />
2.- Apa yang telah kami sebutkan tentang kerja para sahabat bersama Rasulullah saw dalam menggali parit merupakan suatu pelajaran besar yang menjelaskan hakekat persamaan yang ditegakkan oleh masyarakat Islam di antara seluruh anggotanya. Ia juga bukan sekedar slogan yang menarik untuk mengelabui masyarakat. Tetapi merupakan asas yang benar-benar memancarkan semua nilai dan prinsip Islam baik secara lahiriah ataupun batiniah.<br />
<br />
Anda lihat bahwa Rasulullah saw tidak memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit sementara dia sendiri pergi ke istana mengawasi mereka dari kejauhan. Beliau juga tidak datang kepada mereka dalam suatu pesta yang meriah untuk meletakkan batu pertama pertanda dimulainya pekerjaan kemudian setelah itu pergi meninggalkan mereka. Tetapi Rasulullah saw secara langsung berperan aktif menggali bersama para sahabatnya sampai pakaian dan badannya kotor bertaburan debu dengan tanah galian sebagaimana para sahabatnya. Mereka bersahut-sahutan mengucapkan senandung ria, maka beliau pun ikut bersenandung untuk menggairahkan semangat mereka. Mereka merasakan letih dan lapar, maka beliau pun yang yang paling letih dan lapar di antara mereka. Itulah hakekat persamaan antara penguasa dan rakyat, antara orang kaya dan orang miskin, antara Amir dan rakyat jelata, yang ditegakkan oleh syariat Islam. Seluruh cabang syariat dan hukum Islam didasarkan kepada prinsip ini dan untuk menjamin terlaksananya hakekat ini.<br />
<br />
Tetapi janganlah anda menamakan hal ini dengan istilah demokrasi dalam perilaku atau pemerintahan. Prinsip persamaan dan keadilan ini sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan demokrasi manapun. Karena sumber keadilan dan persamaan dalam Islam ialah ubudiyah kepada Allah swt yang merupakan kewajibab seluruh manusia. Sedangkan sumber demokrasi ialah pendapat mayoritas atau mempertuankan pendapat mayoritas atas orang lain, betapa pun wujud dan tujuan pendapat tersebut.<br />
<br />
Oleh karena itu, Syariat Islam tidak pernah memberikan hak istimewa kepada golongan atau orang tertentu. Juga tidak pernah memberikan kekebalan kepada kelompok tertentu betapapun motivasi dan sebabnya, karena sifat ubudiyah (kehambaan kepada Allah swt) telah meleburkan dan menghapuskan semua itu.<br />
<br />
3.- Dalam peristiwa sirah ini pula terkandung pelajaran lain yang mengungkapkan potret Kenabian dalam sosok kepribadian Nabi saw. Menampakkan kecintaan para sahabat kepada Nabi saw dan kasih sayangnya kepada mereka. Dan memberikan contoh lain dari perkara luar biasa dan mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada Nabi-Nya.<br />
<br />
Pribadi Kenabiannya tampak pada perjuangannya menghadapi rasa lapar yang dialaminya pada saat bekerja bersama para sahabatnya, sampai-sampai beliau mengikatkan batu pengganjal ke perutnya untuk menghilangkan rasa nyeri dan sakit di lambungnya akibat lapar. Apakah gerangan yang membuat beliau tahan menghadapi penderitaan dan kesulitan seperti ini? Adakah karena ambisinya kepada kepemimpinan? Ataukah karena kerakusannya terhadap harta kekayaan dan kekuasaan? Ataukah karena keinginannya untuk mendapatkan pengikut yang selalu mengawalnya setiap saat? Semua itu bertentangan dengan diametral dengan penderitaan dan perjuangan yang dilakukannya itu. Orang yang tamak atas kedudukan, kekuasaan atau kekayaan tidak akan tahan bersabar menanggung penderitaan seperti ini.<br />
<br />
Yang membuatnya sanggup menghadapi semua itu hanyalah tanggung jawab risalah dan amanah yang dibebankan kepadanya untuk menyampaikan dan memperjuangkannya kepada manusia dalam suatu perjuangan yang memiliki tabiat seperti itu. Itulah pribadi Kenabian yang tampak pada kerjanya bersama sahabat ketika menggali parit.<br />
<br />
Sedangkan kecintaan Nabi saw kepada para sahabatnya dapat anda lihat jelas dalam sikap responsifnya terhadap undangan Jabir untuk menikmati hidangan yang hanya sedikit itu.<br />
<br />
Sesuatu yang mendorong Jabir untuk mengundang Nabi saw ialah pemandangan yang menyedihkan. Yaitu ketika melihat Nabi saw mengikatkan batu ke perutnya karena menahan lapar. Jabir tidak mendapatkan makanan di rumahnya kecuali untuk beberapa orang, sehingga dia mengundang beberapa orang saja.<br />
<br />
Tetapi mungkinkah Nabi saw meninggalkan para sahabatnya bekerja sambil menahan lapar sementara dirinya bersama tiga atau empat orang sahabatnya beristirahat menikmati hidangan? Sesungguhnya kasih sayang Nabi saw kepada para sahabatnya lebih besar ketimbang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.<br />
<br />
Jabir terpaksa melakukan tindakan itu, sebenarnya wajar, karena dia sebagaimana manusia biasa tidak dapat bertindak kecuali sesuai dengan sarana material yang dimilikinya. Makanan yang ada padanya tidak mencukupi, menurut ukuran manusia biasa, kecuali untuk beberapa orang saja, sehingga dia hanya mengundang Nabi saw dan beberapa orang sahabatnya.<br />
<br />
Namun Nabi saw tidak akan pernah terpengaruh oleh pandangan Jabir tersebut. Pertama, karena tidaK mungkin Nabi saw mengutamakan dirinya daripada para sahabatnya dalam menikmati hidangan dan istirahat. Kedua, karena tidak mungkin Nabi saw menyerah kepada faktor-faktor material dan batas-batasnya yang bisa membelenggu manusia. Tetapi karena Allah swt, semata sebagai Pencipta segala sebab maka mudah bagi-Nya untuk memberkati makanan yang sedikit sehingga mencukupi orang banyak.<br />
<br />
Demikianlah Nabi saw, memiliki pandangan bahwa dirinya dan para sahabatnya adalah saling takaful (sepenanggungan). Saling berbagi rasa baik dalam suka atau pun duka. Oleh sebab itu, Nabi saw menyuruh Jabir pulang untuk mempersiapkan makanan bagi mereka, sementara itu Nabi saw memanggil para sahabatnya untuk menikmati hidangan besar di rumah Jabir.<br />
<br />
Mukjizat yang terjadi dalam kisah ini ialah berubahnya seekor kambing kecil milik Jabir menjadi makanan yang banyak dan mencukupi ratusan sahabat, bahkan masih bersisa banyak sehingga Nabi saw mengusulkan kepada Sahibul bait (istri Jabir) agar membaginya kepada orang lain. Mukjizat yang mengagumkan ini dianugerahkan kepada Nabi saw sebagai penghargaan Ilahi karena cintanya kepada para sahabatnya dan sikapnya yang tidak mau menyerah kepada faktor-faktor material karena keyakinannya kepada kekuasaan Allah swt, yang mutlaq.<br />
<br />
Apa yang saya inginkan dalam masalah ini ialah supaya para pembaca menyadari adanya dukungan Ilahi yang diberikan kepada Nabi saw melalui sebab-sebab material. Hal itu merupakan salah satu faktor terpentig untuk menonjolkan pribadi Kenabiannya kepada para pengkaji dan pemangat sirah Nabi saw. Faktor ini dapat kita jadikan sebagai dalil yang kuat untuk menghadapi mereka yang tidak mau mengakui aspek Kenabian pada pribadi Muhammad saw.<br />
<br />
4.- Apakah gerangan hikmah musyawarah Nabi saw kepada sebagian sahabatnya, untuk menawarkan perdamaikan kepada banu Ghatfahan dengan imbalan memberikan sepertiga hasil panen kota Madinah kepada mereka asalkan mereka bersedia menarik dukungannya kepada kaum Quraisy dan golongan-golongan lainnya? Apakah dalil Syariat yang dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran ini ?<br />
<br />
Hikmahnya ialah bahwa Nabi saw mengetahui sejauh mana para sahabatnya itu telah memiliki kekuatan moral dan sikap tawakal kepada pertolongan Allah swt pada saat menghadapi kepungan kaum Musyrikin secara mendadak itu, di samping melihat pengkhianatan yang dilakukan oleh banu Quraidlah. Sudah menjadi kebiasaan Nabi saw seperti telah anda ketahui bahwa ia tidak suka menyeret para sahabatnya kepada suatu peperangan atau petualangan yang mereka sendiri belum cukup memiliki keberanian untuk memasikunya, atau tidak meyakini segi-segi positifnya. Hal ini termasuk salah satu uslub tarbiyah Nabi saw yang paling menonjol kepada para sahabatnya. Oleh sebab itu, beliau mengemukakan bahwa pandangan itu bukan ketetapan dari Allah, tetapi sekedar pandangan yang dikemukakan dalam rangka upaya menghancurkan kekuatan kaum Musyrikin apabila mereka (para sahabat) tidak memiliki kemampuan untuk menghadapinya.<br />
<br />
Dalil syariat yang menjadi landasan pemikiran ini ialah prinsip bahwa syura itu dilakukan pada masalah yang tidak ditegaskan oleh nash. Tetapi setelah itu tidak berarti bahwa kaum Muslimin boleh memberikan sebagian tanah mereka atau hasil panen buminya kepada musuh apabila mereka (musuh) menyerangnya, demi untuk menghentikan serangan. Karena telah disepakati dalam dasar-dasar Syariat Islam bahwa tindakkan Rasulullah saw yang dapat dijadikan sebagai hujjah (dalil) ialah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatannya yang telah dilaksanakannya, kemudian tidak ditentang oleh kitab Allah (al-Quran). Adapun hal-hal yang masuk ke dalam batas-batas usulan (dalam permusyawaratan) dan dengar pendapat semata-mata, tidak dapat dijadikan sebagai dalil. Karena diadakannya musyawarah itu, pertama, mungkin sekedar untuk menjajagi mentalitas seperti yang kami sebutkan di atas. Yakni sebagai amal tarbawi (pembinaan) semata-mata. Kedua, seandainya pun telah dilaksanakan mungkin setelah itu datang sanggahan dari kitab Allah, sehingga tidak lagi memiliki nilai sebagai dalil Syariat.<br />
<br />
Tetapi para Ulama risah dalam masalah ini telah menyebutkan bahwa Nabi saw tidak sampai menjadi mengadakan perdamaian dengan kabilah Ghatfahan. Bahkan sebenarnya Nabi saw tidak pernah memiliki keinginan untuk berdamai dengan Bani Ghatfahan. Apa yang diusulkan hanyalah sekedar sebagai manuver dan penjajagan.<br />
<br />
Hal ini kami katakan karena ada sementara pihak di masa sekarang ini yang mengemukakan pendapat aneh : Bahwa Kaum Muslimin harus membayar jizyah (upeti) kepada non-Muslim manakala diperlukan. Dengan alasan bahwa Nabi saw pernah meminta pandangan para sahabatnya ketika perang Ahzab untuk melakukan hal tersebut.<br />
<br />
Terlepas dari apa yang telah kami jelasnkan, bahkan usulan semata-mata yang dikemukakan dalam pembahasan musyawarah tidak bisa dijadikan dalil. Kami tidak tahu apa hubungannya antara jizyah dan sesuatu yang mungkin dapat mendamaikan atas kedua pihak yang berperang itu ?<br />
<br />
Mungkin anda bertanya: "Seandainya kaum Muslimin terpaksa karena lemah harus melepas sebagian harta mereka demi untuk melindungi kehidupan mereka dan khawatir akan dimusnahkan semuanya, apakah mereka tidak boleh melakukan itu ?<br />
<br />
Jawabannya, banyak sekali kondisi yang menunjukkan betapa harta kaum Muslimin dirampas dan dijadikan barang rampasan oleh musuh-musuhnya. Banyak kaum kafir yang telah menyerbu negeri Islam dan menguras kekayaannya. Tetapi kaum Muslimin tidak menerima kenyataan ini secara suka rela atau karena mengikuti fatwa. Mereka dipaksa harus tunduk kepada kondisi tersebut. Kendatipun demikian mereka senantiasa mencari dan menunggu kesempatan untuk melawan musuh mereka. Anda tentunya tahu bahwa hukum-hukum Syariat Islam ditujukan kepada orang-orang yang tidak dipaksa, sebagaimana tidak ditujukan kepada anak-anak kecil atau orang gila.<br />
<br />
Oleh karena itu, adalah keliru dan sia-sia belaka jika hukum taklif itu ditetapkan kepada orang-orang yang berada di luar batas taklif.<br />
<br />
5.- Bagaimana dan dengan sarana apa kaum Muslimin berhasil memetik kemenangan atas kaum Musyrikin dalam peperangan ini ?<br />
<br />
Sebagaimana kita ketahui bahwa sarana yang digunakan Rasulullah saw dalam peperangan ini (perang Khandaq) sama dengan sarana yang pernah digunakan dalam perang Badr. Yaitu sarana mendekatkan diri kepada Allahs wt. Sarana inilah yang senantiasa digunakan Rasulullah saw setiap kali menghadapi musuh di medan jihad. Sarana yang mutlak harus digunakan oleh kaum Muslimin jika mereka ingin memetik kemenangan.<br />
<br />
Bagaimana kaum Musyrikin yang berjumlah banyak itu bisa terkalahkan, setelah kaum Muslimin menunjukkan keteguhan, kesabaran, dan kesungguhan dalam meminta pertolongan kepada Allah swt. Dapat kita baca dalam penjelasan Allah swt di dalam firman-Nya:<br />
"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah swt, (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin taufan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. Yaitu ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lari perlihatanmu dan hatimu naik mendesak sampai ke tenggorokkan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka .. sampai dengan firman Allah, “Dan Alah yang menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereaka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang Mukmin dari peperangan . Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.“ QS al-Ahzab : 9-25<br />
<br />
Sesungguhnya pertolongan Allah swt yang selalu terulang dalam peperangan-peperangan Rasulullah saw ini tidak berarti menggalakkan kaum Muslimin untuk melakukan "petualangan“ dan jihad tanpa persiapan dan perencanaan. Ia hanya menjelaskan bahwa setiap Muslim harus mengethaui dan menyadari bahwa sarana kemenangan yang terpenting, disamping sarana-sarana yang lainnya, ialah kesungguhan dalam meminta pertolongan kepada Allah swt, dan mengikhlaskan ubudiyah hanya kepada-Nya. Seluruh sarana kekuatan tidak akan berguna apabila sarana ini tidak terpenuhi secara baik. Jika sarana ini telah dipersiapkan secara memadai oleh kaum Muslimin maka Ia (Allah swt) akan memberikan beraneka mukjizat kemenangan.<br />
<br />
Jika bukan karena pertolongan Allah swt dari manakah datangnya angin topan yang memporak-porandakan tentara-tentara Musyrikin itu sementar akaum Muslimin tenang tanpa merasakannya? Di pihak Musyrikin angin itu menghempaskan kemah-kemah mereka, menerbangkan kuali-kuali mereka, dan mengguncangkan hati mereka. Tetapi di pihak kaum Muslimin ia adalah angin sejuk yang menyegarkan.<br />
<br />
6.- Pada peperangan ini Rasulullah saw tidak sempat shalat Ashar karena kesibukkannya menghadapi musuh sehingga beliau mengqadla-nya setelah matahari terbenanm. Di dalam beberapa riwayat, selain dari Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa shalat yang terlewatkan lebih dari satu shalat, kemudian Nabi saw melaksanakannya secara berturut-turut di luar waktunya.<br />
<br />
Ini menunjukkan dibolehkannya mengqadlah shalat yang terlewatkan. Kesimpulan ini tidak dapat dibantah oleh pendapat yang mengatakan bahwa penundaan shalat karena kesibukkan seperti itu dibolehkan pada waktu itu, namun kemudian dihapuskan ketika shalat khauf disyariatkan kepada kaum Muslimin, baik yang berjalan kaki ataupun yang berkendaraan. Tetapi penghapusan itu seandainya benar bukan terhadap dibolehkannya mengqadlah. Ia hanya menghapuskan bolehnya menunda shalat karena kesibukkan. Yakni penghapusan bolehnya menunda tidak berarti juga penghapusan terhadap bolehnya mengqadlah. Dibolehkannya mengqadlah tetap sebagaimana ketentuan semula. Di samping itu, dalil yang pasti menegaskan bahwa shalat khauf disyariatkan sebelum peperangan ini, sebagaimana telah dibahas ketika membicarakan perang Dzatur Riqaa‘.<br />
<br />
Di antara dalil lain yang menunjukkan bolehnya qadlah shalat ialah riwayat yang disebutkan di dalam Ash-Shahihain bahwa Nabi saw bersabda pada waktu berangkat kembali ke Madinah dari perang Ahzab. "Janganlah ada seorang pun yang shalat Ashar (atau Zhuhur) kecuali setelah sampai di bani Quraidlah.“ Kemudian di tengah perjalanan datanglah waktu shalat Ashar. Sebagian berkata, “Kami tidak akan shalat sebelum smapai ke sana (Bani Quraidlah)“. Sedangkan sebagian yang lainnya berkata, “Kami akan shalat, Beliau tidak memaksudkan itu (melarang shalat)“. Akhirnya kelompok pertama melaksanakan shalat setelah sampai di Banu Quraidlah sebagai shalat qadlah.<br />
<br />
Kewajiban mengqadlah shalat yang terlewatkan ini sama saja, baik terlewatkan karena tidur, lalai atau sengaja ditinggalkan. Karena setelah adalnya dalil umum yang mewajibkan qadlah shalat yang terlewatkan tidak ada dalil yang mengkhususkan syariat qadlah ini dengan sebab-sebab tertentu. Para sahabat yang meninggalkan shalatnya di tengah perjalannya menuju Bani Quraidlah itu bukan karena tidur atau lupa. Oleh sebab itu, adalah keliru jika syariat qadlah shalat yang terlewatkan ini dikhususkan bagi orang yang tidak sengaja melewatkannya. Tindakan ini seperti orang yang mengkhususkan qadlah shalat dengan shalat wajib tertentu saja, tanpa landasan syariat.<br />
<br />
Barangkali ada sebagian orang yang memahami hadits di bawah ini sebagai dalil yang mengkhususkan keumuman syariat qadlah itu :<br />
"Siapa saja yang shalatnya terlewatkan karena tertidur atau lupa maka hendaklah ia melaksanakan pada waktu ia teringat.“<br />
<br />
Tetapi pemahaman ini tidak dapat diterima. Sebab, tujuan utama Hadits ini bukan hanya memerintahkan orang yang lupa dan tertidur untuk mengqadlah shalatnya, tetapi tujuannya ialah untuk menegaskan keterangan pada waktu ia teringat. Keterangan ini menjelaskan bahwa orang yang ingin mengerjakan shalatnya yang terlewatkan tidak disyariatkan untuk menunggu datangnya waktu shalat tersebut pada hari berikutnya. Tetapi ia harus segera mengqadlah pada saat ia teringat, kapan saja. Dengan demikian mafhum mukhalafah dari hadits di atas tidak dapat dibenarkan.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-18781425550204337252011-03-24T10:05:00.000+07:002011-03-24T10:05:12.343+07:00Perang ShiffinPerang Shiffin (Arab وقعة صفين ) (Mei-Juli 657 Masehi) terjadi semasa zaman fitnah besar atau perang saudara pertama orangIslam dengan pertempuran utama terjadi dari tanggal 26-28 Juli. Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam).<br />
1 Shafar tahun 37 Hijriah, Perang Shiffin meletus. Perang ini terjadi antara pasukan Imam Ali melawan pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan. Setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, rakyat Madinah membaiat Imam Ali dan mengangkat beliau sebagai khalifah. Namun, Muawiyah, seorang Gubernur di Damaskus, menolak menerima kepemimpinan Imam Ali dan melakukan perlawanan bersenjata. Awalnya, Imam Ali berusaha melakukan perundingan demi mencegah pertumpahan darah di antara sesama muslim. Namun, Muawiyah tetap membangkang dan pecahlah perang di sebuah daerah bernama Shiffin di tepi sungai Furat, Irak. Ketika pasukan Imam Ali hampir mencapai kemenangan, penasehat Muawiyah bernama Amru bin Ash memerintahkan pasukannya agar menancapkan Al-Quran di tombak mereka dan menyerukan gencatan senjata atas nama Al-Quran. Imam Ali yang memahami tipuan ini memerintahkan pasukannya agar terus bertempur, namun sebagian kelompok menolak. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai kelompok Khawarij. Atas desakan kelompok Khawarij pula, perang dihentikan dan diadakan perundingan antara kedua pihak. Dalam perundingan ini, delegasi Muawiyah melakukan tipuan. Akibatnya, kekhalifahan kaum muslimin direbut dari tangan Imam Ali dan jatuh ke tangan Muawiyah<br />
Perang ini terjadi setelah Muhammad meninggal dan Ali bin Abi Thalib menjabat kekhalifahan dan memaksa Abu Sufyan untuk mengakui kekhalifahannya, dan perang ini terjadi di bukit Shiffin. Ali bin Abi Thalib berhadapan dengan Amru bin Ash dan Ali berhasil menjatuhkan dan melemparkan pedang Amru bin Ash, namun Amru yang menyadari kekalahan dan kematiannya, Amru dengan nekad membuka celananya, sehingga Ali yang akan menghujamkan pedang kearah Amar dan melihat perbuatan Amru, Ali bin Abi Thalib segera memalingkan wajahnya dan meninggalkan Amru yang telanjang. Sehingga Amru dengan perbuatan memalukannya itu selamat dari tebasan pedang Ali dan Zulfiqardan juga selamat dari kematian.<br />
Dalam sejarah kehidupan manusia-manusia besar tidak ada yang mampu menyamai sifat kesatriaan Ali bin Abi Thalib, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesusilaan walaupun dalam medan pertempuran dan ia adalah manusia yang tidak pernah mengambil keuntungan dari kelemahan lawannya walaupun hal itu bisa membawanya dalam kemenangan dan Ali bin Abi Thalib adalah manusia yang dalam medan perang tidak pernah menempatkan ego atau hasratnya untuk membunuh lawannya, namun dikarenakan Allah dan nabinya ia mempersembahkan ematian lawannya sebagai hujjah atau bukti pembangkangan lawannya terhadap ke-Esa-an Allah dan kenabian Muhammad.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-59334413108468529192011-03-24T10:00:00.000+07:002011-03-24T10:00:17.986+07:00Sejarah /Cikal bakal wong osingSejarah Suku Using diawali pada akhir masa kekuasaan Majapahit sekitar tahun 1478 M. Perang saudara dan Pertumbuhan kerajaan-kerajaan islam terutama Kesultanan Malaka mempercepat jatuhnya Majapahit. Setelah kejatuhannya, orang-orang majapahit mengungsi ke beberapa tempat, yaitu lereng Gunung Bromo (Suku Tengger), Blambangan (Suku Using) dan Bali. Kedekatan sejarah ini terlihat dari corak kehidupan Suku Using yang masih menyiratkan budaya Majapahit. Kerajaan Blambangan, yang didirikan oleh masyarakat osing, adalah kerajaan terakhir yang bercorak Hindu-Budha seperti halnya kerajaan Majapahit. Bahkan Mereka sangat percaya bahwa Taman Nasional Alas Purwo merupakan tempat pemberhentian terakhir rakyat Majapahit yang menghindar dari serbuan kerajaan Mataram.<br />
Dalam sejarahnya Kerajaan Mataram Islam tidak pernah menancapkan kekuasaanya atas Kerajaan Blambangan, hal inilah yang menyebabkan kebudayaan masyarakat Using mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan Suku Jawa. Suku Using mempunyai kedekatan yang cukup besar dengan masyarakat Bali, hal ini sangat terluhat dari kesenian tradisional Gandrung yang mempunyai kemiripan dengan tari-tari tradisional bali lainnya, termasuk juga busana tari dan instrumen musiknya. Kemiripan lain tercermin dari arsitektur bangunan antar Suku Using dan Suku Bali yang mempunyai banyak persamaan, terutama pada hiasan di bagian atap bangunan.Puputan adalah perang terakhir hingga darah penghabisan sebagai usaha terakhir mempertahankan diri terhadap serangan musuh yang lebih besar dan kuat. Tradisi ini pernah menyulut peperangan besar yang disebut Puputan Bayu pada tahun 1771 M. SEJARAH PERANG BAYU ini jarang di ekspos oleh media sehingga sejarah ini seperti tenggelam.<br />
Dalam perkembangan berikutnya, setelah para petinggi Majapahit berhasil hijrah ke Bali dan membangun kerajaan di sana, Blambangan, secara politik dan kultural, menjadi bagian dari Bali atau, seperti yang diistilahkan oleh beberapa sejarawan, “di bawah perlindungan Bali”. Tetapi, pada tahun 1639, kerajaan Mataram di Jawa Tengah menaklukkan Blambangan yang meskipun mendapat bantuan yang tidak sedikit dari Bali menelan banyak korban jiwa; rakyat Blambangan tidak sedikit yang terbunuh dan dibuang (G.D.E. Haal, seperti yang dikutip Anderson, 1982; 75). Di dalam kekuasaan Mataram inilah penduduk Blambangan mulai diislamisasi, suatu perkembangan kultural yang banyak pengaruhnya di kemudian hari dalam membentuk struktur sosial dan kebudayaan. Perebutan Blambangan oleh Mataram dan Bali terus berlangsung dan saling bergantian menguasai hingga berakhir ketika VOC berhasil menduduki Blambangan pada tahun 1765.<br />
Blambangan tampak relatif kurang memperlihatkan kekuatannya, di masa penjajahan Belanda, ia justru menampilkan kegigihannya melawan dominasi VOC. Perang demi perang terjadi antara rakyat Blambangan melawan kolonial Belanda. Hingga akhirnya memuncak pada perang besar pada tahun 1771-1772 di bawah pimpinan Mas Rempeg atau Pangeran Jagapati yang dikenal dengan perang Puputan Bayu. Perang ini telah berhasil memporak-porandakan rakyat Blambangan dan hanya menyisakan sekitar 8.000 orang (Ali, 1993:20). Meski demikian, tampaknya rakyat Blambangan tetap pantang menyerah. Perang-perang perlawanan, meski lebih kecil, terus terjadi sampai berpuluh tahun kemudian (1810) yang dipimpin oleh pasukan Bayu yang tersisa, yaitu orang-orang yang oleh Belanda dijuluki sebagai ‘orang-orang Bayu yang liar’ (Lekkerker, 1926:401-402; Ali, 1997:9). Setelah dapat menghancurkan benteng Bayu, Belanda memusatkan pemerintahannya di Banyuwangi dan mengangkat Mas Alit sebagai bupati pertama Banyuwangi.<br />
Blambangan memang tidak pernah lepas dari pendudukan dan penjajahan pihak luar, dan pada tahun 1765 tidak kurang dari 60.000 pejuang Blambangan terbunuh atau hilang untuk mempertahankan wilayahnya (Epp, 1849:247). Anderson (1982:75-76) melukiskan bahwa betapa kekejaman Belanda tak bertara sewaktu menguasai Blambangan terutama dalam tahun 1767-1781. Dengan merujuk catatan Bosch yang ditulis dari Bondowoso, Anderson mengatakan: “daerah inilah barangkali satu-satunya di seluruh Jawa yang suatu ketika pernah berpenduduk padat yang telah dibinasakan sama sekali…”.<br />
Pendudukan dan penaklukan yang bertubi-tubi itu ternyata justru membuat rakyat Blambangan semakin patriotik dan mempunyai semangat resistensi yang sangat kuat. Cortesao, seperti yang dikutip oleh Herusantosa (1987:13), dengan merujuk pada Tome Pires, menyebut “rakyat Blambangan sebagai rakyat yang mempunyai sifat “warlike”, suka berperang dan selalu siap tempur, selalu ingin dan berusaha membebaskan wilayahnya dari kekuasaan pihak lain”. Scholte (1927:146) menyatakan:<br />
“Sejarah Blambangan sangat menyedihkan. Suku bangsa Blambangan terus berkurang karena terbunuh oleh kekuatan-kekuatan yang berturut-turut melanda daerah tersebut, seperti kekuatan Mataram, Bali, Bugis dan Makassar, para perampok Cina, dan akhirnya VOC. Tetapi semangat rakyat Blambangan tidak pernah sama sekali padam, dan keturunannya yang ada sekarang merupakan suku bangsa yang gagah fisiknya dan kepribadian serta berkembang dengan pesat, berpegang teguh pada adat-istiadat, tetapi juga mudah menerima peradaban baru”. Rakyat Blambangan, seperti yang disebut-sebut dalam berbagai sumber di atas, itulah yang selama ini dinyatakan sebagai cikal-bakal wong Using.<br />
Bahasa<br />
Suku Osing mempunyai Bahasa Osing yang merupakan turunan langsung dari Bahasa Jawa Kuno seperti halnya Bahasa Bali. Bahasa Osing berbeda dengan Bahasa Jawa sehingga bahasa Osing bukan merupakan dialek dari bahasa Jawa seperti anggapan beberapa kalangan[rujukan?]. kamus boso using<br />
Kepercayaan<br />
Pada awal terbentuknya masyarakat Using kepercayaan utama suku Using adalah Hindu-Budha seperti halnya Majapahit. Namun berkembangnya kerajaan Islam di pantura menyebabkan agama Islam dengan cepat menyebar di kalangan suku Using. Berkembangnya Islam dan masuknya pengaruh luar lain di dalam masyarakat Using juga dipengaruhi oleh usaha VOC dalam menguasai daerah Blambangan. Masyarakat Using mempunyai tradisi puputan, seperti halnya masyarakat Bali. Puputan adalah perang terakhir hingga darah penghabisan sebagai usaha terakhir mempertahankan diri terhadap serangan musuh yang lebih besar dan kuat. Tradisi ini pernah menyulut peperangan besar yang disebut Puputan Bayu pada tahun 1771 M.<br />
Demografi<br />
Suku Using menempati beberapa kecamatan di kabupaten Banyuwangi bagian tengah dan bagian utara, terutama di Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Rogojampi,kecamatan singonjuruh,temuguruh Kecamatan Glagah dan Kecamatan Singojuruh, Kecamatan Giri, Kecamatan Kalipuro, dan Kecamatan Songgon. Komunitas Using atau lebih dikenal sebagai wong Using oleh beberapa kalangan dan hasil penelitian1 dianggap sebagai penduduk asli2 Banyuwangi, sebuah wilayah di ujung paling timur pulau Jawa yang juga dikenal sebagai Blambangan. Komunitas ini menyebar di desa-desa pertanian subur di bagian tengah dan timur Banyuwangi yang secara administratif merupakan kecamatan-kematan Giri, Kabat, Glagah, Rogojampi, Singojuruh, Songgon, Cluring, Banyuwangi Kota, Genteng, dan Srono. Di tiga kecamatan terakhir, mereka telah bercampur dengan penduduk non-Using, migran berasal dari bagian barat Jawa Timur dan Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta (wong Using menyebutnya wong Jawa-Kulon).<br />
Profesi<br />
Profesi utama Suku Using adalah petani, dengan sebagian kecil lainya adalah pedagang dan pegawai di bidang formal seperti karyawan, guru dan pegawai pemda.<br />
Stratifikasi Sosial<br />
Suku Using berbeda dengan Suku Bali dalam hal stratifikasi sosial. Suku Using tidak mengenal kasta seperti halnya Suku Bali, hal ini banyak dipengaruhi oleh agama Islam yang dianut oleh sebagian besar penduduknya.<br />
Seni<br />
Kesenian Suku Using sangat unik dan banyak mengandung unsur mistik seperti kerabatnya suku bali dan suku tengger. Kesenian utamanya antara lain Gandrung, Patrol, Seblang, Angklung, Tari Barong,Kuntulan,kendang kempul,janger,jaranan, jaran kincak,angklung caruk, dan Jedor.<br />
Desa Adat Kemiren<br />
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyadari potensi budaya suku Using yang cukup besar dengan menetapkan desa kemiren di kecamatan Glagah sebagai desa adat yang harus tetap mempertahankan nilai-nilai budaya Suku Using. Desa kemiren merupakan tujuan wisata yang cukup diminati di kalangan masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya. Festival budaya dan acara kesenian tahunan lainnya sering diadakan di desa ini.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-1260662067190210882011-02-18T12:11:00.003+07:002011-02-18T12:11:37.866+07:00Penumpasan Pemberontakan Di AcehSetelah penyerahan Kedaulatan oleh Belanda kepada pemerintah RI pada tahun 1949, Aceh dikembalikan menjadi daerah Karesidenan di bawah Propinsi Sumatera Utara. Teuku Muhammad Daud Beureueh sebagai tokoh ulama di daerah Aceh tidak menyetujui keputusan pemerintah tersebut. Sejak itu ia mulai menyusun kekuatan untuk mengadakan pemberontakan. Setelah merasa kuat dan persiapan dirasa cukup mulai mengadakan pemberontakan terhadap Pemerintah RI yang syah, dengan mengadakan penyerangan atas pos pos tentara dan polisi, kemudian pecah pemberontakan yang dipimpin oleh Hasan Saleh sebagai Panglima TII.<br />
Untuk menanggulangi pemberontakan tersebut, dilakukan operasi militer. Operasi tersebut berhasil mendesak kedudukan pemberontak. Kemudian mereka mengundurkan diri masuk hutan, selanjutnya mengadakan gerilya. Dalam penumpasan gerilya tersebut setelah diperhitungkan, banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi, maka pada bulan April 1957 diadakan penghentian tembak menembak. Dan operasi yang dilaksanakan menjadi operasi teritorial.<br />
Waktu penghentian tembak menembak tersebut, oleh gerombolan Daud Beureueh digunakan untuk memperkuat diri dengan mengadakan latihan perang, menambah persenjataan dan mempengaruhi rakyat sehingga pengaruh Daud Beureueh bertambah luas. Untuk memperkuat pertahanan TNI dan memulihkan keamanan, maka ditugaskan pasukan pasukan dari daerah lain. Divisi Diponegoro mengirimkan secara berturut turut rotasi penugasan pasukan - pasukan dari Batalyon 447, 446, 434, 448 dan 441. Operasi Teritorial dilaksanakan dengan memberikan penerangan penerangan kepada rakyat supaya insyaf dan sadar untuk kembali kekedudukannya semula. Operasi tersebut berhasil membawa rakyat kembali ke jalan yang benar. Rakyat sudah mau diajak bergotong royong untuk membangun jembatan dan sarana pendidikan. Namun demikian tidak dilupakan pula kegiatan kegiatan musuh, sehingga selalu ditingkatkan kewaspadaan. Operasi teritorial yang dilancarkan berhasil menyadarkan Hasan Saleh, komandan Divisi TII beserta pasukannya.<br />
Pada saat dilancarkan pergesaran II Yon 448, dengan tidak diduga duga kendaraaan yang membawa 1 regu dihadang dan ditembak oleh DI/TII Laut Tawar dipimpin Alias Loby. Kejadiaan tersebut merupakan pelanggaran konsepsi menghentian tembak menembak. Dengan pelanggaran dilakukan oleh DI/TII tersebut, maka Yon 448 melancarkan serangan serangan pembalasan terhadap seluruh pos - pos maupun pertahanan DI / TII Laut Tawar. Kemudian dilaksanakan operasi bersama dengan sasaran markas resimen Laut Tawar. Operasi berhasil memukul mundur dan terus masuk hutan.<br />
Akibat serangan itu pada bulan Juni 1959 Komandan Resimen Laut Tawar, Alias Loby melalui penghubung mengatakan ingin menyerah dengan terlebih dahulu diadakan perundingan. Maksud tersebut diterima dan pada tanggal 21 Juni 1959 dilaksanakan perundingan antara Alias Loby dengan Komandan Sektor. Sebaliknya TNI mau memenuhi tuntutan mereka asal seluruh anggota DI/ TII Resimen Laut Tawar dikumpulkan menjadi satu. Tuntutan mereka dipenuhi setelah tuntutan dapat dipenuhi, pada tanggal 31 September 1959 Alias Loby bersama anak buahnya masuk hutan kembali. Dengan demikian dilakukan pengejaran sehingga dimana mana timbul pertempuran. Suasana menjadi berubah dan selanjutnya dilakukan operasi tempur ke seluruh sektor oleh Yon 445 Divisi Diponegoro. Demikian operasi operasi yang dilakukan di Aceh, setelah melalui beberapa proses pada bulan Agustus 1961 daerah Aceh kembali aman dan sampai sekarang prajurit Kodam IV/Diponegoro tidak pernah absen dalam menegakkan kedaulatan NKRI di wilayah Aceh karena seluruh Batalyonnya selalu berada di garis depan untuk menghancurkan gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan sekarang ini 5 Batalyon masih berada di daerah rawan Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu Yonif 400/Raiders, Yonif 403/Wirasada Pratista, Yonif 405/Surya Kusuma, Yonif 406/Chandra Kusuma dan Yonif 407/Padma Kusuma, serta penugasan operasi pengamanan perbatasan Timor-Timur dan NTT dan pengamanan daerah konflik di Poso Sulawesi yang tidak pernah absen dilakukan oleh Batalyon Kodam IV/Diponegoro secara bergantian sampai sekarang ini.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-66370129613814046122011-02-18T12:09:00.003+07:002011-02-18T12:09:28.650+07:00Pembentukan TrikoraPengakuan dan penyerahan kedaulatan atas Negara RI oleh Belanda adalah seluruh wilayah pendudukan Hindia Belanda, kecuali Irian Barat, hal itu adalah sangat bertentangan dengan UUD Negara RI bahwa luas daerah Negara RI menurut proklamasi 17 Agustus 1945 adalah meliputi seluruh daerah Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke. Dengan demikian Irian Barat/Irian Jaya (sekarang Papua) yang masih dipertahankan oleh Belanda merupakan daerah sengketa.<br />
Pemerintah Indonesia dalam usaha untuk menyelesaikan Irian Jaya dilakukan dengan jalan diplomasi sejak tahun 1955. Namun usaha itu selalu mengalami kegagalan, karena sikap dan tindakan Belanda memasukkan Irian Jaya ke dalam wilayah kekuasaannya. Pihak Indonesia membalas tindakan Belanda itu dengan menghapus Missi militer Belanda. Usaha pengembalian wilayah Irian Jaya tetap dilanjutkan perjuangannya dengan membentuk Front Nasional pembebasan Irian Jaya. Dewan pertahanan nasional mempertegas bahwa perjuangan harus ditingkatkan menjadi konfrontasi. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1960 hubungan diplomatik dengan Belanda diputus dan perjuangan terus ditingkatkan. Dewan pertahanan merumuskan Tri Komando Rakyat ( Trikora ) yang kemudian diucapkan Presiden Sukarno di Yokyakarta pada tanggal 19 Desember 1961.<br />
Dengan keputusan Presiden Pangti ABRI/Panglima Besar KOTI pembebasan Irian Barat Nomor : 1 Tahun 1962 dibentuk suatu Komando yaitu "Komando Mandala" sebagai pimpinan tertinggi Komando Mandala adalah Mayor Jendral Suharto.<br />
Komando Mandala melaksanakan fase infiltrasi dalam fase ini telah diterjunkan sepuluh kompi di daratan Irian Jaya untuk mengembangkan penguasaan wilayah dengan bantuan rakyat setempat. Dari Kodam VII / Diponegoro mengirimkan Yon 454. Setelah infiltrasi dapat dilaksanakan kemudian mengadakan serangan terbuka terhadap pos pos pertahanan musuh. Infiltrasi terus dilakukan melalui laut dan udara, kemudian dilaksanakan operasi operasi untuk mendesak pertahanan lawan.<br />
Sementara itu di forum PBB telah tercapai persetujuan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 18 Agustus 1967 Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI memerintahkan untuk menghentikan tembak-menembak. Perintah tersebut kemudian disusul surat perintah Panglima Mandala kepada seluruh slagorde Mandala yang berada di daerah Irian Jaya. Isi perintah ini adalah agar semua pasukan mentaati perintah penghentian tembak menembak dan mengadakan kontak. Dengan demikian berakhirlah pertikaian pada 1 Mei 1963Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-9450911235236436312011-02-17T11:17:00.002+07:002011-02-17T11:17:30.218+07:00Penumpasan Pemberontakan DI/TII.Menumpas DI/TII di Jawa Tengah.<br />
DI (Darul Islam) pada hakekatnya adalah persoalan yang ditimbulkan oleh golongan extrim Islam yang akan mendirikan Negara Islam Indonesia yang merdeka dengan agama Islam sebagai dasarnya. Pusat DI di Jawa Barat dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo. Kemudian pengaruhnya meluas ke luar daerah yaitu Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Gerakan tersebut sesungguhnya telah dimulai pada tahun 1946. Akibat perjanjian Renville, pasukan pasukan TNI harus meninggalkan kantong kantong gerilya kemudian melaksanakan hijrah. Keputusan tersebut ditolak oleh Kartosuwiryo, karena politik yang demikian dianggap merugikan perjuangan. Oleh karena itu pasukan Hizbullah dan Sabilillah tidak diizinkan meninggalkan Jawa Barat. Setelah pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah, Kartosuwiryo lebih leluasa melaksanakan rencananya. Pada bulan Maret 1948 pasukan pasukan itu membentuk gerakan dengan nama Darul Islam (DI) dan tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan Tentara Islam Indonesia (TII). Hukum yang berlaku di negara Islam itu ialah hukum Islam. Hal ini jelas bahwa NII tidak mengakui UUD 1945 dan Pancasila.<br />
DI/TII itu kemudian memusuhi pasukan TNI dengan mengadakan pengadangan dan menyerang pasukan TNI yang sedang dalam perjalanan kembali ke Jawa Barat. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dengan segala cara menyebarkan pengaruh nya ke Jawa Tengah. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah di pimpin Amir Fatah. Daerah operasinya di daerah Pekalongan Tegal dan Brebes dimana daerah tersebut mayoritas pendudukanya beragama Islam yang fanatik.<br />
Pada waktu daerah pendudukan Belanda terjadi kekosongan, maka pada bulan Agustus 1948 Amir Fatah masuk ke daerah pendudukan Belanda di Tegal dan Brebes dengan membawa 3 kompi Hizbullah. Amir Fatah masuk daerah pendudukan melalui Sektor yang dipimpiin oleh Mayor Wongsoatmojo. Mereka berhasil masuk dengan kedok untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda dan mendapat tugas istimewa dari Panglima Besar Sudirman untuk menyadarkan Kartosuwiryo.<br />
Amir Fatah setelah tiba di daerah pendudukan Belanda di Pekalongan dan Brebes kemudian melepaskan kedoknya untuk mencapai tujuan. Dengan jalan intimidasi dan kekerasan berhasil membentuk organisasi Islam yang dinamakan Majlis Islam (MI) mulai tingkat dewasa sampai karesidenan. Disamping itu menyusun suatu kekuatan yaitu Tentara Islam Indonesia (TII) dan Barisan Keamanan serta Pahlawan Darul Islam (PADI). Dengan demikian di daerah pendudukan, Amir Fatah telah menyusun kekuatan DI di Jawa Tengah.<br />
Sementara itu Mayor Wongsoatmojo pada bulan Januari 1949 masuk daerah pendudukan Belanda di Tegal dan Brebes dengan kekuatan 4 kompi. Kemudian diadakan perUndingawn dengan pimpinan Majelis Islam (MI) yang diawali Amir Fatah. Dengan perundingan itu dapat dicapai suatu kerjasama antara pemerintah militer dengan MI juga antara TNI dengan pasukan Hizbullah dan Amir Fatah diangkat menjadi Ketua Koordinator daerah operasi Tegal Brebes.<br />
Dibalik itu semuanya Amir Fatah menggunakan kesempatan tersebut untuk menyusun kekuatan TII dan DI nya. Usaha untuk menegakkan kekuasaan di Jawa Tengah semakin nyata. Lebih-lebih setelah datangnya Kamran Cakrabuana sebagai utusan DI/TlI Jawa Barat untuk mengadakan perundingan dengan Amir Fatah maka keadaan berkembang dengan cepat. Amir Fatah diangkat Komandan Pertempuran Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal TII. Sejak itu Amir menyerahkan tanggung jawab dan jabatannya selaku Ketua Koordinator daerah Tegal Brebes kepada Komandan SKS (Sub Wherkraise) III. Ia mengatakan bahwa Amir Fatah dengan seluruh kekuatan bersenjatanya tidak terikat lagi dengan Komandan SWKS III.<br />
Untuk melaksanakan cita citanya di Jawa Tengah, DI mengadakan teror terhadap rakyat dan TNI yang sedang mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Dengan demikian dapat dibayangkann betapa berat perjuangan TNI di daerah SWKS III, karena harus menghadapi dua lawan sekaligus yaitu Belanda dan DI/TII pimpinan Amir Fatah. Kemudian pasukan DI mengadakan penyerbuan terhadap markas SWKS III di Bantarsari. Pada waktu itu pula terjadilah pembunuhan massal terhadap satu Regu Brimob pimpinan Komisaris Bambang Suprapto. Pukulan teror DI di daerah SWKS III membuat kekuatan TNI menjadi terpecah belah tanpa hubungan satu sama lain. Akibatnya teror DI tersebut, daerah SWKS III menjadi gawat.<br />
Untuk mengatasi keadaan ini Letkol Moch. Bachrun Komandan Brigade 8/WK I mengambil tindakan mengkonsolidasikan SWKS III yang telah terpecah pecah. Kemudian diadakan pengepungan terhadap pemusatan DI. Gerakan selanjutnya dilaksanakan dalam fase ofensif. Gerakan tersebut berhasil memecah belah kekuatan DI/TII sehingga terjadi kelompok kelompok kecil. Dengan terpecahnya kekuatan DI menjadi kelompokkelompok kecil tersebut akhirnya gerakan mereka dapat dipatahkan. Setelah itu gerakan diarahkan kepada pasukan Belanda DI/TII. Gerakan itu dilaksanakan siang dan malam, sehingga kedudukan mereka terdesak. Dalarn keadaan moril pasukan tinggi, datang perintah penghentian tembak menembak dengan Belanda. Akhirya menghasilkan KMB yang keputusan keputusannya harus dilaksanakan oleh TNI antara lain penggabungan KNIL dengan TNI. Dalam situasi TNI berkonsolidasi, Amir Fatah mengambil kesempatan untuk menyusun kekuatan kembali. Kekuatan baru itu memilih daerah Bumiayu menjadi basis dan markas komandonya. Setelah mereka kuat mulai menyerang pos pos TNI dengan cara menggunakan massa rakyat.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-6722118078836950242011-02-17T07:19:00.000+07:002011-02-17T07:19:13.105+07:00Penumpasan Pemberontakan Gerakan AUI di Kebumen.AUI (Angkatan Umat Islam) adalah suatu organisasi yang didirikan tanggal 11 September 1945 di Kebumen oleh Muhammad Syafi'i dan Kyai Afandi. Pada bulan Oktober 1945 AUI menyatakan menjadi satu partai yang berdiri sendiri dan beraliran Islam. AUI juga mempunyai badan badan kelasykaran bersenjata, mereka berasal dari daerah Kebumen dan sekitarnya. AUI mengalami perpecahan karena adanya perbedaan pendapat diantara pimpinan. Konflik tidak dapat diselesaikan dan akhirnya pimpinan beralih dari Muhammad Syafi'i kepada Kyai Machfud. Dalam kepengurusannya menjadi Pimpinan Besar Umum, kemudian terkenal dengan sebutan Romo Pusat. Romo Pusat sangat besar pengaruhnya terhadap anggotanya, sehingga apa yang diperintahkan selalu ditaati. Akibatnya Romo Pusat menjadi sombong sehingga merasa dialah yang lebih tinggi kedudukannya. Kemudian AUI membuat peraturan - peraturan sendiri dan tidak mau taat kepada peraturan peraturan pemerintah.<br />
Dalam Perang Kemerdekaan AUI ikut melancarkan serangan dan bergerilya melawan tentara Belanda, disamping itu antara AUI dengan TNI telah terjalin hubungan dan kerja sama yang baik, demikian pula dengan pasukan pasukannya yang lain. Setelah pengakuan kedaulatan, kelaskaran AUI yaitu pasukan sorengpati dengan Kompi Hizbullah digabung menjadi satu Batalyon Teritorial dengan nama Batalyon Lemah Lanang dan K.H. Nursodik sebagai komandan. Dengan demikian kelasyakaran AUI telah masuk APRIS. Hal ini menyebabkan timbul pertentangan kembali diantara pimpinan AUI, karena Romo Pusat tidak setuju kelaskaran AUI masuk APRIS.<br />
Pertentangan kakak beradik menjadi lebih tegang, karena sebelumnya memang sudah ada benih benih pertentangan. Demikian pula Kornpi Hizbullah memisahkan diri dari induk pasukan dan lari ke Cilacap. Dalam menyelesaikan masalah itu pemerintah menempuh jalan damai yaitu dengan mengadakan perundingan dengan Romo Pusat. Tetapi ajakan itu ditolak. Usaha selanjutnya Batalyon Lemah Lanang dimasukkan Depo Pendidikan, usaha inipun gagal.<br />
Pada tanggal 3 Juli 1950 terjadi pertengkaran AUI dengan Polisi Militer yang sedang melaksanakan tugasnya. Dalam peristiwa itu anggota AUI terbunuh. Kematian anggota AUI tersebut membuat marah pimpinan AUI, maka pada tanggal 1 Agustus 1950 pihak AUI melancarkan tembakan yang diarahkan ke markas Polisi Militer. Saat itu mulai meletus pertempuran. Kota Kebumen menjadi ribut dan tembak - menembak terjadi di seluruh pelosok kota.<br />
Komandan Brigade X memberi ultimatum kepada AUI supaya menyerah. Tetapi ultimatum itu tidak dihiraukan, bahkan dibalas dengan tindakan kekerasan senjata. Kemudiann dilancarkan operasi militer untuk menumpas. Dengan operasi tersebut kedudukan AUI terdesak sehingga daerahnya menjadi sernpit. Kemudian dihalau dan mereka lari ke Gunung Srandil, terus dikejar TNI dan ditempat inilah AUI dapat dihancurkan yaitu dengan tertembaknya Romo Pusat. Sisa sisa kelaskaran AUI menjadi tercerai berai, sehingga lari ke Jawa Barat bergabung dengan pernberontakan DI/TII.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-53013795002743400032011-02-17T07:18:00.000+07:002011-02-17T07:18:04.189+07:00Penumpasan Pemberontakan Gerombolan MMCGerombolan MMC (Merapi Merbabu Complek) adalah suatu gerombolan bersenjata yang mengganggu keamanan dan ketertiban di daerah Merapi Merbabu, sehingga terkenal dengan nama Gerombolan Merapi Merbabu Complek (MMC). Gerombolan ini pada pada hakekatnya merupakan komunis yang bersifat embriyo. Gerombolan MMC terdiri dari dua bagian ialah Gerombolan MMC di daerah Surakarta, Yogyakarta, kedua gerombolan MMC di daerah Salatiga, dan Ambarawa.<br />
Gerombolan MMC di daerah Surakarta, Yogyakarta dan Kedu mengadakangangguan keamanan daerah tersebut mula-mula berupa tindakan demonstratif terhadap pemerintah RIS dengan dalih merasa tidak puas dengan persetujuan KMB, selanjutnya mereka berusaha menghasut rakyat tani agar menentang pemerintahan dan mengadakan perampokan-perampokan.<br />
Untuk mengatasi kekacauan tersebut, maka Yon 454 mengadakan pengamanan di daerah Klaten dan Yon 418 dibawah pimpinan kapten Kusmanto, mengadakan pengamanan di daerah Boyolali. Dengan adanya pasukan-pasukan tersebut keamanan belum dapat dipulihkan bahkan pengikut gerombolan bertambah banyak.<br />
Untuk mendapatkan keterangan dari penduduk tentang sel sel pengacau menghadapi jalan buntu, karena rakyat takut ancaman mereka. Setelah keamanan pulih kembali, pasukan mulai ditarik, dengan demikian tanggung jawab keamanan diserahkan kembali pada pemerintah sipil. Tindakan itu diambil dengan harapan kekacauan akan mereda, tetapi kenyataannya lain. Gerombolan meningkat dan bertambah kekuasaannya. Bukan saja penggarongan dan perampokan, tetapi sudah berani melancarkan serangan langsung kepada pasukan TNI. Karena keadaan menjadi genting maka pada tanggal 10 2 1951 Panglima Divisi Diponegoro mengeluarkan perintah operasi Merapi Merbabu Complek dengan nama "Merdeka Timur II ".<br />
Dalam operasi itu digerakkan 8 Batalyon, disamping itu juga tenaga tenaga kesatuan Teritorial dan polisi. Didaerah Salatiga dan Ambarawa banyak organisasi organisasi gerilya misalnya PGR (Pasukan Gerilya Rakyat), MPR (Markas pertahanan Rakyat), pasukan Merbabu, Pasukan KB/SS (Markas Kuda Besi/Sabotase Service). Organisasi organisasi gerilya itu mula mula membantu perjuangan. Tetapi akhirnya gerakan gerakannya menuju ke arah extrim kiri. Organisasi organisasi tersebut kemudian menjadi gerombolan MMC di daerah Salatiga dan Ambarawa yang selalu mengadakan gangguan yang akhirnya membangkang terhadap pemerintah yang syah.<br />
Organisasi penumpasan gerombolan MMC dipimpin oleh Letkol Suadi Suroniharjo dengan gerakan "Aksi Segi Tiga" yaitu operasi militer dibarengi dengan penerangan dan sosial. Operasi berhasil menangkap beratus ratus gerombolan dan menembak mati pimpinan gerombolan serta berhasil merampas senjata. Dengan demikian keamanan di daerah MMC dapat dikuasai. Karena keadaan telah pulih kembali maka kekuasaan diserahkan kembali kepada pernerintah daerah dan keamanan menjadi tanggung jawab pamong praja dan polisi. Operasi pembersihan dilanjutkan oleh Mobile Brigade dengan operasi "Lebaran" Namun gerombolan MMC aktif kembali dan berani menyerang patroli-patroli polisi. Keadaan menjadi semakin kacau, sehingga menyebabkan TNI kembali melancarkan operasi. Setelah itu diadakan operasi " Tritunggal " yaitu kerja sama antara tentara, polisi dan pamong praja, semua aparat pemerintah dikerahkan untuk operasi tersebut. Operasi tritunggal berhasil memulihkan keamanan didaerah MMCRendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-77663747253981163572011-02-17T06:45:00.000+07:002011-02-17T06:45:53.962+07:00Penumpasan Pemberontakan PRRI/Permesta.Masa Demokrasi Liberal tahun 1950 menimbulkan ketidak stabilan dalam bidang politik. Kemudian pada tahun 1955 diadakan pernilihan umum, namun Pemilu tersebut tidak berhasil menghilangkan pertentangan‑pertentangan politik. Oleh karena itu beberapa daerah muncul suara - suara menuntut otonomi yang luas, karena tidak ada keseirnbangan antara daerah dengan pusat dan daerah merasa dianaktirikan oleh pemerintah pusat terutarna dalam bidang pernbangunan.<br />
<br />
Dalam keadaan yang demikian itu bekas Divisi Banteng mengadakan reuni di Padang pada tanggal 20 ‑ 24 Nopernber 1956. Hasil reuni tersebut terbentuklah Dewan Banteng yang diketuai oleh Letkol Ahmad Husein. Dengan terbentuknya Dewan Banteng yang bertendensi politik, maka KSAD melarang perwira‑perwira AD melakukan kegiatan di bidang politik. Tetapi larangan itu bahkan disambut oleh ketua Dewan Benteng dengan mengambil alih pemerintahan Sumatera Tengah dari Gubernur Ruslan Muloharjo, dengan dalih tidak mampu melaksanakan pembangunan.<br />
<br />
Kegiatan di Sumatera Tengah itu diikuti oleh Sumatera Timur yaitu Ketua Dewan Gajah mengambil alih semua kekuasaan yang ada dalam wilayah TNI kemudian Sumatera Selatan terjadi kegiatan ‑ kegiatan yang sama. Setelah diadakan Konferensi Dinas Pemerintahan Sumatera Selatan lahirlah Garuda. Kemudian Panglima TNI Letnan Kolonel Barlian mengambil alih pemerintahan Sumatera Pusat, mengadakan musyawarah pembangunan nasional untuk memecahkan persoalan secara terbuka. Namun usaha pernerintah tersebut tidak diterima, bahkan gerakan kedaerahan yang bersifat sparatis terus berlangsung yang akhirnya menjurus menjadi pernberontakan.<br />
<br />
Pemberontakan makin memuncak dengan proklamasi pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tanggal 15 Pebruari 1958 oleh Ahmad Husein, Kolonel Dahlan Jombek dan Kolonel Simbolon. Kemudian untuk mengatasi pernberontakan tersebut pemerintah bersikap tegas dengan melakukan Operasi militer. Perwira yang terlibat seperti Letkol Ahmad Husein, Kolonel Dahlan Jombek, Kolonel Siimbolon diberhentikan dengan tidak hormat.<br />
<br />
Operasi gabungan yang dilaksanakan yaitu Operasi Tegas (Untuk Daerah Riau), Operasi 17 Agustus (Untuk Sumatera Barat), Operasi Sapta Marga (untuk Sumatera Timur) dan Operasi Sadar (untuk Sumatera Selatan). Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani ditujukan kedaerah Sumatera Barat dengan sasaran merebut pusat militer lawan di Padang dan pusat pernerintahan di Bukit Tinggi. Dari Kodam VII/ Diponegoro mengiriinkan Yon ‑ 438 dan Yon ‑ 440. Dengan operasi tersebut maka kota Padang dan Bukit Tinggi dapat dikuasai dan diduduki. Dengan jatuhnya Bukit Tinggi selesailah operasi pernbersihan dan teritorial. Dengan demikian tokoh‑tokoh PRRI melarikan diri ke hutan‑hutan dan pada pertengahan tahun 1961 mereka menyerah sesuai dengan anjuran pemnerintah.<br />
<br />
Kericuhan yang terjadi tidak hanya terbatas di daerah Sumatera saja, tetapi menjalar pula ke daerah ‑ daerah lain. Di Sulawesi Utara lahir Dewan Menghuni, kegiatan selanjutnya ialah panglima TNI/VII Letkol Fanco Samuel mengadakan pertemuan dengan staf dan perwira ‑ perwira. Perternuan menghasilkan konsensi mengenai cara ‑ cara untuk mengatasi ketegangan dalam kehidupan kenegaraan, maka tanggung jawab wilayah dan pasukan harus berada dalam satu tangan yaitu panglima TT. Kemudian diadakan rapat lagi pada tanggal 2 Maret 1957 di Kantor Gebenuran Makasar (Ujungpandang) dihadiri oleh tokoh ‑ tokoh sipil dan militer. Hasil dari perternuan adalah Piagam perjuangan semesta ( Permesta ).<br />
<br />
Sementara itu Letkol Dj. Somba Komandan KDMST menyatakan bahwa Sulawesi Utara memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat. Atas tindakan tersebut kemudian pernerintah memutuskan untuk memecat dengan tidak hormat Letkol Vance Samuel, Letkol Dj. Somba dan Mayor D. Punturambi serta perwira lainnya.<br />
<br />
Pemberontakan Permesta ditindak tegas dan dihadapi dengan kekuatan militer oleh pemerintah pusat serta alat negara dan rakyat setempat yang setia kepada Republik Indonesia. Dalam rangka penumpasan pemberontakan Permesta di Sulawesi Utara tersebut kodam VII/Diponegoro mengirimkan Batalyon Inf ‑ 432 dalam Operasi Merdeka.<br />
<br />
Sebelum operasi pokok dilaksanakan, maka di Sulawesi Tengah telah dilaksanakan operasi "Insyaf” yang dikoordinasi oleh Komando antar Daerah Indonesia Timur (Komandat). Operasi tidak mengetahui hambatan dan dapat merebut dan menduduki kota. Setelah masing‑masing Komando operasi berhasil menguasai daerah sasaran, maka dimulai gerakan ke sasaran pokok yaitu Manado, untuk merebut Sulawesi Utara dan kota Manado. Manado telah dikepung dari segala penjuru. Serangan mulai dilancarkan pada tanggal 16 Juni 1958 dan sepuluh hari kemudian kota Manado dapat diduduki.<br />
<br />
Pada bulan Agustus 1958 kekuatan pokok Permesta sudah lumpuh. Namun demikian gerakan penumpasan terhadap sisa‑sisa pasukan Permesta tetap berjedan dan operasi tersebut dilaksanakan dengan operasi pembersihan dan teritorial. Dalam opeasi itu tokoh ‑ tokoh Permesta tertangkap dan sisa ‑ sisa pasukannya menyerahkan diri sesuai dengan seruan pemerintah.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-12995283094551194892011-02-14T12:17:00.000+07:002011-02-14T12:17:36.823+07:00Pemberontakan Andi AzizPemberontakan Andi Aziz<br />
Pemberontakan Andi Aziz adalah pemberontakan yang dipelopori oleh kapten Andi Aziz seorang Komandan kompi APRIS bekas KNIL. Latar belakang pemberontakan Andi Aziz adalah penolakan pemerintah RIS atas tuntutan Andi Aziz yang menginginkan tanggung jawab atas keamanan NIT diberikan kepada APRIS dari unsure KNIL di Ujung Pandang saja. Pemberontakan yang dilakukan di Makassar dan Ujung Pandang bertujuan :<br />
a. Menolak dan menghalangi mesuknya TNI ke Makassar dan menuntut agar pasukan APRIS dari bekas tentara KNIL saja yang bertanggung jawab.<br />
b. Ingin mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur (NIT)<br />
Gerakan ini berlangsung pada tanggal 5 April 1950, pasukan Andi Aziz mendudukiobyek-obyek vital Negara di Makassar seperti lapangan terbang dan kantor TelKom. Pasukan ini juga menyerang pos militer dan berhasil menawan pejabay panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur, Letkol A.Y. Mokoginta.<br />
Upaya yang dilakukan Pemerintah dan TNI untuk menumpas pemberontakan ini , yaitu:<br />
a. Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah memberikan ultimatumagar dalam waktu 4x24 jam Andi Aziz harus menyerah. Namun Andi Aziz tidak segera menyerah.<br />
b. Mengirim pasukan yang dipimpin oleh Mayor Worang untuk menangkap Andi Aziz.<br />
c. Pada tanggal 26 April 1950 ekspedisi pasukan militer yang dipimpin Kolonel Alex E. Kawilerang. Meskipun pemberontakan ini dibantu oleh pasukan Belanda yang mesih tersisa si Makassar, pada tahun 1953 Andi Aziz dapat ditangkap dan diadili oleh Mahkamah militer di Yogyakarta da dihukum 15 tahunpenjara.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-44455764282101013922011-02-14T12:14:00.002+07:002011-02-14T12:14:25.228+07:00Pemberontakan APRAPeristiwa/Pemberontakan APRA di Bandung <br />
SUMBER : Dahlan Zailani<br />
<br />
Pada saat pertama pemerintah RIS- yang mana Dr Moh Hatta jadi Perdana Menteri tak sedikit kesulitan yang dihadapi oleh Pemerintah. Baik rongrongan dari luar, maupun dari dalam tubuh sendiri.<br />
Pembentukan APRIS ternyata menimbulkan ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan terjadinya serentetan pertumpahan darah Diantara kalangan TNI sendiri ada tantangan dan keengganan untuk bekerjasama dengan bekas anggota tentara Belanda, dengan KNIL, KL, KM dan sebagainya yang dilebur kedalam APRIS.<br />
Sebaliknya dipihak KNIL ada tuntutan agar bekas kesatuannya ditetapkan sebagai alat dari Negara Bagian. Juga tantangan dari eks serdadu KNIL yang merasa was-was akan nasib mereka jika dilebur dalam tubuh APRIS bersama dengan TNI. Mereka takut kehilangan kedudukannya kalau Belanda pergi dari Indonesia.<br />
Diantara mereka adalah gerakan apa yang mereka namakan "APRA" (Angkatan Perang Ratu Adil) dibawah pimpinan Kapten Raymond Westerling. Ya, Kapten inilah yang dengan para pengikutnya pada tahun 1947 telah membuat terror di Sulawesi Selatan yang terkenal bengis dan kejam dengan pembantaian dalam waktu singkat mencapai sekitar 40.000 korban rakyat Indonesia.<br />
Dengan menggunakan nama "Ratu Adil" Westerling mencoba mengetahui rakyat Indonesia, seakan-akan merekalah yang "ditungggu-tunggu" rakyat sesuai dengan ramalan Joyoboyo, dan mereka pulalah yang akan memerintah Indonesia yang rakyatnya sudah lama menderita.<br />
Ketegangan-ketegangan pun terjadi dalam pertentangan politik yang menajam antara golongan "Federalis" yang tetap ingin mempertahankan Negara Bagian terhadap golongan "Unitaris" yang menginginkan Negara Kesatuan.<br />
Tujuan APRA sebenarnya untuk mempertahankan bentuk Federal Indonesia, oleh sebab itu beberapa Pengusaha Perkebunan dan tokoh-tokoh Belanda berdiri di belakang Westerling.<br />
Kebrutalan APRA menjadi-jadi, karena mereka telah memberikan "ultimatum" kepada Pemerintah RIS dan Negara Pasundan, supaya mereka diakui sebagai "Tentara Pasundan" dan menolak untuk membubarkan Negara "boneka" tersebut. Sudah tentu "ultimatum" tersebut tidak digubris oleh Pemerintah RIS, yang sebagaimana diketahui Perdana Menterinya adalah Bung Hatta.<br />
Maka pada tanggal 23 Januari 1950 pagi-pagi benar dengan diperkirakan membawahi 800 tentara KNIL, terdiri dari pelarian-pelarian pasukan payung, barisan pengawal "Stoottroepen" dan polisi Belanda dengan dilindungi oleh kendaraan berlapis baja, mereka "menyerbu" kota Bandung. Dan untuk beberapa lamanya mereka dapat "kuasai" kota Bandung.<br />
Setiap anggota APRIS (TNI) yang mereka temui-baik itu bersenjata atau tidak ditembak mati di tempat. Perlawanan dapat dikatakan tidak ada, karena penyerbuan tersebut tidak terduga sama sekali. Pun mengingat kesatuan-kesatuan Siliwangi baru beberapa saat saja memasuki kota Bandung, setelah perdamaian terdapat sebagai hasil KMB. Staf Divisi Siliwangi yang pada hari itu hanya dijaga 15 prajurit, diserang dengan tak terduga. Seorang Perwira menengah-Letkol Lembong tewas menjadi keganasan APRA. Dalam penyerbuan APRA ini 79 anggota APRIS/TNI gugur.<br />
Pemerintah RIS untuk memperkuat pertahanan kota Bandung mengirimkan bala bantuan antara lain dari kesatuan-kesatuan polisi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang ketika itu sedang berada di Jakarta. Pun pada hari itu juga TNI dapat mengkonsolidasi kekuatannya, dan akhirnya gerombolan APRA dapat dipaksa mengundurkan diri kota Bandung.<br />
Operasi penumpasan dan pengejaran gerombolan APRA ini yang sedang melakukan gerakan mundur, segera dilakukan oleh Kesatuan TNI. Dalam suatu pertempuran di daerah Pacet pada tanggal 24 Januari 1950 pasukan TNI berhasil menghancurkan sisa-sisa gerombolan APRA.<br />
Di kota Bandung juga diadakan pembersihan dan penahanan terhadap mereka yang terlibat, termasuk beberapa tokoh Negara Pasundan. Setelah melarikan diri dari Bandung, Westerling masih ingin melanjutkan "Petualangannya" di Jakarta. Ia merencanakan gerakannya untuk menangkap semua Menteri RIS yang sedang menghadiri Sidang Kabinet dan membantainya, persis semacam apa yang pernah Westerling lakukan dulu dengan rakyat Sulawesi Selatan tetapi gerakan tersebut dapat digagalkan, dan ternyata bahwa "otaknya" adalah Sultan Hamid II, yang juga duduk di Kabinet RIS, tapi zonder portofolio.<br />
Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan Westerling setelah melihat kegagalannya APRA di Bandung dan juga gagal usahanya "menangkap" para Menteri RIS dalam Sidang Kabinet RIS di Jakarta, sempat melarikan diri ke luar negeri dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda, dan dengan demikian berakhirlah "petualangan" Westerling untuk mengacau di Indonesia yang telah membawa korban Rakyat Indonesia beribu-ribu banyaknya, dan tak akan dilupakan oleh Bangsa Indonesia selama-lamanya. )Penulis adalah pejuang 1945)<br />
<br />
Latar belakang<br />
<br />
Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer Belanda menerima laporan, bahwa Westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000 orang. Laporan yang diterima Inspektur Polisi Belanda J.M. Verburgh pada 8 Desember 1949 menyebutkan bahwa nama organisasi bentukan Westerling adalah "Ratu Adil Persatuan Indonesia" (RAPI) dan memiliki satuan bersenjata yang dinamakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Pengikutnya kebanyakan adalah mantan tentara KNIL dan yang desersi dari pasukan khusus KST/RST. Dia juga mendapat bantuan dari temannya orang Tionghoa, Chia Piet Kay, yang dikenalnya sejak berada di kota Medan.<br />
Pada 5 Desember malam, sekitar pukul 20.00 dia menelepon Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda, pengganti Letnan Jenderal Spoor. Westerling menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden, apabila setelah penyerahan kedaulatan Westerling berencana melakukan kudeta terhadap Sukarno dan kliknya. Van Vreeden memang telah mendengar berbagai kabar, antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan. Juga dia telah mendengar mengenai kelompoknya Westerling.<br />
Jenderal van Vreeden, sebagai yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran "penyerahan kedaulatan" pada 27 Desember 1949, memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan tersebut, tapi van Vreeden tidak segera memerintahkan penangkapan Westerling.<br />
<br />
Surat ultimatum<br />
<br />
Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat kepada pemerintah RIS yang isinya adalah suatu ultimatum. Dia menuntut agar Pemerintah RIS menghargai Negara-Negara bagian, terutama Negara Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalm waktu 7 hari dan apabila ditolak, maka akan timbul perang besar.<br />
Ultimatum Westerling ini tentu menimbulkan kegelisahan tidak saja di kalangan RIS, namun juga di pihak Belanda dan dr. H.M. Hirschfeld (kelahiran Jerman), Nederlandse Hoge Commissaris (Komisaris Tinggi Belanda) yang baru tiba di Indonesia. Kabinet RIS menghujani Hirschfeld dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya menjadi sangat tidak nyaman. Menteri Dalam Negeri Belanda, Stikker menginstruksikan kepada Hirschfeld untuk menindak semua pejabat sipil dan militer Belanda yang bekerjasama dengan Westerling.<br />
Pada 10 Januari 1950, Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa pihak Indonesia telah mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Westerling. Sebelum itu, ketika Lovink masih menjabat sebagai Wakil Tinggi Mahkota (WTM), dia telah menyarankan Hatta untuk mengenakan pasal exorbitante rechten terhadap Westerling. Saat itu Westerling mengunjung Sultan Hamid II di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebelumnya, mereka pernah bertemu bulan Desember 1949. Westerling menerangkan tujuannya, dan meminta Hamid menjadi pemimpin gerakan mereka. Hamid ingin mengetahui secara rinci mengenai organisasi Westerling tersebut. Namun dia tidak memperoleh jawaban yang memuaskan dari Westerling. Pertemuan hari itu tidak membuahkan hasil apapun. Setelah itu tak jelas pertemuan berikutnya antara Westerling dengan Hamid. Dalam otobiografinya Mémoires yang terbit tahun 1952, Westerling menulis, bahwa telah dibentuk Kabinet Bayangan di bawah pimpinan Sultan Hamid II dari Pontianak, oleh karena itu dia harus merahasiakannya.<br />
Pertengahan Januari 1950, Menteri UNI dan Urusan Provinsi Seberang Lautan, Mr.J.H. van Maarseven berkunjung ke Indonesia untuk mempersiapkan pertemuan Uni Indonesia-Belanda yang akan diselenggarakan pada bulan Maret 1950. Hatta menyampaikan kepada Maarseven, bahwa dia telah memerintahkan kepolisian untuk menangkap Westerling.<br />
Ketika berkunjung ke Belanda, Menteri Perekonomian RIS Juanda pada 20 Januari 1950 menyampaikan kepada Menteri Götzen, agar pasukan elit RST yang dipandang sebagai faktor risiko, secepatnya dievakuasi dari Indonesia. Sebelum itu, satu unit pasukan RST telah dievakuasi ke Ambon dan tiba di Ambon tanggal 17 Januari 1950. Pada 21 Januari Hirschfeld menyampaikan kepada Götzen bahwa Jenderal Buurman van Vreeden dan Menteri Pertahanan Belanda Schokking telah menggodok rencana untuk evakuasi pasukan RST.<br />
<br />
Desersi<br />
<br />
Pada 22 Januari pukul 21.00 dia telah menerima laporan, bahwa sejumlah anggota pasukan RST dengan persenjataan berat telah melakukan desersi dan meninggalkan tangsi militer di Batujajar.<br />
Mayor KNIL G.H. Christian dan Kapten KNIL J.H.W. Nix melaporkan, bahwa kompi "Erik" yang berada di Kampemenstraat malam itu juga akan melakukan desersi dan bergabung dengan APRA untuk ikut dalam kudeta, namun dapat digagalkan oleh komandannya sendiri, Kapten G.H.O. de Witt. Engles segera membunyikan alarm besar. Dia mengontak Letnan Kolonel TNI Sadikin, Panglima Divisi Siliwangi. Engles juga melaporkan kejadian ini kepada Jenderal Buurman van Vreeden di Jakarta.<br />
Antara pukul 8.00 dan 9.00 dia menerima kedatangan komandan RST Letkol Borghouts, yang sangat terpukul akibat desersi anggota pasukannya. Pukul 9.00 Engles menerima kunjungan Letkol Sadikin. Ketika dilakukan apel pasukan RST di Batujajar pada siang hari, ternyata 140 orang yang tidak hadir. Dari kamp di Purabaya dilaporkan, bahwa 190 tentara telah desersi, dan dari SOP di Cimahi dilaporkan, bahwa 12 tentara asal Ambon telah desersi.<br />
<br />
Kudeta<br />
<br />
Namun upaya mengevakuasi Reciment Speciaale Troepen, gabungan baret merah dan baret hijau terlambat dilakukan. Dari beberapa bekas anak buahnya, Westerling mendengar mengenai rencana tersebut, dan sebelum deportasi pasukan RST ke Belanda dimulai, pada 23 Januari 1950 Westerling melancarkan kudetanya. Subuh pukul 4.30, Letnan Kolonel KNIL T. Cassa menelepon Jenderal Engles dan melaporkan: "Satu pasukan kuat APRA bergerak melalui Jalan Pos Besar menuju Bandung."<br />
Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temukan di jalan. 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut, termasuk Letnan Kolonel Lembong, sedangkan di pihak APRA, tak ada korban seorang pun.<br />
Sementara Westerling memimpin penyerangan di Bandung, sejumlah anggota pasukan RST dipimpin oleh Sersan Meijer menuju Jakarta dengan maksud untuk menangkap Presiden Soekarno dan menduduki gedung-gedung pemerintahan. Namun dukungan dari pasukan KNIL lain dan TII (Tentara Islam Indonesia) yang diharapkan Westerling tidak muncul, sehingga serangan ke Jakarta gagal total.<br />
Setelah puas melakukan pembantaian di Bandung, seluruh pasukan RST dan satuan-satuan yang mendukungnya kembali ke tangsi masing-masing. Westerling sendiri berangkat ke Jakarta, dan pada 24 Januari 1950 bertemu lagi dengan Sultan Hamid II di Hotel Des Indes. Hamid yang didampingi oleh sekretarisnya, dr. J. Kiers, melancarkan kritik pedas terhadap Westerling atas kegagalannya dan menyalahkan Westerling telah membuat kesalahan besar di Bandung. Tak ada perdebatan, dan sesaat kemudian Westerling pergi meninggalkan hotel.<br />
Setelah itu terdengar berita bahwa Westerling merencanakan untuk mengulang tindakannya. Pada 25 Januari Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa Westerling, didukung oleh RST dan Darul Islam, akan menyerbu Jakarta. Engles juga menerima laporan, bahwa Westerling melakukan konsolidasi para pengikutnya di Garut, salah satu basis Darul Islam waktu itu.<br />
Aksi militer yang dilancarkan oleh Westerling bersama APRA yang antara lain terdiri dari pasukan elit tentara Belanda, menjadi berita utama media massa di seluruh dunia. Hugh Laming, koresponden Kantor Berita Reuters yang pertama melansir pada 23 Januari 1950 dengan berita yang sensasional. Osmar White, jurnalis Australia dari Melbourne Sun memberitakan di halaman muka: "Suatu krisis dengan skala internasional telah melanda Asia Tenggara." Duta Besar Belanda di AS, van Kleffens melaporkan bahwa di mata orang Amerika, Belanda secara licik sekali lagi telah mengelabui Indonesia, dan serangan di Bandung dilakukan oleh "de zwarte hand van Nederland" (tangan hitam dari Belanda).Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-79265851959825236912011-02-10T15:58:00.000+07:002011-02-10T15:58:37.829+07:00Peristiwa Lengkong TangerangPERISTIWA LENGKONG (SERPONG)<br />
<br />
Suatu kejadian yg sulit saya lupakan adalah Peristiwa Lengkong.<br />
Dalam upaya memiliki senjata yg masih ada di tangan tentara Jepang, Resimen Tangerang beberapa kali mengadakan pendekatan dengan komandan pasukanpang yg bermarkas di Lengkong.<br />
Sebulan sebelum peristiwa, Letkol Singgih, Mayor Daan Mogot dan Kapten Endjon menemui Kapten Abe, yg ternyata menolak memberikan senjata kepada TKR.<br />
Padahal antar RI dan Sekutu telah sepakat, bahwa tentara Jepang yg ada di daerah kekuasaan RI akan dilucuti, kemudian dipulangkan.<br />
Berdasarkan percakapan antara Daan Yahya dan Oetarjo, diupayakan untuk bertemu dengan Letkol Miyamoto perwira Jepang yg diberi tanggung jawab ats pengurusan dan pemulangan tentara Jepang di Pulau Jawa.<br />
Tidak ada kepastan dari Miyamoto.<br />
<br />
<br />
Dalam situasi tidak menentu, tanggal 24 Januari 1946 diperoleh informasi, bahwa pasukan Belanda sudah menduduki Parung, dan selanjutnya akan bergerak ke Lengkong.<br />
Itu berarti markas Jepang di Lengkong akan dikuasai Belanda, selanjutnya AMT (Akademi Militer Tangerang) juga terancam.<br />
Pimpinan Resimen Tangerang kemudian mengambil gerak cepat untuk mengamankan Resimen IV dan juga AMT, dengan merebut senjata Jepang di Lengkong.<br />
<br />
<br />
Setelah upaya damai gagal, maka digunakan ”tipu muslihat” untuk melucuti pasukan Jepang di Lengkong.<br />
Teknik pengelabuan ini diperkirakan akan lebih efisien.<br />
Resimen akan menggunakan 4 serdadu Inggris yg berkebangsaan India yg melarikan diri dari kesatuannya<br />
<br />
Untuk membantu ”siasat” yg telah tersusun rapi.<br />
Pasukan TRI dan serdadu India yg berpakaian lengkap tentara Inggris itu bersikap seolah-olah utusan sekutu yg datang melucuti tentara Jepang.<br />
Pelaksanaannya ditangani oleh Taruna AMT.<br />
Sebagai komandan operasi ditunjuk Mayor Daan Mogot, yg memang sudah mengenal Kapten Abe.<br />
Daan Mogot didampingi taruna yg mahir berbahasa Jepang, Alex Sajoeti.<br />
<br />
Awalnya apa yg terjadi sesuai dengan rencana semula.<br />
Daan Mogot berunding dengan Kapten Abe.<br />
Akan tetapi Kapten Abe meminta waktu untuk menghubungi atasannya di Jakarta.<br />
Ketika perundingan berjalan, rupanya Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo sudah mengerahkan para taruna memasuki sejumlah barak dan melucuti senjata yg ada di sana.<br />
Memang, persenjataan Jepang bisa dikumpulkan, dan sekitar 40 orang Jepang disuruh berkumpul di lapangang.<br />
Tampaknya serdadu Jepang percaya bahwa yg sedang bertugas adalah operasi gabungan TRI dan Sekutu, sementara itu perundingan antara Daan Mogot dan Abe berlangsung alot.<br />
<br />
<br />
Dalam keadaan sedang menguasai tentara Jepang itu, tiba-tiba terdengar suara tembakan, entah siapa yg melepaskannya.<br />
Mendengar tembakan, tentara Jepang itu kemudian berhamburan mengambil senjata yg telah dikumpulkan oleh Taruna AMT.<br />
Tembak menembak pun terjadi.<br />
Pengalaman tempur yg cukup lama, ditunjang dengan persenjataan yg lebih lengkap, menyebabkan Taruna AMT menjadi sasaran empuk.<br />
Taruna AMT yg berhasil lolos menyelamatkan diri di antara pohon-pohon karet.<br />
Mereka mengalami kesulitan menggunakan karaben Terni yg dimiliki.<br />
Sering peluru yg dimasukkan ke kamar nya tidak pas karena ukuran berbeda atau sering macet.<br />
<br />
Tidak lama kemudian tidak terdengar lagi suara. Senyap.<br />
Seketika sulit mengetahui berapa orang yg tewas.<br />
Diperkirakan yg gugur 36 orang, terdiri atas 33 Taruna AMT, dan 3 perwira, yaitu Mayor Daan Mogot, Lettu Soebianto Djojohadikusumo dan Lettu Soetopo.<br />
<br />
Beberapa Taruna yg lolos dari maut dan menjadi tawanan Jepang diperintahkan untuk menggali kubur bagi teman-temannya.<br />
Kami mendapat izin dari Jepang untuk mengambil jenazah pejuang di Lengkong, kemudian kami bawa dan dikuburkan dekat penjara anak-anak Tangerang.<br />
<br />
<br />
Terhadap tentara Republik yg masih hidup, ada di antaranya dibawa dan ditahan di Bogor.<br />
Tetapi dengan melakukan pendekatan terhadap Jepang, mereka yg ditahan akhirnya dilepaskan.<br />
Di antara tentara yg dibawa ke Bogor adalah Mayor Wibowo.<br />
Mereka di interogasi oleh Sekutu, tapi tidak ditemukan bukti-bukti bahwa mereka itu bersalah, lalu dilepaskan.<br />
<br />
Ketika acara pemakaman kembali itu tampak hadir sejumlah pejabat dan keluarga korban.<br />
Haji Agus Salim kehilangan anaknya, Taruna Sjewket Salim, sedangkan R.Margono Djojohadikusumo, pendiri BNI 1946 itu kehilangan dua putranya yaitu Lettu Soebianto, dan Taruna Soejono.<br />
<br />
Bagi Taruna Akabri yg akan dilantik oleh Presiden, mereka terlebih dahulu mengunjungi Taman Makam Pahlawan Tangerang.<br />
Secara tidak langsung itulah awal pengakuan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) terhadap Taman Makam Pahlawan Tangerang.<br />
Taruna Akabri sering mengadakan upacara renungan suci di sana.<br />
Sebagai bukti nyata, hari Sabtu tanggal 25 Januari 1986 diadakan upacara peringatan ke 40 Peristiwa Lengkong di Taman Makam Pahlawan tsb.<br />
<br />
Dari peristiwa tragis yg merengut nyawa para pejuan itu saya memperoleh cerita, dalam saku Lettu Soebianto Djojohadikusumo yg tewas ditemukan notes yg berisi seuntai sajak Henriette Rolang Holst.<br />
Sajak itu tertulis dalam bahasa Belanda;<br />
<br />
Wij zijn de bouwers van de tempel niet<br />
Wij zijn enkel de sjouwers van de stenen<br />
Wij zijn het geslacht dat moest vergaan<br />
Opdat een betere oprijze uit onze graven<br />
<br />
Sajak itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rosihan Anwar, yg kini terukir di pintu gerbang Taman Makam Pahlawan Taruna, Tangerang.<br />
Sajak yg menjadi saksi bisu itu berbunyi;<br />
<br />
Kami bukan pembina candi<br />
Kami hanya pengangkut batu<br />
Kamilah angkatan yg mesti musnah<br />
Agar menjelma angkatan baru<br />
Di atas kuburan kami telah sempurna<br />
<br />
Ketika terjadi Peristiwa Lengkong itu saya sendiri bertugas di Markas Besar TKR Yogyakarta sebagai ajudan Jenderal Didi Kartasasmita.<br />
Kami menginap di Hotel Merdeka. Pada hari Sabtu malam tanggal 26 Januari 1946, di waktu Pak Didi sedang rapat, saya pulang ke hotel.<br />
Di depan hotel saya bertemu dengan Pak Margono – ayah Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo.<br />
<br />
”Saya baru saja dapat kabar ada kejadian di Lengkong,” ujar Pak Margono dengan wajah tegang.<br />
”Maksud Pak Margono?” tanya saya belum mengerti.<br />
”Banyak Taruna AMT yg tewas bertempur dengan Jepang di Lengkong. Daan Mogot tewas. Saya khawatir di antara yg tewas itu ada anak saya,” jelas Pak Margono berusaha tampak tenang.<br />
<br />
Saya sangat terpukul mendengar tragedi itu.<br />
Hari itu juga saya menghadap Pak Didi supaya diberi izin pulang ke Tangerang. Dari Yogyakarta ke Tangerang saya tempuh hampir seminggu.<br />
Mencari kendaraan sungguh sulit.<br />
Kadang-kadang saya harus menunggu truk yg lewat untuk mencari tumpangan.<br />
Setiba di Tangerang, saya langsung ke kuburan Daan Mogot.<br />
Tak dapat saya gambarkan bagaimana terharunya perasaan saya ketika itu.<br />
Saya hanya mampu berbisik,”Daan, saya akan lanjutkan perjuanganmu.”<br />
<br />
Saya kemudian menjadi Direktur AMT menggantikan posisi Daan Mogot.<br />
Saya benar-benar kehilangan seorang sahabat.<br />
Daan Mogot menghadap Sang Pencipta, sedangkan Zulkifli Lubis bertugas di luar negri.<br />
<br />
Pada acara perpisahan dengan Taruna AMT bulang Maret 1946 diadakan paduan suara untuk mengenang para pejuang yg gugur di Lengkon.<br />
Lagu yg dinyanyikan adalah Medan Lengkong.<br />
Lagu tsb semula berjudul Wijaya Kusuma, yg digubah oleh Cornel Simanjuntak dari sajak Sanusi Pane.<br />
Kemudian Rosjidi Imron, Taruna AMT yg gemar musik dan pernah menjadi anggota paduan suara Cornel Simanjuntak memodifikasi sajak Sanusi Pane sedemikian rupa menjadi lirik lagu Medan Lengkong.<br />
<br />
Syair lagu yg menyentuh perasaan itu lengkapnya sebagai berikut;<br />
<br />
Jauh di sana di balik tembok<br />
Terletak taman pahlawan raya<br />
Tewas berjuang di medan Lengkong<br />
Untuk membela Nusa dan Bangsa<br />
Selamat tinggal Ibunda<br />
Selamat tinggal Ayahanda<br />
Kupergi jauh ke sana<br />
Mencari bahagia<br />
<br />
Ternya di antara Taruna AMT ada yg berdarah seni.<br />
Dan syair lagi di atas tentu akan menyentuh perasaan bagi mereka yg pernah terlibat dalam perjuangan, khususnya yg pernah mengenyam suka duka kehidupan di lingkungan AMT Tangerang.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-58272408048383843162011-02-10T15:49:00.002+07:002011-02-10T15:49:57.413+07:00Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang1 Januari 1947<br />
<br />
Dari RS. Charitas terjadi rentetan tembakan disusul oleh ledakan-ledakan dahsyat kearah kedudukan pasukan kita yang bahu membahu dengan� Tokoh masyarakat� bergerak dari pos di Kebon Duku (24 Ilir Sekarang) mulai dari Jalan Jenderal Sudirman terus melaju kearah Borsumij, Bomyetty Sekanak, BPM, Talang Semut.<br />
<br />
<br />
<br />
2 Januari 1947<br />
<br />
Diperkuat dengan Panser dan Tank Canggih Belanda bermaksud menyerbu dan menduduki markas Tentara Indonesia di Masjid Agung Palembang. Pasukan Batalyon Geni dibantu oleh Tokoh Masyarakat bahu membahu memperkuat barisan mengobarkan semangat jihad yang akhirnya dapat berhasil mempertahankan Masjid Agung dari serangan sporadis Belanda. Pasukan bantuan belanda dari Talang Betutu gagal menuju masjid agung karena disergab oleh pasukan Lettu. Wahid Luddien sedangkan pada hari kedua Lettu Soerodjo tewas ketika menyerbu Javache Bank. Diseberang ulu Lettu. Raden. M menyerbu kedudukan strategis belanda di Bagus Kuning dan berhasil mendudukinya untuk sementara. Bertepatan dengan masuknya pasukan bantuan kita dari Resimen XVII Prabumulih<br />
<br />
<br />
<br />
3 Januari 1947<br />
<br />
Pertempuran yang semakin sengit kembali memakan korban perwira penting Lettu. Akhmad Rivai yang tewas terkena meriam kapal perang belanda di sungai seruju. Keberhasilan gemilang diraih oleh Batalyon Geni pimpinan Letda Ali Usman yang sukses menhancurkan Tiga Regu Kaveleri Gajah Merah Belanda. Meskipun Letda Ali Usman terluka parah pada lengan.<br />
<br />
Pasukan lini dua kita yang bergerak dilokasi keramat Candi Walang (24 Ilir) menjaga posisi untuk menghindari terlalu mudah bagi belanda memborbardir posisi mereka. Sedangkan pasukan Ki.III/34 di 4 Ulu� berhasil menenggelamkan satu kapal belanda yang sarat dengan mesiu. Akibatnya pesawat-pesawat mustang belanda mengamuk dan menghantam selama 2 jam tanpa henti posisi pasukan ini.<br />
<br />
Pada saat ini pasukan bantuan kita dari Lampung, Lahat dan Baturaja tiba dikertapati namun kesulitan memasuki zona sentral pertempuran diareal masjid agung dan sekitar akibat dikuasainya Sungai Musi oleh Pasukan Angkatan Laut Belanda.<br />
<br />
Pasukan Indonesia Menyebrangi Sungai Musi untuk Membantu Posisi Front<br />
<br />
4 Januari 1947<br />
<br />
Belanda mengalami masalah amunisi dan logistik akibat pengepungan hebat dari segala penjuru oleh tentara dan rakyat, sedangkan tentara kita� mendapat bantuan dari Tokoh masyarakat dan pemuka adat yang mengerahkan pengikutnya untuk membuka� dapur umum dan lokasi persembunyian serta perawatan umum.<br />
<br />
Pasukan� Mayor Nawawi� yang mendarat di keramasan terus melaju ke pusat kota melalui jalan Demang Lebar Daun. Bantuan dari pasukan ke masjid agung terhadang di Simpang empat BPM, Sekanak, dan Kantor Keresidenan oleh pasukan belanda sehingga bantuan belum bisa langsung menuju kewilayah charitas dan sekitar.<br />
<br />
<br />
<br />
5� Januari 1947<br />
<br />
Pada hari ke Lima panser belanda serentak bergerak maju kearah Pasar Cinde namun belum berani maju karena perlawanan sengit dari Pasukan Mobrig kita pimpinan Inspektur Wagiman dibantu oleh Batalyon Geni. Sedangkan pasukat belanda dijalan merdeka mulai sekanak tetap tertahan tidak mampu mendekati masjid agung. Akibat kesulitan tentara belanda dibidang logistik dan kesulitan yang lebih besar pada pihak kita pada bidang amunisi akhirnya dibuat kesepakatan untuk mengadakan Cease Fire.<br />
<br />
Perundingan Cease Fire<br />
<br />
<br />
<br />
Pasukan dari Kebun Duku diperintahkan untuk menyerang Jalan Jawa lama dan 11 Siang telah menyusun barisan berangkat ke kenten. Tiba-tiba dalam perjalanan Kapal Belanda menembaki rumah sekolah yang dihuni oleh Batalyon Geni dan Laskar Nepindo sehingga pihak kita mengalami banyak kerugian dan korban jiwa.<br />
<br />
Dalam Cease Fire TKR dan laskar serta badan-badan perlawanan rakyat diperintahkan mundur sejauh 20 KM dari kota palembang atas perintah Komandan Divisi II Kolonel Bambang Utoyo. Sedangkan dikota palembang hanya diperbolehkan pasukan ALRI dan unsur sipil dari RI yang tinggal.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-66574352671703077372011-02-10T11:16:00.000+07:002011-02-10T11:16:54.473+07:00AGRESI MILITER BELANDAAgresi Militer Belanda<br />
Agresi militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh Belanda kepada Negara Republik Indonesia. Kurang lebih satu bulan setelah kemerdekaan Indonesia, tentara sekutu datang ke Indonesia. Dalam pendaratannya di Indonesia, tentara sekutu diboncengi NICA. Selain bermaksud melucuti tentara Jepang, tentara sekutu membantu NICA mengembalikan Indonesia sebagai jajahannya. dengan bantuan sekutu, NICA ingin membatalkan kemerdekaan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak mau dijajah lagi. Rakyat Indonesia tidak mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan kemerdekaannya, kecuali dengan bertempur sampai titik darah penghabisan. Di sebagian besar wilayah Indonesia, tentara Sekutu dan NICA harus menghadapi perlawanan pejuang-pejuang Indonesia. Perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, menyadarkan tentara Sekutu bahwa bangsa Indonesia tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan senjata. Sekutu menempuh cara lain, yaitu mempertemukan Indonesia dan Belanda di meja perundingan. Perundingan dilaksanakan tanggal 10 November 1946 di Desa Linggarjati sebelah selatan Cirebon, Jawa Barat. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Linggarjati. Hasil perundingan dinamakan Persetujuan Linggarjati.<br />
<br />
Perundingan ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan Republik Indonesia. Kedaulatan tersebut meliputi wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra. Belanda ternyata melanggar isi Persetujuan Linggarjati. Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan militer ke daerah-daerah yang termasuk wilayah RI. Serangan tersebut terkenal dengan nama Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda I bertujuan menguasai daerah-daerah perkebunan dan pertambangan. Daerah-daerah tersebut antara lain Sumatra Timur, Sumatra selatan, Priangan, Malang dan Besuki.<br />
<br />
Menghadapi serangan Belanda itu, rakyat berjuang mempertahankan tanah airnya. Rakyat melakukan taktik perang gerilya. Perang gerilya yaitu taktik perang menyerang musuh yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) berusaha menengahi pertikaian Indonesia dengan Belanda. PBB membentuk komisi perdamaian. Komisi itu beranggotakan tiga negara, yaitu Australia, Belgia, dan Amerika serikat. Komisi itu disebut Komisi Tiga Negara (KTN). Berkat usaha Komisi Tiga Negara, Indonesia dan Belanda kembali ke meja perundingan. Perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947 di atas kapal perang Amerika Serikat. Kapal tersebut bernama USS Renville. Hasil perundingan tersebut dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan delegasi belanda dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.<br />
<br />
Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia. Salah satu isi Perjanjian Renville adalah Republik Indonesia harus mengakui wilayah yang telah direbut Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda adalah serangan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda kepada Indonesia untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948. Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II. Agresi Militer Belanda II bertujuan menghapuskan pemerintahan RI dengan menduduki kota-kota penting di Pulau Jawa. Dalam Agresi Militer II, pasukan Belanda menyerang Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta dan menahan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa pejabat tinggi negara. Rakyat Indonesia pantang menyerah. Dengan semboyan sekali merdeka tetap merdeka, rakyat berjuang sampai titik darah penghabisan. Rakyat tetap melakukan perang gerilya. Aksi militer Belanda tersebut menimbulkan protes keras dari kalangan anggota PBB. Oleh karena itu, Dewan keamanan PBB mengadakan sidang pada tanggal 24 Januari 1949, dan memerintahkan Belanda agar menghentikan agresinya. Belanda di bawah Dewan Keamanan PBB meninggalkan Yogyakarta serta membebaskan presiden, wakil presiden dan pejabat tinggi negara yang ditawan.<br />
B. Menghargai Jasa Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan<br />
1. Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda<br />
Untuk menengahi pertikaian antara Indonesia dan Belanda, PBB membentuk komisi baru yang diberi nama UNCI (United Nation Commision for Indonesia). Berkat peranan UNCI Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan. Delegasi Indonesia diketuai Mr. Moh Roem. Delegasi Belanda diketuai Dr. Van Royen. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Roem-Royen. Salah satu keputusan perundingan Roem-Royen adalah akan diselenggarakannya Koferensi Meja Bundar (KMB).<br />
<br />
Untuk menghadapi KMB diadakan Konferensi Inter Indonesia. Konferensi tersebut dimaksudkan untuk mempertemukan pandangan wakil Republik Indonesia dengan wakil BFO. BFO merupakan organisasi yang terdiri atas pemimpin negara-negara bagian atau negara-negara kecil yang ada di Indonesia. Negara-negara bagian tersebut timbul karena adanya politik devide et impera. Politik devide et impera adalah politik memecah belah. Bagian-bagian wilayah Indonesia yang diduduki Belanda dipecah-pecah sehingga timbul negara-negara kecil (negara boneka). Sesudah berhasil menyelesaikan masalah dalam negeri melalui Konferensi Inter Indonesia, bangsa Indonesia siap menghadapi KMB. Pada tanggal 23 Agustus 1949 dibuka di Den Haag, Belanda. Delegasi RI dipimpin Drs. Moh. Hatta. Delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak. Delegasi Belanda dipimpin Mr. J.H. Van Marseveen. Sedangkan PBB diwakili Chritclev. Pada tanggal 2 November 1949 dilakukan upacara penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan. Upacara tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan di Indonesia dan di Belanda. Dengan peristiwa tersebut secara resmi Belanda mengakui kedaulatan bangsa Indonesia di seluruh wilayah bekas jajahannya. Di Den Haag naskah penyerahan ditandatangani Drs. Moh. Hatta mewakili Indonesia dan Ratu Juliana mewakili Belanda.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-15315206362637860432011-02-10T10:41:00.001+07:002011-02-10T10:45:47.356+07:00Palagan AmbarawaPALAGAN AMBARAWA<br />
<br />
1. Pendahuluan. Kekalahan Jepang yang sangat dramatis pada Perang Dunia II dengan dijatuhkannya bom atom di Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945 menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Kondisi ini mengakibatkan adanya kekosongan kekuasaan di Indonesia Sehingga pada saat yang sangat tepat bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Proklamasi kemerdekaan yang ditandatangani Soekarno – Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 memungkinkan terbentuknya infrastruktur pemerintahan Republik Indonesia. Dalam bidang keamanan dan pertahanan Negara pada tanggal 5 Oktober 1945 dibentuklah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat Kolonel Soedirman memimpin Divisi V untuk wilayah karesidenan Banyumas dan Kedu.<br />
<br />
Pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu mendarat di Semarang di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel. Kedatangan mereka mengemban misi untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Namun rakyat tetap waspada karena kedatangan mereka diboncengi NICA ( Netherlands Indische Civil Administration).<br />
<br />
Setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Jawa tengah Mr. Wongsosonegoro untuk melaksanakan misinya dengan catatan tidak mengganggu kedaulatan RI, maka tentara sekutu kemudian bergerak masuk ke Magelang dan Ambarawa.<br />
2. Pertempuran Awal. Dalam melaksanakan misinya ternyata tentara Sekutu melampaui batas kewenangannya sehingga mengganggu kedaulatan Negara Republik Indonesia. Mereka membebaskan dan mempersenjatai para bekas tawanan perang Belanda dan bertindak sewenang – wenang terhadap rakyat, sehingga menimbulkan amarah rakyat Indonesia. Insiden bersenjatapun timbul di kota Magelang hingga menjadi pertempuran.<br />
<br />
Di Magelang tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti TKR dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara sekutu dari segala penjuru. Suasana yang panas ini kemudian berhasil diredam oleh Presiden Soekarno, dan kemudian secara diam-diam tentara sekutu tanggal 21 Nopember 1945 meninggalkan kedudukannya di Magelang untuk mundur ke Ambarawa.<br />
<br />
Akibat peristiwa tersebut, Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) di bawah pimpinan Oni Sastrodiharjo yang oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta. Tentara Sekutu kemudian dihadang kembali oleh Batalyon I Suryosumpeno di Ngipik.<br />
<br />
Pada saat pengunduran tersebut, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. TKR Resimen 18 di bawah Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut. Dalam suatu pertempuran yang terjadi di desa Kelurahan tanggal 27 Nopember 1945 Letnan Kolonel Isdiman Gugur.<br />
Gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, mengharuskan Kolonel Soedirman Komandan Divisi V turun ke medan laga Koordinasi secara intensif terus dilaksanakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin diperketat. Sejak saat itu perlawanan terhadap sekutu mulai terkonsentrasi di bawah satu komando Soedirman.<br />
<br />
Untuk menghadapi tentara sekutu yang lebih Superior maka Kolonel Soedirman kemudian menyusun rencana untuk mengadakan serangan umum merebut Ambarawa merealisasikan rencana tersebut, tanggal 11 Desember 1945 malam hari para komandan sektor baik dari kesatuan TKR maupun kelaskaran dipanggil untuk membicarakan serangan yang akan digelar.<br />
<br />
3. Pertempuran yang menentukan. Tanggal 11 Desember 1945 malam hari, di sebuah rumah penduduk desa kelurahan Ambarawa, para komandan sektor pertempuran dan komandan kelaskaran berkumpul. Mereka mendengarkan instruksi dari Komandan Divisi V Kolonel Soedirman tentang rencana serangan yang akan digelar. Instruksi itu sebagai berikut :<br />
<br />
“Ambarawa harus kita rebut dengan serangan serentak Karena Ambarawa merupakan kunci bagi mereka untuk menguasai seluruh Jawa tengah dan Jogjakarta. Ini akan membahayakan posisi Republik. Kita akui terus terang bahwa kita kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi keadaan semacam ini tidak menghambat kita, atau mengurangi hasrat kita untuk mempertahankan negara kita. Kami sudah menentukan suatu siasat, yaitu pendadakan serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang.Komandan penyerangan dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari badan perjuangan sebagai barisan belakang. Serangan dimulai besok pagi pukul 04.30. Selamat berjuang, Allah SWT bersama kita, Amin. Merdeka ! ".<br />
Taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang merupakan tata yudha klasik yang pernah digelar pada jaman Majapahit, kemudian digelar kembali oleh Kolonel Soedirman untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa.<br />
<br />
Tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 letusan karaben mitralyurpun menyalak memecah keheningan mengisyaratkan serangan umum pembebasan Ambarawa sudah dimulai. Pertempuran yang dipimpin langsung Kolonel Soedirman itupun kemudian berlangsung dengan sangat sengitnya.<br />
<br />
Prajurit-prajurit kita yang gagah perkasa terus maju dari segenap penjuru, bagai banteng ketaton patriot-patriot itu terus menyerbu menerkam musuh, menggagahi tank-tank dan ranjau-ranjau sambil menembus hujan peluru senjata musuh dengan tekad bulat “Rawe-rawe rantas malang –malang putung "membebaskan kota Ambarawa atau gugur sebagai bangsa.<br />
<br />
Pasukan-pasukan yang mendapat perintah menguasai jalan besar Ambarawa – Semarang telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Jalan itupun kemudian dipertahankan agar pengepungan atas musuh dalam kota Ambarawa dapat dilaksanakan dengan sempurna. Pasukan – pasukan itupun kemudian memasang barikade – barikade serta menerjang setiap konvoi musuh yang pergi dan datang dari arah Ambarawa - Semarang.<br />
<br />
Satu setengah jam dari awal penyerbuan, pasukan – pasukan kita sudah berhasil menghimpit dan mengepung musuh di dalam kota Ambarawa. Bagi Sekutu ( Inggris ) hanya tinggal satu jalan ke luar, yaitu jalan besar Ambarawa – Semarang. Pergelaran serangan umum di Ambarawa itu berupa pendobrakan oleh pasukan-pasukan pemukul dari arah selatan dan barat ke timur menuju ke arah Semarang. Bersamaan dengan pendobrakan tersebut, diikuti gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya gerakan "Supit Urang " sedang menjepit mangsanya yang ujung – ujungnya bertemu di bagian luar kota arah Semarang.<br />
<br />
Empat hari empat malam serangan yang heroik itu berlangsung, menggempita di seluruh kota Ambarawa. Desing peluru dan gema ledakan serta asap mesiu terus mewarnai udara Ambarawa sepanjang waktu. Semangat bertempur pasukan-pasukan kita terus bertambah berkat keberhasilan – keberhasilan yang telah dicapai, sebaliknya moril musuh semakin menipis, Persediaan amunisi mereka semakin menipis, bantuan yang mereka harapkan tak kunjung tiba karena jalur perhubungan lewat darat maupun udara terputus. Semakin hari mereka dicekam oleh rasa panik dan putus asa.<br />
<br />
Setelah beberapa waktu lamanya mereka berada di front pertempuran, akhirnya mereka sampai kepada keputusan harus meninggalkan Ambarawa, merekapun kemudian mengadakan persiapan untuk menerobos pasukan TKR untuk menuju ke Semarang. Pada tanggal 15 Desember 1945 dengan tergopoh-gopoh tentara sekutu mundur ke luar kota Ambarawa tanpa sempat menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Mereka dilabrak terus dan diusir oleh pasukan pemukul kita sampai ke luar kota Ambarawa<br />
<br />
4. Penutup. Peristiwa palagan Ambarawa merupakan peristiwa penting karena merupakan peristiwa pertempuran yang pertama kali dimenangkan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Peristiwa tersebut menjadi momentum bersejarah dalam pergelaran militer dengan gerak taktik pasukan darat. Kemenangan yang gemilang dalam palagan Ambarawa tersebut, selanjutnya setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri dan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tahun 1999 diabadikan menjadi " Hari Juang Kartika ".Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-171510192336469232011-02-06T11:31:00.001+07:002011-02-06T11:31:47.493+07:00Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Sekutu di Berbagai DaerahPerlawanan Rakyat Indonesia terhadap Sekutu di Berbagai Daerah <br />
Kemerdekaan yang telah diperoleh dengan perjuangan dan pengorbanan seluruh bangsa Indonesia ternyata belum diakui oleh kolonial Belanda. Mereka masih menghendaki Indonesia menjadi daerah jajahanya. Mereka tidak mau meninggalkan Indonesia sehingga terjadilah perlawanan rakyat Indonesia di beberapa daerah.<br />
a. Insiden Bendera di Surabaya<br />
Pada tanggal 19 September 1945, di Surabaya, tepatnya di Hotel Yamato, jalan tunjungan terjadi Insiden Bendera. Belanda dengan sengaja mengibarjkan bendera Merah Putih Biru di atas gedung itu sehingga menimbulkan kemarahan para pemuda Surabaya dan sekitarnya. Dengan keberanian dengan dilandasi cinta terhadap Republik Indonesia, para pemuda segera menurunkan bendera itu, warna birunya disobek, kemudian bendera dikibarkan kembali sebagai Sang Saka Merah Putih.<br />
Dalam insiden tersebut, ribuan pemuda dan rakyat memberikan semangat di halaman hotel.pihak belanda kewalahan menghadapi menghadapi semangat rakyat yang terlalu kuat untuk dilawan. Rakyat menyadari bahwa kemerdekaan menuntut pengorbanan, smangat patriotisme dan tanpa pamrih. Oleh karena itu, peristiwa ini selalu dikenang dan diingat seluruh bangsa Indonesia.<br />
b. Pertempuran Lima Hari di Semarang<br />
konflik bersenjata antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang di Semarang terjadi tanggal 14 Oktober 1945. Perristiwa ini dikenal sebagai pertempuran Lima Hari. Pertempuran ini bermula dari kecurigaan kedua belah pihak, yaitu atas pertimbangan keamanan, para tawanan sipil Jepang di Pabrik Gula Cepiring (30 km sebelah barat Semarang), akan dipindahkan ke Semarang. Para tawanan Jepang memberontak kepada polisi Indonesia dan berhasil melarikan diri untuk bergabung dengan pasukan Kido Butai di Jatingaleh.<br />
Sementara itu, terjadi desas-desus bahwa cadangan air minum di Candibaru telah diracuni. Mereka saling menuduh sehingga semakin memperuncing keadaan. Keadaan ini diperuncing dengan meninggalnya Kepala laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat Purusara, dr. Karyadi di jalan Pandanaran.<br />
Dini hari 15 Oktober 1945, Pasukan Kido Butai bergerak ke Semarang. Pasukan istimewa Jepang ini dihadapi oleh BKR dan pemuda Indonesia. Walaupun yang dihadapi rakyat Indonesia adalah tentara istimewa Jepang, rakyat Indonesia tak gentar karena memiliki semangat dan dorongan untuk mempertahankan kemerdekaan dan membela kemerdekaan.<br />
Pertempuran paling seru dan paling banyak memakan korban di Simpang Lima(Tugu Muda). Pertempuran tersebut berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah diadakan perundingan antara pimpinan BKR dengan pimpinan pasukan Jepang.<br />
BKR dari Yogya, Pati, Solo dan Pekalongan mengirimkan bantuan ke Semarang. Pertempuran makin sengit, tetapi akhirnya dapat berhenti lewat meja perundingan setelah para pemimpin Indonesia dating ke Semarang. Setelah perundingan selesai dan pertempuran berhenti, pada anggal 20 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Semarang. Mereka menawan dan melucuti pasukan Jepang<br />
c. Peristiwa Bojongkokosan (Sukabumi)<br />
Semangat juang para pemuda/pejuang Indonesia di Jawa Barat tetap berkorbar dan tidak pernah padam dalam menghadapi kekuatan sekutu., meskipun persenjataan sekutu lebih lengkap dan modern. Pada tanggal 19 Desember 1945 para pejuang/ TKR yang diperkirakan membawa 50 pucuk senjata api melakukan pemasangan barikade, kemudian mengepung konvoi sekutu sekitar jembatan Bojongkokosan (Sukabumi).<br />
Dalam pertempuran tersebut, salah seorang pejuang berhasil menenmbak seorang perwira sekutu yang sedang member komando di atas tank hingga jatuh tersungkur ke tanah. Untuk mengenang keberhasilan parar pejuang dalam mengepung pasukan di jembatan Bojongkokosan ini, maka peristiwa ini diberi nama Peristiwa Bojongkokosan.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-51889401265933136732011-02-02T16:41:00.001+07:002011-02-02T16:41:30.577+07:00KEPULAUAN GALAPAGOSKEPULAUAN GALAPAGOS<br />
Kepulauan Galapagos adalah<br />
sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 13 pulau-pulau berapi dan berbatuan yang terletak di Samudra Pasifik sekitar 1.000 kilometer sebelah barat pesisir Amerika Selatan.<br />
Pulau tertuanya berusia sekitar 4 juta tahun dan yang termuda masih dalam proses pembentukan. Galapagos merupakan salah satu daerah gunung berapi yang paling aktif di dunia.<br />
Galapagos terkenal karena jumlah spesies endemisnya yang besar dan penelitian yang dilakukan Charles Darwin yang membawanya menemukan teori seleksi alam.<br />
Kepulauan ini dibagi menjadi dua belahan, utara dan selatan khatulistiwa. Garis khatulistiwa melewati bagian utara pulau terbesar, Isabela.<br />
Galapagos ditetapkan sebagai cagar alam pada tahun 1959, melindungi 97,5% wilayah kepulauan ini. Sisanya diberikan kepada pemukiman manusia yang sudah ada pada waktu itu. Sekitar 1.000 hingga 2.000 orang tinggail disana. Pada tahun1972 sebuah sensus dilakukan dan sejumlah 3.488 jiwa tercatat. Hingga 1980-an, jumlah ini telah meningkat hingga 15.000 orang.<br />
Pada tahun 1986 lautan di sekitarnya dinyatakan sebagai cadangan kelautan. UNESCO menetapkan Galapagos sebagai Situs Warisan Dunia pada 1978.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-25404012086729836482011-02-02T16:32:00.001+07:002011-02-02T16:32:36.764+07:00Pertahanan sepakbolaPERTAHANAN SEPAK BOLA <br />
A. Ketrampilan Gerak Dasar Permainan <br />
Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut, agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan. <br />
Keberhasilan tim sepak bola selain ditentukan ketrampilan masing-masing individu pemain juga ditentukan oleh ketepatan formasi dalam taktik bertahan dan menyerang. Dalam hal ini akan dibicarakan tentang pola bertahan. Ada dua macam pola bertahan, yaitu memmpertahankan daerah (zona defence) dan satu lawan satu (man to man marking). <br />
Tujuan pertahanan sendiri adalah merampas bola dan membersihkan bola dari daerah <br />
berbahaya sehingga selamat dari kemungkinan kemasukan bola / gol. <br />
B. Strategi Dasar Bertahan (Devensif Strategy) <br />
1. Mengoper, Menghentikan, dan Menggiring bola dengan teman <br />
Untuk latihan ini minimal diperlukan satu orang teman, caranya buat formasi dua berjajar <br />
dengan teman sebelahnya kira-kira berjarak 4-5 meter. <br />
2. Teknik Menyundul Bola <br />
Menyundul bola dapat digunakan untukpassing untuk menembak ke gawang dan untuk bertahan. Walaupun suatu usaha yang nyata di dalam permainan sepak bola untuk tetap memelihara dengan bola selalu rendah tetapi bola-bola yang tinggi juga merupakan taktik yang berguna di dalam situasi yang berbeda. <br />
Demikianlah pemain-pemain tidak akan dapat menghindari bermain tanpa menyundul bola. Pemain belakang harus ahli dalam hal menyundul bola ini. Sebaliknya sewaktu menyundul bola diarahkan ke bawah, terutama kalaupassing dan menembak ke arah atas gawang. Hal ini karena memudahkan kawannya untuk mengontrol bola dan lebih menyulitkan penjaga gawang. Menyundul bola dapat dilakukan dengan sikap berdiri di tempat atau dengan melompat. Melompat dapat dilakukan dengan atau tanpa awalan. Menyundul bola adalah gerakan dari seluruh badan, oleh karena itu yang perlu diperhatikan di dalam menyundul bola ialah penggunaan dari sekelompok otot-otot besar dari tubuh. Otot-otot leher ditegangkan dan dahi bagian kepala yang kontak dengan bola. Menurut anatomi dahi adalah daerah yang paling menguntungkan untuk menyundul bola. Karena di samping mempunyai daerah yang relatif luas sehingga ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan, juga tidak akan merasa sakit.Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-40025983777770698682011-02-02T16:29:00.001+07:002011-02-02T16:29:39.719+07:00Hukum tajwidHUKUM TAJWID <br />
<br />
<br />
QALQALAH<br />
<br />
QALQALAH SUGHRA<br />
<br />
Lantunan yang paling rendah. Apabila huruf Qalqalah terletak di pertengahan kalimah.<br />
<br />
Tanda : Huruf Qalqalah sukun terdapat di pertengahan kalimah.<br />
<br />
<br />
<br />
QALQALAH KUBRA<br />
<br />
Lantunan yang sederhana iaitu pertengahan. Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah yang berada di hujung kalimah dan huruf tersebut tidak bersabdu (bertasydid). Sukun pada huruf Qalqalah di sini adalah 'aridh yang disebabkan wakaf (berhenti) padanya. <br />
<br />
Tanda : Wakaf pada huruf Qalqalah yang tidak bersabdu. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
QALQALAH AKBAR<br />
<br />
Lantunan yang paling kuat. Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah yang berada di hujung kalimah dan huruf tersebut bersabdu (bertasydid). Sukun pada huruf Qalqalah di sini merupakan sukun yang 'aridh (mendatang) disebabkan wakaf (berhenti) padanya. <br />
<br />
Tanda : Wakaf pada huruf Qalqalah yang bertasydid. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
NUN SAKINAH DAN TANWIN<br />
IQLAB<br />
Dari sudut bahasa: Menukarkan sesuatu kepada sesuatu. <br />
Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Menukarkan lafaz sesuatu huruf kepada huruf yang lain.<br />
<br />
Apabila Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan huruf Iqlab iaitu Ba', maka hendaklah ditukarkan Nun Sakinah atau Tanwin kepada Mim dengan disertai suara "Ghunnah" (dengung) dengar kadar panjang dua harakat. Sebab ditukarkan Nun Sakinah dan Tanwin kepada Mim tidak kepada huruf-huruf yang lain kerana Mim dan Ba' ada persamaan antara makhraj dan sifatnya. <br />
• Makhraj Mim dan Ba' pada antara dua bibir. <br />
• Sifat yang sama antara Mim dan Ba' pula ialah Jahar, Istifal, Infitah, Idzlaq dan Ghunnah<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
IDGHAM<br />
<br />
IDGHAM terbahagi kepada 2.<br />
IDGHAM BILA GHUNNAH<br />
Iaitu memasukkan tanpa dengung. Ia terdiri dari dua huruf iaitu Ra' dan Lam. <br />
Apabila salah satu dari dua huruf tersebut bertemu dengan Nun Sakinah atau Tanwin dengan syarat di dalam dua kalimah yang berasingan, ia mestilah dibaca dengan Idgham Bila Ghunnah. Bacaan Idghamnya tidak disertai dengan Ghunnah (dengung).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
IDGHAM MA'AL GHUNNAH<br />
<br />
Apabila Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf-huruf Idgham Ma'al Ghunnah iaitu Ya', Wau, Mim dan Nun dalam dua kalimah. Maka ia dibaca dengan disertai ghunnah (dengung) dengan kadar 2 harakat. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
IKHFA' HAQIQI <br />
<br />
Dinamakan Ikhfa' Haqiqi kerana pada hakikatnya dibaca dengan Ikhfa' Nun Sakinah atau Tanwin pada kebanyakan huruf hijaiyyah. Ikhfa' Haqiqi ada tiga martabat (peringkat): <br />
1. Martabat tertinggi: iaitu Ikhfa' Nun Sakinah atau Tanwin pada huruf To', Dal dan Ta' kerana makhrajnya paling hampir dengan Nun Sakinah. <br />
2. Martabat pertengahan: iaitu Ikhfa' Nun Sakinah atau Tanwin pada huruf Tha', Jim, Dzal, Zai, Sin, Syin, Shad, Dhad, Zha' dan Fa' kerana makhrajnya di pertengahan (iaitu antara martabat tertinggi dengan martabat terendah) Nun Sakinah. <br />
3. Martabat terendah: iaitu Ikhfa' Nun Sakinah atau Tanwin pada Qaf dan kaf kerana makhrajnya berjauhan dengan Nun Sakinah. <br />
Perhatian: Ikhfa' Nun Sakinah juga berlaku pada huruf pembukaan surah seperti yang disenaraikan di bawah ini: <br />
o Surah Maryam: 1 <br />
o Surah al-Syura: 2 <br />
o Surah al-Naml: 1 dan 2 (sekiranya dibaca wasal pada ayat 1 dan 2). <br />
Bunyi ghunnah atau dengung bagi hukum Ikhfa' Haqiqi ada dua keadaan: <br />
o Tafkhim (sekiranya Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan huruf-huruf Ikhfa' yang bersifat isti'la' seperti huruf Shad, Dhad, To', Zha', dan Qaf). <br />
o Tarqiq (sekiranya Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan huruf-huruf Ikhfa' yang tidak bersifat isti'la' iaitu selain dari huruf-huruf yang telah disebutkan di atas). <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
MIM NUN BERSABDU<br />
MIM BERSABDU<br />
<br />
Mim bersabdu pada asalnya terdiri dari dua Mim, pertama sukun dan kedua berbaris. Mim Sukun dimasukkan ke dalam Mim yang berbaris sehingga kedua-duanya membentuk satu huruf yang bersabdu. Hukum Mim yang bersabdu adalah wajib dibaca secara Ghunnah (menzahirkan dengungnya) dengan kadar dua harakat. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
NUN BERSABDU<br />
<br />
Nun yang bersabdu pada asalnya terdiri dari dua huruf Nun, iaitu huruf yang pertama sukun dan yang kedua berbaris<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
HUKUM MAD<br />
MAD FAR'IE<br />
Mad Far'ie terbahagi kepada 8.<br />
<br />
Mad 'Aridh Lil Sukun<br />
<br />
Dinamakan Mad 'Aridh Lil Sukun kerana terdapat sukun yang mendatang selepas huruf Mad ketika waqaf. <br />
Dibaca 2 harakat kerana pada asalnya ia adalah Mad Asli, dibaca 4 harakat (iaitu martabat pertengahan bagi kadar Mad) kerana seumpama berhimpun dua huruf sukun serta meraikan keadaan asal dan dibaca 6 harakat kerana menyerupai Mad Lazim.<br />
<br />
<br />
<br />
Mad Badal <br />
<br />
Mad Badal ialah huruf Hamzah berada sebelum huruf Mad di dalam satu kalimah dan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad.<br />
Ia dinamakan dengan Mad Badal kerana Huruf Mad tersebut adalah gantian daripada Hamzah.<br />
Huruf Hamzah kedua ditukar kepada huruf Mad mengikut baris huruf Hamzah pertama untuk meringankan bacaan. Mad Badal terjadi dalam 4 keadaan: <br />
a. Mad Badal yang terjadi ketika permulaan dan wasal. <br />
b. Mad Badal yang terjadi ketika wasal sahaja. <br />
c. Mad Badal yang terjadi ketika waqaf sahaja. <br />
d. Mad Badal yang terjadi ketika memulakan bacaan dengannya sahaja (ibtida'). <br />
<br />
Kadar bacaannya adalah 2 harakat.<br />
<br />
<br />
<br />
Mad 'Iwad <br />
<br />
Berlaku ketika wakaf pada akhir kalimah yang berbaris dua di atas kecuali pada huruf Ta' Marbutah.<br />
Ia wajib dibaca dengan kadar 2 harakat kerana ia adalah Mad Tabi'ie yang terjadi kerana waqaf.<br />
<br />
<br />
<br />
Mad Jaiz Munfashil <br />
<br />
Mad Jaiz Munfashil terjadi apabila Huruf Mad bertemu Hamzah dalam dua kalimah iaitu ketika wasal sahaja.<br />
Dinamakan Mad Jaiz Munfashil kerana sebahagian daripada Imam-imam Qiraat membolehkan ianya dibaca lebih daripada kadar Mad Asli dan dinamakan Munfashil kerana Huruf Mad dan Hamzah berada di dalam dua kalimah yang berasingan. <br />
Kadar harakatnya harus dibaca 4 atau 5 harakat. Mad Jaiz Munfashil ada dua keadaan dalam al-Quran berdasarkan kepada kaedah Resam al-Quran: <br />
1. Mad Jaiz Munfashil Haqiqi iaitu kelihatan jelas terpisah antara Huruf Mad dan Hamzah dalam dua kalimah yang berpisah antara keduanya. <br />
2. Mad Jaiz Munfashil Hukmi iaitu tidak kelihatan secara jelas Huruf Mad dan Hamzah berpisah dalam dua kalimah. Ia seolah-olah dalam satu kalimah. Keadaan ini berlaku pada dua situasi: <br />
a. Ya' al-Nida' (kata seruan) apabila selepasnya ada kalimah yang dimulai dengan Hamzah. <br />
b. Ha' Lil Tanbih apabila selepasnya terdapat Isim Isyara. <br />
<br />
<br />
<br />
Mad Liin <br />
<br />
Mad Liin terjadi apabila Huruf Liin bertemu dengan sukun yang mendatang ketika waqaf sahaja.<br />
Ia boleh dibaca dengan kadar harakat 2, 4 dan 6.<br />
Dinamakan Mad Liin kerana ia terjadi pada Huruf Lin dan boleh dibaca dengan kadar 2, 4 dan 6 kerana ia sebahagian daripada Mad 'Aridh Lil Sukun<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Mad Silah Qasirah <br />
<br />
Mad silah ialah Mad yang terdapat pada Ha' Dhomir. <br />
Cara mengenalnya ialah apabila terdapat Ha' Dhomir pada akhir kalimah, sebelumnya terdapat huruf yang berbaris dan selepasnya juga terdapat huruf yang berbaris.<br />
<br />
Mad Silah Qasirah ialah mad yang terdapat pada ha' dhomir iaitu selepas ha' tidak ada hamzah qat'ie.<br />
<br />
<br />
<br />
Mad Silah Towilah <br />
<br />
Mad silah ialah Mad yang terdapat pada Ha' Dhomir. <br />
Cara mengenalnya ialah apabila terdapat Ha' Dhomir pada akhir kalimah, sebelumnya terdapat huruf yang berbaris dan selepasnya juga terdapat huruf yang berbaris.<br />
<br />
Untuk mengenali Mad Silah Towilah, kita cuma perlu memerhatikan selepas ha' terdapat Hamzah Qat'ie<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Mad Tamkin <br />
<br />
Mad Tamkin berlaku apabila berhimpun dua Ya' pada satu kalimah. Ya' yang pertama mesti berbaris di bawah serta bertasydid dan Ya' yang kedua sukun.<br />
<br />
<br />
<br />
Mad Asli <br />
<br />
Mad Asli ialah Mad yang terjadi dengan sebab Huruf Mad. Ia juga dikenali dengan Mad Tabi'ie. <br />
Mad Asli terjadi apabila:<br />
a. Huruf Alif yang didahului dengan huruf yang berbaris atas. <br />
b. Huruf Wau sukun yang didahului dengan huruf yang berbaris hadapan.<br />
c. Huruf Ya' sukun yang didahului dengan huruf yang berbaris bawah.<br />
Perhatian:<br />
Dalam riwayat Hafs terdapat tujuh kalimah yang diakhiri dengan Alif dan dibaca panjang dengan kadar 2 harakat ketika waqaf sahaja sedangkan ketika wasal kalimah-kalimah ini dibaca dengan pendek tidak bermad.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
HUKUM HAMZAH<br />
<br />
PECAHAN HUKUM HAMZAH<br />
<br />
Hamzah Qat'ie<br />
<br />
Hamzah Qata' iaitu hamzah yang tetap bacaannya sama ada dimulakan dengannya atau sebaliknya. Hamzah ini dinamakan dengan Hamzah Qat'ie kerana hamzah ini mempunyai baris yang pasti atau tetap kewujudannya. Hamzah Qat'ie boleh menerima baris dan ditulis dengan nyata barisnya. Ia terdapat pada ketiga-tiga jenis kalimah iaitu isim (kata nama), Fe'el (kata kerja) dan harf (kata sendi). Hamzah Qat'ie yang datang pada kalimah ini menerusi tiga keadaan iaitu: <br />
1. Awal kalimah sama ada hamzah itu berbaris atas, bawah atau hadapan. <br />
2. Pertengahan kalimah sama ada hamzah berbaris atas, hadapan bawah atau sukun (mati). <br />
3. Di hujung kalimah sama ada hamzah itu berbaris atas, bawah, hadapan atau sukun (mati). <br />
Hamzah Qat'ie berubah daripada sifat asal dalam beberapa keadaan: <br />
1. Dibaca secara tashil iaitu bacaan antara alif dan hamzah pada lafaz 'Aajami' surah Fussilat: 44. <br />
2. Dibaca secara ibdal (iaitu ditukarkan kepada huruf mad) jika terdapat hamzah wasal sebelumnya dan dimulakan dengan hamzah wasal tersebut. seperti pada lafaz 'Utumina' surah al-Baqarah: 283 <br />
Kaedah penulisan Hamzah Qat'ie.<br />
1. Apabila Hamzah Qat'ie berada di awal kalimah maka ia ditulis dengan huruf alif sebagai rumahnya sama ada hamzah itu berbaris atas, bawah atau hadapan.<br />
2. Apabila Hamzah Qat'ie berada di tengah kalimah maka ada beberapa keadaan: <br />
Apabila hamzah qat'ie itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas maka ia ditulis dengan huruf alif sebagai rumahnya. <br />
Sekiranya hamzah qat'ie itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris bawah maka ia ditulis dengan huruf Ya' sebagai rumahnya. <br />
Sekiranya hamzah qat'ie itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris hadapan maka ia ditulis dengan huruf wau sebagai rumahnya. <br />
Sekiranya hamzah qat'ie itu berbaris dan huruf sebelumnya sukun kecuali alif maka ia ditulis bersendirian tanpa rumah. <br />
Sekiranya hamzah qat'ie itu berbaris atas maka ia ditulis dengan alif sebagai rumah. <br />
Sekiranya hamzah qat'ie itu berbaris bawah maka ia ditulis dengan huruf Ya' sebagai rumah. <br />
Sekiranya hamzah qat'ie itu berbaris hadapan maka ia ditulis dengan huruf wau sebagai rumah. <br />
3. Apabila Hamzah Qat'ie berada di hujung kalimah, maka ada beberapa keadaan juga iaitu: <br />
• Jika sebelum hamzah qat'ie tersebut huruf yang berbaris atas maka ia ditulis dengan huruf alif sebagai rumah. <br />
• Jika sebelum hamzah qat'ie tersebut huruf yang berbaris bawah maka ia ditulis dengan huruf Ya' sebagai rumah. <br />
• Jika sebelum hamzah qatie tersebut huruf yang berbaris hadapan maka ia ditulis dengan huruf wau. <br />
2. Jika sebelum hamzah qat'ie tersebut huruf yang berbaris mati (sukun) maka ia ditulis bersendirian tanpa rumah.<br />
<br />
<br />
<br />
Hamzah Wasal <br />
<br />
Iaitu hamzah yang ditetapkan (dibaca) ketika memulakan bacaan dengannya dan tidak dibaca ketika bacaan bersambung. Ia hanya terdapat pada awal kalimah. <br />
<br />
Tanda: <br />
Hamzah wasal boleh menerima baris tetapi tidak ditulis akan barisnya secara nyata sebaliknya ia ditulis dengan huruf alif yang diletakkan kepala shad kecil di atasnya. Ia terdapat pada kalimah isim (kata nama) dan fi'il (kata kerja) sahaja<br />
<br />
<br />
<br />
LAM TA'ARIF<br />
<br />
PECAHAN LAM TA'ARIF <br />
<br />
Alif Lam Syamsiah (Idgham Syamsi)<br />
<br />
Alif Lam Syamsiah juga dikenali dengan Idgham Syamsi. Diidghamkan Lam Ta'rif apabila bertemu dengan mana-mana Huruf Syamsiah. Huruf Syamsiah ada 14 huruf iaitu Ta', Tha', Dal, Dzal, Ra'. Zai, Sin, Syin, Shad, Dhad, To', Zha', Lam dan Nun. <br />
<br />
Idgham Syamsi terbahagi kepada dua bahagian: <br />
<br />
1- Idgham Syamsi Bi Ghunnah (Idgham Syamsi dengan dengung):Ia terjadi apabila Lam Ta'rif diidghamkan pada Nun.<br />
2- Idgham Syamsi Bila Ghunnah (Idgham Syamsi tanpa dengung):Ia terjadi apabila Lam Ta'rif diidghamkan pada Huruf-huruf Syamsiah selain Nun. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sebab-sebab Idgham: <br />
<br />
1- Lam Ta'rif dengan Lam adalah dua huruf yang sama pada makhraj dan sifat. <br />
2- Lam dengan baki huruf Syamsiah yang lain adalah dua huruf yang mutaqariban. <br />
<br />
<br />
Alif Lam Qamariah (Izhar Qamari) <br />
Alif Lam Qamariah juga dikenali dengan Izhar Qamari. Diizharkan Lam Ta'rif apabila bertemu dengan mana-mana Huruf Qamariah. Huruf-huruf Qamariah itu ada empat belas huruf iaitu Ba', Jim, Ha', Kha', 'Ain, Ghain, Fa', Qaf, Kaf, Mim, Wau, Ha', Hamzah dan Ya'. Ia dinamakan Izhar Qamari kerana diizharkan Lam tersebut kepada Huruf-huruf Qamariah; manakala sebab ia Izhar ialah kerana Lam dan Huruf Qamariah adalah dua huruf Mutaba'idan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
MIM SAKINAH<br />
IKHFA' SYAFAWI <br />
• Apabila Mim Sakinah bertemu dengan huruf Ba', maka wajib dibaca dengan Ikhfa' dan ghunnah dengan kadar 2 harakat. <br />
• Ia dinamakan Syafawi kerana Huruf Mim dan Ba' sama-sama keluar dari dua bibir. <br />
• Ikhfa' Syafawi terdiri dari satu huruf iaitu Ba'. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
IZHAR SYAFAWI <br />
• Apabila Mim Sakinah bertemu dengan huruf-huruf Hijaiyyah selain dari huruf Ba' dan Mim maka hukum bacaannya adalah Izhar. <br />
• Dibaca dengan tidak disertai ghunnah (dengung). <br />
• Di namakan Izhar Syafawi kerana Mim makhrajnya di antara dua bibir.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
TAFKHIM DAN TARQIQ<br />
<br />
LAM LAFZUL JALALAH TARQIQ <br />
Lam pada lafaz Allah: Dibaca dengan Tarqiq apabila didahului dengan huruf yang berbaris bawah<br />
<br />
<br />
<br />
PECAHAN HUKUM RA'<br />
<br />
Ra' Tarqiq<br />
<br />
Ra' wajib dibaca dengan nipis di dalam lapan keadaan iaitu: <br />
1. Ra' berbaris bawah sama ada di awal, tengah dan hujung kalimah. <br />
2. Ra' berbaris kasrah 'Aridh (kasrah yang mendatang). Contoh: Surah Ibrahim: 44 <br />
3. Ra' sukun dan huruf sebelumnya berbaris bawah sama ada di tengah atau di hujung kalimah. <br />
4. Ra' sukun, huruf sebelumnya berbaris bawah dan selepasnya Huruf Ist'ila' dalam kalimah yang berasingan. Contoh: Surah Nuh: 1 <br />
5. Ra' sukun 'Aridh kerana waqaf dan huruf sebelumnya juga sukun (selain daripada Ya', sama ada Ya' Mad atau Ya' Lin) dan huruf sebelumnya lagi berbaris bawah. <br />
6. Ra' sukun 'Aridh kerana waqaf dan sebelumnya Ya' Mad. <br />
7. Ra' sukun 'Aridh kerana waqaf dan sebelumnya Ya' Lin. <br />
8. Ra' yang diimalahkan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Reff: http://qump.bluehyppo.com/tafsir/tajwid.htmRendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-3465750814252891292011-02-02T16:28:00.001+07:002011-02-02T16:46:46.307+07:00Si Jalak Harupat alias Otto IskandardinattaSi Jalak Harupat alias Otto Iskandardinata<br />
Otto Iskandardinatan mendapat julukan “Si Jalak Harupat” (burung jalak yang pemberani). Julukan tersebut didapatnya karena keberaniaanya dalam menentang segala kebijakan Belanda. Sewaktu menjadi anggota Voolksraad mewakili Paguyuban Pasundan, Otto Iskandardinata sering mengeluarkan kritikannya kepada pemerintah kolonia. Akhirnya, keanggoataannya dalam Voolksraad dicabut pada tahun 1935.<br />
Otto Iskandardinata lahir pada 31 maret1897 di Bandung. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya, ia melanjutkan di Hoogere Kweekschool (HKS, Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Ia pernah berkecimpung di berbagai organisasi pergerakan nasional, seperti Budi Utomo dan Paguyuban Pasundan. Selain aktif dalam organisasi, ia juga aktif dalam bidang jurnalistik. Ia menerbitkan Koran Warta Harian Cahaya.<br />
Karena pemikirannya, ia dipercaya menjadi anggota PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), Jawa Hokokai (BAdan Kebaktian Rakyat Jawa), Chuo Sangi In (Dewan Perwakilan Rakyat buatan Jepang). Ketika PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dibentuk, ia diangkat menjadi anggotanya. Dengan kapasitasnya sebagai anggota panitia, ia pun ikut menyusun UUD 1945Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4147658942260349440.post-43417320960858171402011-02-01T19:32:00.001+07:002011-02-01T19:32:57.076+07:00Apa itu Graffiti<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="color: blue; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 24pt;">Apa itu Graffiti</span></b><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 24pt;"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a href="" name="2662095755427747153"></a><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt;">pengertian Graffiti <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Graffiti<br />
<br />
Graffiti adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng (PILOX).<br />
<br />
Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu.<br />
<br />
Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin, graphium yang artinya menulis. Awalnya istilah itu dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan di bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Rendanasaputrahttp://www.blogger.com/profile/02202415955521592365noreply@blogger.com0