Jumat, 18 Februari 2011

Penumpasan Pemberontakan Di Aceh

Setelah penyerahan Kedaulatan oleh Belanda kepada pemerintah RI pada tahun 1949, Aceh dikembalikan menjadi daerah Karesidenan di bawah Propinsi Sumatera Utara. Teuku Muhammad Daud Beureueh sebagai tokoh ulama di daerah Aceh tidak menyetujui keputusan pemerintah tersebut. Sejak itu ia mulai menyusun kekuatan untuk mengadakan pemberontakan. Setelah merasa kuat dan persiapan dirasa cukup mulai mengadakan pemberontakan terhadap Pemerintah RI yang syah, dengan mengadakan penyerangan atas pos pos tentara dan polisi, kemudian pecah pemberontakan yang dipimpin oleh Hasan Saleh sebagai Panglima TII.
Untuk menanggulangi pemberontakan tersebut, dilakukan operasi militer. Operasi tersebut berhasil mendesak kedudukan pemberontak. Kemudian mereka mengundurkan diri masuk hutan, selanjutnya mengadakan gerilya. Dalam penumpasan gerilya tersebut setelah diperhitungkan, banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi, maka pada bulan April 1957 diadakan penghentian tembak menembak. Dan operasi yang dilaksanakan menjadi operasi teritorial.
Waktu penghentian tembak menembak tersebut, oleh gerombolan Daud Beureueh digunakan untuk memperkuat diri dengan mengadakan latihan perang, menambah persenjataan dan mempengaruhi rakyat sehingga pengaruh Daud Beureueh bertambah luas. Untuk memperkuat pertahanan TNI dan memulihkan keamanan, maka ditugaskan pasukan pasukan dari daerah lain. Divisi Diponegoro mengirimkan secara berturut turut rotasi penugasan pasukan - pasukan dari Batalyon 447, 446, 434, 448 dan 441. Operasi Teritorial dilaksanakan dengan memberikan penerangan penerangan kepada rakyat supaya insyaf dan sadar untuk kembali kekedudukannya semula. Operasi tersebut berhasil membawa rakyat kembali ke jalan yang benar. Rakyat sudah mau diajak bergotong royong untuk membangun jembatan dan sarana pendidikan. Namun demikian tidak dilupakan pula kegiatan kegiatan musuh, sehingga selalu ditingkatkan kewaspadaan. Operasi teritorial yang dilancarkan berhasil menyadarkan Hasan Saleh, komandan Divisi TII beserta pasukannya.
Pada saat dilancarkan pergesaran II Yon 448, dengan tidak diduga duga kendaraaan yang membawa 1 regu dihadang dan ditembak oleh DI/TII Laut Tawar dipimpin Alias Loby. Kejadiaan tersebut merupakan pelanggaran konsepsi menghentian tembak menembak. Dengan pelanggaran dilakukan oleh DI/TII tersebut, maka Yon 448 melancarkan serangan serangan pembalasan terhadap seluruh pos - pos maupun pertahanan DI / TII Laut Tawar. Kemudian dilaksanakan operasi bersama dengan sasaran markas resimen Laut Tawar. Operasi berhasil memukul mundur dan terus masuk hutan.
Akibat serangan itu pada bulan Juni 1959 Komandan Resimen Laut Tawar, Alias Loby melalui penghubung mengatakan ingin menyerah dengan terlebih dahulu diadakan perundingan. Maksud tersebut diterima dan pada tanggal 21 Juni 1959 dilaksanakan perundingan antara Alias Loby dengan Komandan Sektor. Sebaliknya TNI mau memenuhi tuntutan mereka asal seluruh anggota DI/ TII Resimen Laut Tawar dikumpulkan menjadi satu. Tuntutan mereka dipenuhi setelah tuntutan dapat dipenuhi, pada tanggal 31 September 1959 Alias Loby bersama anak buahnya masuk hutan kembali. Dengan demikian dilakukan pengejaran sehingga dimana mana timbul pertempuran. Suasana menjadi berubah dan selanjutnya dilakukan operasi tempur ke seluruh sektor oleh Yon 445 Divisi Diponegoro. Demikian operasi operasi yang dilakukan di Aceh, setelah melalui beberapa proses pada bulan Agustus 1961 daerah Aceh kembali aman dan sampai sekarang prajurit Kodam IV/Diponegoro tidak pernah absen dalam menegakkan kedaulatan NKRI di wilayah Aceh karena seluruh Batalyonnya selalu berada di garis depan untuk menghancurkan gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan sekarang ini 5 Batalyon masih berada di daerah rawan Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu Yonif 400/Raiders, Yonif 403/Wirasada Pratista, Yonif 405/Surya Kusuma, Yonif 406/Chandra Kusuma dan Yonif 407/Padma Kusuma, serta penugasan operasi pengamanan perbatasan Timor-Timur dan NTT dan pengamanan daerah konflik di Poso Sulawesi yang tidak pernah absen dilakukan oleh Batalyon Kodam IV/Diponegoro secara bergantian sampai sekarang ini.

Pembentukan Trikora

Pengakuan dan penyerahan kedaulatan atas Negara RI oleh Belanda adalah seluruh wilayah pendudukan Hindia Belanda, kecuali Irian Barat, hal itu adalah sangat bertentangan dengan UUD Negara RI bahwa luas daerah Negara RI menurut proklamasi 17 Agustus 1945 adalah meliputi seluruh daerah Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke. Dengan demikian Irian Barat/Irian Jaya (sekarang Papua) yang masih dipertahankan oleh Belanda merupakan daerah sengketa.
Pemerintah Indonesia dalam usaha untuk menyelesaikan Irian Jaya dilakukan dengan jalan diplomasi sejak tahun 1955. Namun usaha itu selalu mengalami kegagalan, karena sikap dan tindakan Belanda memasukkan Irian Jaya ke dalam wilayah kekuasaannya. Pihak Indonesia membalas tindakan Belanda itu dengan menghapus Missi militer Belanda. Usaha pengembalian wilayah Irian Jaya tetap dilanjutkan perjuangannya dengan membentuk Front Nasional pembebasan Irian Jaya. Dewan pertahanan nasional mempertegas bahwa perjuangan harus ditingkatkan menjadi konfrontasi. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1960 hubungan diplomatik dengan Belanda diputus dan perjuangan terus ditingkatkan. Dewan pertahanan merumuskan Tri Komando Rakyat ( Trikora ) yang kemudian diucapkan Presiden Sukarno di Yokyakarta pada tanggal 19 Desember 1961.
Dengan keputusan Presiden Pangti ABRI/Panglima Besar KOTI pembebasan Irian Barat Nomor : 1 Tahun 1962 dibentuk suatu Komando yaitu "Komando Mandala" sebagai pimpinan tertinggi Komando Mandala adalah Mayor Jendral Suharto.
Komando Mandala melaksanakan fase infiltrasi dalam fase ini telah diterjunkan sepuluh kompi di daratan Irian Jaya untuk mengembangkan penguasaan wilayah dengan bantuan rakyat setempat. Dari Kodam VII / Diponegoro mengirimkan Yon 454. Setelah infiltrasi dapat dilaksanakan kemudian mengadakan serangan terbuka terhadap pos pos pertahanan musuh. Infiltrasi terus dilakukan melalui laut dan udara, kemudian dilaksanakan operasi operasi untuk mendesak pertahanan lawan.
Sementara itu di forum PBB telah tercapai persetujuan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 18 Agustus 1967 Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI memerintahkan untuk menghentikan tembak-menembak. Perintah tersebut kemudian disusul surat perintah Panglima Mandala kepada seluruh slagorde Mandala yang berada di daerah Irian Jaya. Isi perintah ini adalah agar semua pasukan mentaati perintah penghentian tembak menembak dan mengadakan kontak. Dengan demikian berakhirlah pertikaian pada 1 Mei 1963

Kamis, 17 Februari 2011

Penumpasan Pemberontakan DI/TII.

Menumpas DI/TII di Jawa Tengah.
DI (Darul Islam) pada hakekatnya adalah persoalan yang ditimbulkan oleh golongan extrim Islam yang akan mendirikan Negara Islam Indonesia yang merdeka dengan agama Islam sebagai dasarnya. Pusat DI di Jawa Barat dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo. Kemudian pengaruhnya meluas ke luar daerah yaitu Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Gerakan tersebut sesungguhnya telah dimulai pada tahun 1946. Akibat perjanjian Renville, pasukan pasukan TNI harus meninggalkan kantong kantong gerilya kemudian melaksanakan hijrah. Keputusan tersebut ditolak oleh Kartosuwiryo, karena politik yang demikian dianggap merugikan perjuangan. Oleh karena itu pasukan Hizbullah dan Sabilillah tidak diizinkan meninggalkan Jawa Barat. Setelah pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah, Kartosuwiryo lebih leluasa melaksanakan rencananya. Pada bulan Maret 1948 pasukan pasukan itu membentuk gerakan dengan nama Darul Islam (DI) dan tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan Tentara Islam Indonesia (TII). Hukum yang berlaku di negara Islam itu ialah hukum Islam. Hal ini jelas bahwa NII tidak mengakui UUD 1945 dan Pancasila.
DI/TII itu kemudian memusuhi pasukan TNI dengan mengadakan pengadangan dan menyerang pasukan TNI yang sedang dalam perjalanan kembali ke Jawa Barat. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dengan segala cara menyebarkan pengaruh nya ke Jawa Tengah. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah di pimpin Amir Fatah. Daerah operasinya di daerah Pekalongan Tegal dan Brebes dimana daerah tersebut mayoritas pendudukanya beragama Islam yang fanatik.
Pada waktu daerah pendudukan Belanda terjadi kekosongan, maka pada bulan Agustus 1948 Amir Fatah masuk ke daerah pendudukan Belanda di Tegal dan Brebes dengan membawa 3 kompi Hizbullah. Amir Fatah masuk daerah pendudukan melalui Sektor yang dipimpiin oleh Mayor Wongsoatmojo. Mereka berhasil masuk dengan kedok untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda dan mendapat tugas istimewa dari Panglima Besar Sudirman untuk menyadarkan Kartosuwiryo.
Amir Fatah setelah tiba di daerah pendudukan Belanda di Pekalongan dan Brebes kemudian melepaskan kedoknya untuk mencapai tujuan. Dengan jalan intimidasi dan kekerasan berhasil membentuk organisasi Islam yang dinamakan Majlis Islam (MI) mulai tingkat dewasa sampai karesidenan. Disamping itu menyusun suatu kekuatan yaitu Tentara Islam Indonesia (TII) dan Barisan Keamanan serta Pahlawan Darul Islam (PADI). Dengan demikian di daerah pendudukan, Amir Fatah telah menyusun kekuatan DI di Jawa Tengah.
Sementara itu Mayor Wongsoatmojo pada bulan Januari 1949 masuk daerah pendudukan Belanda di Tegal dan Brebes dengan kekuatan 4 kompi. Kemudian diadakan perUndingawn dengan pimpinan Majelis Islam (MI) yang diawali Amir Fatah. Dengan perundingan itu dapat dicapai suatu kerjasama antara pemerintah militer dengan MI juga antara TNI dengan pasukan Hizbullah dan Amir Fatah diangkat menjadi Ketua Koordinator daerah operasi Tegal Brebes.
Dibalik itu semuanya Amir Fatah menggunakan kesempatan tersebut untuk menyusun kekuatan TII dan DI nya. Usaha untuk menegakkan kekuasaan di Jawa Tengah semakin nyata. Lebih-lebih setelah datangnya Kamran Cakrabuana sebagai utusan DI/TlI Jawa Barat untuk mengadakan perundingan dengan Amir Fatah maka keadaan berkembang dengan cepat. Amir Fatah diangkat Komandan Pertempuran Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal TII. Sejak itu Amir menyerahkan tanggung jawab dan jabatannya selaku Ketua Koordinator daerah Tegal Brebes kepada Komandan SKS (Sub Wherkraise) III. Ia mengatakan bahwa Amir Fatah dengan seluruh kekuatan bersenjatanya tidak terikat lagi dengan Komandan SWKS III.
Untuk melaksanakan cita citanya di Jawa Tengah, DI mengadakan teror terhadap rakyat dan TNI yang sedang mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Dengan demikian dapat dibayangkann betapa berat perjuangan TNI di daerah SWKS III, karena harus menghadapi dua lawan sekaligus yaitu Belanda dan DI/TII pimpinan Amir Fatah. Kemudian pasukan DI mengadakan penyerbuan terhadap markas SWKS III di Bantarsari. Pada waktu itu pula terjadilah pembunuhan massal terhadap satu Regu Brimob pimpinan Komisaris Bambang Suprapto. Pukulan teror DI di daerah SWKS III membuat kekuatan TNI menjadi terpecah belah tanpa hubungan satu sama lain. Akibatnya teror DI tersebut, daerah SWKS III menjadi gawat.
Untuk mengatasi keadaan ini Letkol Moch. Bachrun Komandan Brigade 8/WK I mengambil tindakan mengkonsolidasikan SWKS III yang telah terpecah pecah. Kemudian diadakan pengepungan terhadap pemusatan DI. Gerakan selanjutnya dilaksanakan dalam fase ofensif. Gerakan tersebut berhasil memecah belah kekuatan DI/TII sehingga terjadi kelompok kelompok kecil. Dengan terpecahnya kekuatan DI menjadi kelompokkelompok kecil tersebut akhirnya gerakan mereka dapat dipatahkan. Setelah itu gerakan diarahkan kepada pasukan Belanda DI/TII. Gerakan itu dilaksanakan siang dan malam, sehingga kedudukan mereka terdesak. Dalarn keadaan moril pasukan tinggi, datang perintah penghentian tembak menembak dengan Belanda. Akhirya menghasilkan KMB yang keputusan keputusannya harus dilaksanakan oleh TNI antara lain penggabungan KNIL dengan TNI. Dalam situasi TNI berkonsolidasi, Amir Fatah mengambil kesempatan untuk menyusun kekuatan kembali. Kekuatan baru itu memilih daerah Bumiayu menjadi basis dan markas komandonya. Setelah mereka kuat mulai menyerang pos pos TNI dengan cara menggunakan massa rakyat.

Penumpasan Pemberontakan Gerakan AUI di Kebumen.

AUI (Angkatan Umat Islam) adalah suatu organisasi yang didirikan tanggal 11 September 1945 di Kebumen oleh Muhammad Syafi'i dan Kyai Afandi. Pada bulan Oktober 1945 AUI menyatakan menjadi satu partai yang berdiri sendiri dan beraliran Islam. AUI juga mempunyai badan badan kelasykaran bersenjata, mereka berasal dari daerah Kebumen dan sekitarnya. AUI mengalami perpecahan karena adanya perbedaan pendapat diantara pimpinan. Konflik tidak dapat diselesaikan dan akhirnya pimpinan beralih dari Muhammad Syafi'i kepada Kyai Machfud. Dalam kepengurusannya menjadi Pimpinan Besar Umum, kemudian terkenal dengan sebutan Romo Pusat. Romo Pusat sangat besar pengaruhnya terhadap anggotanya, sehingga apa yang diperintahkan selalu ditaati. Akibatnya Romo Pusat menjadi sombong sehingga merasa dialah yang lebih tinggi kedudukannya. Kemudian AUI membuat peraturan - peraturan sendiri dan tidak mau taat kepada peraturan peraturan pemerintah.
Dalam Perang Kemerdekaan AUI ikut melancarkan serangan dan bergerilya melawan tentara Belanda, disamping itu antara AUI dengan TNI telah terjalin hubungan dan kerja sama yang baik, demikian pula dengan pasukan pasukannya yang lain. Setelah pengakuan kedaulatan, kelaskaran AUI yaitu pasukan sorengpati dengan Kompi Hizbullah digabung menjadi satu Batalyon Teritorial dengan nama Batalyon Lemah Lanang dan K.H. Nursodik sebagai komandan. Dengan demikian kelasyakaran AUI telah masuk APRIS. Hal ini menyebabkan timbul pertentangan kembali diantara pimpinan AUI, karena Romo Pusat tidak setuju kelaskaran AUI masuk APRIS.
Pertentangan kakak beradik menjadi lebih tegang, karena sebelumnya memang sudah ada benih benih pertentangan. Demikian pula Kornpi Hizbullah memisahkan diri dari induk pasukan dan lari ke Cilacap. Dalam menyelesaikan masalah itu pemerintah menempuh jalan damai yaitu dengan mengadakan perundingan dengan Romo Pusat. Tetapi ajakan itu ditolak. Usaha selanjutnya Batalyon Lemah Lanang dimasukkan Depo Pendidikan, usaha inipun gagal.
Pada tanggal 3 Juli 1950 terjadi pertengkaran AUI dengan Polisi Militer yang sedang melaksanakan tugasnya. Dalam peristiwa itu anggota AUI terbunuh. Kematian anggota AUI tersebut membuat marah pimpinan AUI, maka pada tanggal 1 Agustus 1950 pihak AUI melancarkan tembakan yang diarahkan ke markas Polisi Militer. Saat itu mulai meletus pertempuran. Kota Kebumen menjadi ribut dan tembak - menembak terjadi di seluruh pelosok kota.
Komandan Brigade X memberi ultimatum kepada AUI supaya menyerah. Tetapi ultimatum itu tidak dihiraukan, bahkan dibalas dengan tindakan kekerasan senjata. Kemudiann dilancarkan operasi militer untuk menumpas. Dengan operasi tersebut kedudukan AUI terdesak sehingga daerahnya menjadi sernpit. Kemudian dihalau dan mereka lari ke Gunung Srandil, terus dikejar TNI dan ditempat inilah AUI dapat dihancurkan yaitu dengan tertembaknya Romo Pusat. Sisa sisa kelaskaran AUI menjadi tercerai berai, sehingga lari ke Jawa Barat bergabung dengan pernberontakan DI/TII.

Penumpasan Pemberontakan Gerombolan MMC

Gerombolan MMC (Merapi Merbabu Complek) adalah suatu gerombolan bersenjata yang mengganggu keamanan dan ketertiban di daerah Merapi Merbabu, sehingga terkenal dengan nama Gerombolan Merapi Merbabu Complek (MMC). Gerombolan ini pada pada hakekatnya merupakan komunis yang bersifat embriyo. Gerombolan MMC terdiri dari dua bagian ialah Gerombolan MMC di daerah Surakarta, Yogyakarta, kedua gerombolan MMC di daerah Salatiga, dan Ambarawa.
Gerombolan MMC di daerah Surakarta, Yogyakarta dan Kedu mengadakangangguan keamanan daerah tersebut mula-mula berupa tindakan demonstratif terhadap pemerintah RIS dengan dalih merasa tidak puas dengan persetujuan KMB, selanjutnya mereka berusaha menghasut rakyat tani agar menentang pemerintahan dan mengadakan perampokan-perampokan.
Untuk mengatasi kekacauan tersebut, maka Yon 454 mengadakan pengamanan di daerah Klaten dan Yon 418 dibawah pimpinan kapten Kusmanto, mengadakan pengamanan di daerah Boyolali. Dengan adanya pasukan-pasukan tersebut keamanan belum dapat dipulihkan bahkan pengikut gerombolan bertambah banyak.
Untuk mendapatkan keterangan dari penduduk tentang sel sel pengacau menghadapi jalan buntu, karena rakyat takut ancaman mereka. Setelah keamanan pulih kembali, pasukan mulai ditarik, dengan demikian tanggung jawab keamanan diserahkan kembali pada pemerintah sipil. Tindakan itu diambil dengan harapan kekacauan akan mereda, tetapi kenyataannya lain. Gerombolan meningkat dan bertambah kekuasaannya. Bukan saja penggarongan dan perampokan, tetapi sudah berani melancarkan serangan langsung kepada pasukan TNI. Karena keadaan menjadi genting maka pada tanggal 10 2 1951 Panglima Divisi Diponegoro mengeluarkan perintah operasi Merapi Merbabu Complek dengan nama "Merdeka Timur II ".
Dalam operasi itu digerakkan 8 Batalyon, disamping itu juga tenaga tenaga kesatuan Teritorial dan polisi. Didaerah Salatiga dan Ambarawa banyak organisasi organisasi gerilya misalnya PGR (Pasukan Gerilya Rakyat), MPR (Markas pertahanan Rakyat), pasukan Merbabu, Pasukan KB/SS (Markas Kuda Besi/Sabotase Service). Organisasi organisasi gerilya itu mula mula membantu perjuangan. Tetapi akhirnya gerakan gerakannya menuju ke arah extrim kiri. Organisasi organisasi tersebut kemudian menjadi gerombolan MMC di daerah Salatiga dan Ambarawa yang selalu mengadakan gangguan yang akhirnya membangkang terhadap pemerintah yang syah.
Organisasi penumpasan gerombolan MMC dipimpin oleh Letkol Suadi Suroniharjo dengan gerakan "Aksi Segi Tiga" yaitu operasi militer dibarengi dengan penerangan dan sosial. Operasi berhasil menangkap beratus ratus gerombolan dan menembak mati pimpinan gerombolan serta berhasil merampas senjata. Dengan demikian keamanan di daerah MMC dapat dikuasai. Karena keadaan telah pulih kembali maka kekuasaan diserahkan kembali kepada pernerintah daerah dan keamanan menjadi tanggung jawab pamong praja dan polisi. Operasi pembersihan dilanjutkan oleh Mobile Brigade dengan operasi "Lebaran" Namun gerombolan MMC aktif kembali dan berani menyerang patroli-patroli polisi. Keadaan menjadi semakin kacau, sehingga menyebabkan TNI kembali melancarkan operasi. Setelah itu diadakan operasi " Tritunggal " yaitu kerja sama antara tentara, polisi dan pamong praja, semua aparat pemerintah dikerahkan untuk operasi tersebut. Operasi tritunggal berhasil memulihkan keamanan didaerah MMC

Penumpasan Pemberontakan PRRI/Permesta.

Masa Demokrasi Liberal tahun 1950 menimbulkan ketidak stabilan dalam bidang politik. Kemudian pada tahun 1955 diadakan pernilihan umum, namun Pemilu tersebut tidak berhasil menghilangkan pertentangan‑pertentangan politik. Oleh karena itu beberapa daerah muncul suara - suara menuntut otonomi yang luas, karena tidak ada keseirnbangan antara daerah dengan pusat dan daerah merasa dianaktirikan oleh pemerintah pusat terutarna dalam bidang pernbangunan.

Dalam keadaan yang demikian itu bekas Divisi Banteng mengadakan reuni di Padang pada tanggal 20 ‑ 24 Nopernber 1956. Hasil reuni tersebut terbentuklah Dewan Banteng yang diketuai oleh Letkol Ahmad Husein. Dengan terbentuknya Dewan Banteng yang bertendensi politik, maka KSAD melarang perwira‑perwira AD melakukan kegiatan di bidang politik. Tetapi larangan itu bahkan disambut oleh ketua Dewan Benteng dengan mengambil alih pemerintahan Sumatera Tengah dari Gubernur Ruslan Muloharjo, dengan dalih tidak mampu melaksanakan pembangunan.

Kegiatan di Sumatera Tengah itu diikuti oleh Sumatera Timur yaitu Ketua Dewan Gajah mengambil alih semua kekuasaan yang ada dalam wilayah TNI kemudian Sumatera Selatan terjadi kegiatan ‑ kegiatan yang sama. Setelah diadakan Konferensi Dinas Pemerintahan Sumatera Selatan lahirlah Garuda. Kemudian Panglima TNI Letnan Kolonel Barlian mengambil alih pemerintahan Sumatera Pusat, mengadakan musyawarah pembangunan nasional untuk memecahkan persoalan secara terbuka. Namun usaha pernerintah tersebut tidak diterima, bahkan gerakan kedaerahan yang bersifat sparatis terus berlangsung yang akhirnya menjurus menjadi pernberontakan.

Pemberontakan makin memuncak dengan proklamasi pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tanggal 15 Pebruari 1958 oleh Ahmad Husein, Kolonel Dahlan Jombek dan Kolonel Simbolon. Kemudian untuk mengatasi pernberontakan tersebut pemerintah bersikap tegas dengan melakukan Operasi militer. Perwira yang terlibat seperti Letkol Ahmad Husein, Kolonel Dahlan Jombek, Kolonel Siimbolon diberhentikan dengan tidak hormat.

Operasi gabungan yang dilaksanakan yaitu Operasi Tegas (Untuk Daerah Riau), Operasi 17 Agustus (Untuk Sumatera Barat), Operasi Sapta Marga (untuk Sumatera Timur) dan Operasi Sadar (untuk Sumatera Selatan). Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani ditujukan kedaerah Sumatera Barat dengan sasaran merebut pusat militer lawan di Padang dan pusat pernerintahan di Bukit Tinggi. Dari Kodam VII/ Diponegoro mengiriinkan Yon ‑ 438 dan Yon ‑ 440. Dengan operasi tersebut maka kota Padang dan Bukit Tinggi dapat dikuasai dan diduduki. Dengan jatuhnya Bukit Tinggi selesailah operasi pernbersihan dan teritorial. Dengan demikian tokoh‑tokoh PRRI melarikan diri ke hutan‑hutan dan pada pertengahan tahun 1961 mereka menyerah sesuai dengan anjuran pemnerintah.

Kericuhan yang terjadi tidak hanya terbatas di daerah Sumatera saja, tetapi menjalar pula ke daerah ‑ daerah lain. Di Sulawesi Utara lahir Dewan Menghuni, kegiatan selanjutnya ialah panglima TNI/VII Letkol Fanco Samuel mengadakan pertemuan dengan staf dan perwira ‑ perwira. Perternuan menghasilkan konsensi mengenai cara ‑ cara untuk mengatasi ketegangan dalam kehidupan kenegaraan, maka tanggung jawab wilayah dan pasukan harus berada dalam satu tangan yaitu panglima TT. Kemudian diadakan rapat lagi pada tanggal 2 Maret 1957 di Kantor Gebenuran Makasar (Ujungpandang) dihadiri oleh tokoh ‑ tokoh sipil dan militer. Hasil dari perternuan adalah Piagam perjuangan semesta ( Permesta ).

Sementara itu Letkol Dj. Somba Komandan KDMST menyatakan bahwa Sulawesi Utara memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat. Atas tindakan tersebut kemudian pernerintah memutuskan untuk memecat dengan tidak hormat Letkol Vance Samuel, Letkol Dj. Somba dan Mayor D. Punturambi serta perwira lainnya.

Pemberontakan Permesta ditindak tegas dan dihadapi dengan kekuatan militer oleh pemerintah pusat serta alat negara dan rakyat setempat yang setia kepada Republik Indonesia. Dalam rangka penumpasan pemberontakan Permesta di Sulawesi Utara tersebut kodam VII/Diponegoro mengirimkan Batalyon Inf ‑ 432 dalam Operasi Merdeka.

Sebelum operasi pokok dilaksanakan, maka di Sulawesi Tengah telah dilaksanakan operasi "Insyaf” yang dikoordinasi oleh Komando antar Daerah Indonesia Timur (Komandat). Operasi tidak mengetahui hambatan dan dapat merebut dan menduduki kota. Setelah masing‑masing Komando operasi berhasil menguasai daerah sasaran, maka dimulai gerakan ke sasaran pokok yaitu Manado, untuk merebut Sulawesi Utara dan kota Manado. Manado telah dikepung dari segala penjuru. Serangan mulai dilancarkan pada tanggal 16 Juni 1958 dan sepuluh hari kemudian kota Manado dapat diduduki.

Pada bulan Agustus 1958 kekuatan pokok Permesta sudah lumpuh. Namun demikian gerakan penumpasan terhadap sisa‑sisa pasukan Permesta tetap berjedan dan operasi tersebut dilaksanakan dengan operasi pembersihan dan teritorial. Dalam opeasi itu tokoh ‑ tokoh Permesta tertangkap dan sisa ‑ sisa pasukannya menyerahkan diri sesuai dengan seruan pemerintah.

Senin, 14 Februari 2011

Pemberontakan Andi Aziz

Pemberontakan Andi Aziz
Pemberontakan Andi Aziz adalah pemberontakan yang dipelopori oleh kapten Andi Aziz seorang Komandan kompi APRIS bekas KNIL. Latar belakang pemberontakan Andi Aziz adalah penolakan pemerintah RIS atas tuntutan Andi Aziz yang menginginkan tanggung jawab atas keamanan NIT diberikan kepada APRIS dari unsure KNIL di Ujung Pandang saja. Pemberontakan yang dilakukan di Makassar dan Ujung Pandang bertujuan :
a. Menolak dan menghalangi mesuknya TNI ke Makassar dan menuntut agar pasukan APRIS dari bekas tentara KNIL saja yang bertanggung jawab.
b. Ingin mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur (NIT)
Gerakan ini berlangsung pada tanggal 5 April 1950, pasukan Andi Aziz mendudukiobyek-obyek vital Negara di Makassar seperti lapangan terbang dan kantor TelKom. Pasukan ini juga menyerang pos militer dan berhasil menawan pejabay panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur, Letkol A.Y. Mokoginta.
Upaya yang dilakukan Pemerintah dan TNI untuk menumpas pemberontakan ini , yaitu:
a. Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah memberikan ultimatumagar dalam waktu 4x24 jam Andi Aziz harus menyerah. Namun Andi Aziz tidak segera menyerah.
b. Mengirim pasukan yang dipimpin oleh Mayor Worang untuk menangkap Andi Aziz.
c. Pada tanggal 26 April 1950 ekspedisi pasukan militer yang dipimpin Kolonel Alex E. Kawilerang. Meskipun pemberontakan ini dibantu oleh pasukan Belanda yang mesih tersisa si Makassar, pada tahun 1953 Andi Aziz dapat ditangkap dan diadili oleh Mahkamah militer di Yogyakarta da dihukum 15 tahunpenjara.

Pemberontakan APRA

Peristiwa/Pemberontakan APRA di Bandung
SUMBER : Dahlan Zailani

Pada saat pertama pemerintah RIS- yang mana Dr Moh Hatta jadi Perdana Menteri tak sedikit kesulitan yang dihadapi oleh Pemerintah. Baik rongrongan dari luar, maupun dari dalam tubuh sendiri.
Pembentukan APRIS ternyata menimbulkan ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan terjadinya serentetan pertumpahan darah Diantara kalangan TNI sendiri ada tantangan dan keengganan untuk bekerjasama dengan bekas anggota tentara Belanda, dengan KNIL, KL, KM dan sebagainya yang dilebur kedalam APRIS.
Sebaliknya dipihak KNIL ada tuntutan agar bekas kesatuannya ditetapkan sebagai alat dari Negara Bagian. Juga tantangan dari eks serdadu KNIL yang merasa was-was akan nasib mereka jika dilebur dalam tubuh APRIS bersama dengan TNI. Mereka takut kehilangan kedudukannya kalau Belanda pergi dari Indonesia.
Diantara mereka adalah gerakan apa yang mereka namakan "APRA" (Angkatan Perang Ratu Adil) dibawah pimpinan Kapten Raymond Westerling. Ya, Kapten inilah yang dengan para pengikutnya pada tahun 1947 telah membuat terror di Sulawesi Selatan yang terkenal bengis dan kejam dengan pembantaian dalam waktu singkat mencapai sekitar 40.000 korban rakyat Indonesia.
Dengan menggunakan nama "Ratu Adil" Westerling mencoba mengetahui rakyat Indonesia, seakan-akan merekalah yang "ditungggu-tunggu" rakyat sesuai dengan ramalan Joyoboyo, dan mereka pulalah yang akan memerintah Indonesia yang rakyatnya sudah lama menderita.
Ketegangan-ketegangan pun terjadi dalam pertentangan politik yang menajam antara golongan "Federalis" yang tetap ingin mempertahankan Negara Bagian terhadap golongan "Unitaris" yang menginginkan Negara Kesatuan.
Tujuan APRA sebenarnya untuk mempertahankan bentuk Federal Indonesia, oleh sebab itu beberapa Pengusaha Perkebunan dan tokoh-tokoh Belanda berdiri di belakang Westerling.
Kebrutalan APRA menjadi-jadi, karena mereka telah memberikan "ultimatum" kepada Pemerintah RIS dan Negara Pasundan, supaya mereka diakui sebagai "Tentara Pasundan" dan menolak untuk membubarkan Negara "boneka" tersebut. Sudah tentu "ultimatum" tersebut tidak digubris oleh Pemerintah RIS, yang sebagaimana diketahui Perdana Menterinya adalah Bung Hatta.
Maka pada tanggal 23 Januari 1950 pagi-pagi benar dengan diperkirakan membawahi 800 tentara KNIL, terdiri dari pelarian-pelarian pasukan payung, barisan pengawal "Stoottroepen" dan polisi Belanda dengan dilindungi oleh kendaraan berlapis baja, mereka "menyerbu" kota Bandung. Dan untuk beberapa lamanya mereka dapat "kuasai" kota Bandung.
Setiap anggota APRIS (TNI) yang mereka temui-baik itu bersenjata atau tidak ditembak mati di tempat. Perlawanan dapat dikatakan tidak ada, karena penyerbuan tersebut tidak terduga sama sekali. Pun mengingat kesatuan-kesatuan Siliwangi baru beberapa saat saja memasuki kota Bandung, setelah perdamaian terdapat sebagai hasil KMB. Staf Divisi Siliwangi yang pada hari itu hanya dijaga 15 prajurit, diserang dengan tak terduga. Seorang Perwira menengah-Letkol Lembong tewas menjadi keganasan APRA. Dalam penyerbuan APRA ini 79 anggota APRIS/TNI gugur.
Pemerintah RIS untuk memperkuat pertahanan kota Bandung mengirimkan bala bantuan antara lain dari kesatuan-kesatuan polisi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang ketika itu sedang berada di Jakarta. Pun pada hari itu juga TNI dapat mengkonsolidasi kekuatannya, dan akhirnya gerombolan APRA dapat dipaksa mengundurkan diri kota Bandung.
Operasi penumpasan dan pengejaran gerombolan APRA ini yang sedang melakukan gerakan mundur, segera dilakukan oleh Kesatuan TNI. Dalam suatu pertempuran di daerah Pacet pada tanggal 24 Januari 1950 pasukan TNI berhasil menghancurkan sisa-sisa gerombolan APRA.
Di kota Bandung juga diadakan pembersihan dan penahanan terhadap mereka yang terlibat, termasuk beberapa tokoh Negara Pasundan. Setelah melarikan diri dari Bandung, Westerling masih ingin melanjutkan "Petualangannya" di Jakarta. Ia merencanakan gerakannya untuk menangkap semua Menteri RIS yang sedang menghadiri Sidang Kabinet dan membantainya, persis semacam apa yang pernah Westerling lakukan dulu dengan rakyat Sulawesi Selatan tetapi gerakan tersebut dapat digagalkan, dan ternyata bahwa "otaknya" adalah Sultan Hamid II, yang juga duduk di Kabinet RIS, tapi zonder portofolio.
Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan Westerling setelah melihat kegagalannya APRA di Bandung dan juga gagal usahanya "menangkap" para Menteri RIS dalam Sidang Kabinet RIS di Jakarta, sempat melarikan diri ke luar negeri dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda, dan dengan demikian berakhirlah "petualangan" Westerling untuk mengacau di Indonesia yang telah membawa korban Rakyat Indonesia beribu-ribu banyaknya, dan tak akan dilupakan oleh Bangsa Indonesia selama-lamanya. )Penulis adalah pejuang 1945)

Latar belakang

Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer Belanda menerima laporan, bahwa Westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000 orang. Laporan yang diterima Inspektur Polisi Belanda J.M. Verburgh pada 8 Desember 1949 menyebutkan bahwa nama organisasi bentukan Westerling adalah "Ratu Adil Persatuan Indonesia" (RAPI) dan memiliki satuan bersenjata yang dinamakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Pengikutnya kebanyakan adalah mantan tentara KNIL dan yang desersi dari pasukan khusus KST/RST. Dia juga mendapat bantuan dari temannya orang Tionghoa, Chia Piet Kay, yang dikenalnya sejak berada di kota Medan.
Pada 5 Desember malam, sekitar pukul 20.00 dia menelepon Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda, pengganti Letnan Jenderal Spoor. Westerling menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden, apabila setelah penyerahan kedaulatan Westerling berencana melakukan kudeta terhadap Sukarno dan kliknya. Van Vreeden memang telah mendengar berbagai kabar, antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan. Juga dia telah mendengar mengenai kelompoknya Westerling.
Jenderal van Vreeden, sebagai yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran "penyerahan kedaulatan" pada 27 Desember 1949, memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan tersebut, tapi van Vreeden tidak segera memerintahkan penangkapan Westerling.

Surat ultimatum

Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat kepada pemerintah RIS yang isinya adalah suatu ultimatum. Dia menuntut agar Pemerintah RIS menghargai Negara-Negara bagian, terutama Negara Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalm waktu 7 hari dan apabila ditolak, maka akan timbul perang besar.
Ultimatum Westerling ini tentu menimbulkan kegelisahan tidak saja di kalangan RIS, namun juga di pihak Belanda dan dr. H.M. Hirschfeld (kelahiran Jerman), Nederlandse Hoge Commissaris (Komisaris Tinggi Belanda) yang baru tiba di Indonesia. Kabinet RIS menghujani Hirschfeld dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya menjadi sangat tidak nyaman. Menteri Dalam Negeri Belanda, Stikker menginstruksikan kepada Hirschfeld untuk menindak semua pejabat sipil dan militer Belanda yang bekerjasama dengan Westerling.
Pada 10 Januari 1950, Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa pihak Indonesia telah mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Westerling. Sebelum itu, ketika Lovink masih menjabat sebagai Wakil Tinggi Mahkota (WTM), dia telah menyarankan Hatta untuk mengenakan pasal exorbitante rechten terhadap Westerling. Saat itu Westerling mengunjung Sultan Hamid II di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebelumnya, mereka pernah bertemu bulan Desember 1949. Westerling menerangkan tujuannya, dan meminta Hamid menjadi pemimpin gerakan mereka. Hamid ingin mengetahui secara rinci mengenai organisasi Westerling tersebut. Namun dia tidak memperoleh jawaban yang memuaskan dari Westerling. Pertemuan hari itu tidak membuahkan hasil apapun. Setelah itu tak jelas pertemuan berikutnya antara Westerling dengan Hamid. Dalam otobiografinya Mémoires yang terbit tahun 1952, Westerling menulis, bahwa telah dibentuk Kabinet Bayangan di bawah pimpinan Sultan Hamid II dari Pontianak, oleh karena itu dia harus merahasiakannya.
Pertengahan Januari 1950, Menteri UNI dan Urusan Provinsi Seberang Lautan, Mr.J.H. van Maarseven berkunjung ke Indonesia untuk mempersiapkan pertemuan Uni Indonesia-Belanda yang akan diselenggarakan pada bulan Maret 1950. Hatta menyampaikan kepada Maarseven, bahwa dia telah memerintahkan kepolisian untuk menangkap Westerling.
Ketika berkunjung ke Belanda, Menteri Perekonomian RIS Juanda pada 20 Januari 1950 menyampaikan kepada Menteri Götzen, agar pasukan elit RST yang dipandang sebagai faktor risiko, secepatnya dievakuasi dari Indonesia. Sebelum itu, satu unit pasukan RST telah dievakuasi ke Ambon dan tiba di Ambon tanggal 17 Januari 1950. Pada 21 Januari Hirschfeld menyampaikan kepada Götzen bahwa Jenderal Buurman van Vreeden dan Menteri Pertahanan Belanda Schokking telah menggodok rencana untuk evakuasi pasukan RST.

Desersi

Pada 22 Januari pukul 21.00 dia telah menerima laporan, bahwa sejumlah anggota pasukan RST dengan persenjataan berat telah melakukan desersi dan meninggalkan tangsi militer di Batujajar.
Mayor KNIL G.H. Christian dan Kapten KNIL J.H.W. Nix melaporkan, bahwa kompi "Erik" yang berada di Kampemenstraat malam itu juga akan melakukan desersi dan bergabung dengan APRA untuk ikut dalam kudeta, namun dapat digagalkan oleh komandannya sendiri, Kapten G.H.O. de Witt. Engles segera membunyikan alarm besar. Dia mengontak Letnan Kolonel TNI Sadikin, Panglima Divisi Siliwangi. Engles juga melaporkan kejadian ini kepada Jenderal Buurman van Vreeden di Jakarta.
Antara pukul 8.00 dan 9.00 dia menerima kedatangan komandan RST Letkol Borghouts, yang sangat terpukul akibat desersi anggota pasukannya. Pukul 9.00 Engles menerima kunjungan Letkol Sadikin. Ketika dilakukan apel pasukan RST di Batujajar pada siang hari, ternyata 140 orang yang tidak hadir. Dari kamp di Purabaya dilaporkan, bahwa 190 tentara telah desersi, dan dari SOP di Cimahi dilaporkan, bahwa 12 tentara asal Ambon telah desersi.

Kudeta

Namun upaya mengevakuasi Reciment Speciaale Troepen, gabungan baret merah dan baret hijau terlambat dilakukan. Dari beberapa bekas anak buahnya, Westerling mendengar mengenai rencana tersebut, dan sebelum deportasi pasukan RST ke Belanda dimulai, pada 23 Januari 1950 Westerling melancarkan kudetanya. Subuh pukul 4.30, Letnan Kolonel KNIL T. Cassa menelepon Jenderal Engles dan melaporkan: "Satu pasukan kuat APRA bergerak melalui Jalan Pos Besar menuju Bandung."
Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temukan di jalan. 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut, termasuk Letnan Kolonel Lembong, sedangkan di pihak APRA, tak ada korban seorang pun.
Sementara Westerling memimpin penyerangan di Bandung, sejumlah anggota pasukan RST dipimpin oleh Sersan Meijer menuju Jakarta dengan maksud untuk menangkap Presiden Soekarno dan menduduki gedung-gedung pemerintahan. Namun dukungan dari pasukan KNIL lain dan TII (Tentara Islam Indonesia) yang diharapkan Westerling tidak muncul, sehingga serangan ke Jakarta gagal total.
Setelah puas melakukan pembantaian di Bandung, seluruh pasukan RST dan satuan-satuan yang mendukungnya kembali ke tangsi masing-masing. Westerling sendiri berangkat ke Jakarta, dan pada 24 Januari 1950 bertemu lagi dengan Sultan Hamid II di Hotel Des Indes. Hamid yang didampingi oleh sekretarisnya, dr. J. Kiers, melancarkan kritik pedas terhadap Westerling atas kegagalannya dan menyalahkan Westerling telah membuat kesalahan besar di Bandung. Tak ada perdebatan, dan sesaat kemudian Westerling pergi meninggalkan hotel.
Setelah itu terdengar berita bahwa Westerling merencanakan untuk mengulang tindakannya. Pada 25 Januari Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa Westerling, didukung oleh RST dan Darul Islam, akan menyerbu Jakarta. Engles juga menerima laporan, bahwa Westerling melakukan konsolidasi para pengikutnya di Garut, salah satu basis Darul Islam waktu itu.
Aksi militer yang dilancarkan oleh Westerling bersama APRA yang antara lain terdiri dari pasukan elit tentara Belanda, menjadi berita utama media massa di seluruh dunia. Hugh Laming, koresponden Kantor Berita Reuters yang pertama melansir pada 23 Januari 1950 dengan berita yang sensasional. Osmar White, jurnalis Australia dari Melbourne Sun memberitakan di halaman muka: "Suatu krisis dengan skala internasional telah melanda Asia Tenggara." Duta Besar Belanda di AS, van Kleffens melaporkan bahwa di mata orang Amerika, Belanda secara licik sekali lagi telah mengelabui Indonesia, dan serangan di Bandung dilakukan oleh "de zwarte hand van Nederland" (tangan hitam dari Belanda).

Kamis, 10 Februari 2011

Peristiwa Lengkong Tangerang

PERISTIWA LENGKONG (SERPONG)

Suatu kejadian yg sulit saya lupakan adalah Peristiwa Lengkong.
Dalam upaya memiliki senjata yg masih ada di tangan tentara Jepang, Resimen Tangerang beberapa kali mengadakan pendekatan dengan komandan pasukanpang yg bermarkas di Lengkong.
Sebulan sebelum peristiwa, Letkol Singgih, Mayor Daan Mogot dan Kapten Endjon menemui Kapten Abe, yg ternyata menolak memberikan senjata kepada TKR.
Padahal antar RI dan Sekutu telah sepakat, bahwa tentara Jepang yg ada di daerah kekuasaan RI akan dilucuti, kemudian dipulangkan.
Berdasarkan percakapan antara Daan Yahya dan Oetarjo, diupayakan untuk bertemu dengan Letkol Miyamoto perwira Jepang yg diberi tanggung jawab ats pengurusan dan pemulangan tentara Jepang di Pulau Jawa.
Tidak ada kepastan dari Miyamoto.


Dalam situasi tidak menentu, tanggal 24 Januari 1946 diperoleh informasi, bahwa pasukan Belanda sudah menduduki Parung, dan selanjutnya akan bergerak ke Lengkong.
Itu berarti markas Jepang di Lengkong akan dikuasai Belanda, selanjutnya AMT (Akademi Militer Tangerang) juga terancam.
Pimpinan Resimen Tangerang kemudian mengambil gerak cepat untuk mengamankan Resimen IV dan juga AMT, dengan merebut senjata Jepang di Lengkong.


Setelah upaya damai gagal, maka digunakan ”tipu muslihat” untuk melucuti pasukan Jepang di Lengkong.
Teknik pengelabuan ini diperkirakan akan lebih efisien.
Resimen akan menggunakan 4 serdadu Inggris yg berkebangsaan India yg melarikan diri dari kesatuannya

Untuk membantu ”siasat” yg telah tersusun rapi.
Pasukan TRI dan serdadu India yg berpakaian lengkap tentara Inggris itu bersikap seolah-olah utusan sekutu yg datang melucuti tentara Jepang.
Pelaksanaannya ditangani oleh Taruna AMT.
Sebagai komandan operasi ditunjuk Mayor Daan Mogot, yg memang sudah mengenal Kapten Abe.
Daan Mogot didampingi taruna yg mahir berbahasa Jepang, Alex Sajoeti.

Awalnya apa yg terjadi sesuai dengan rencana semula.
Daan Mogot berunding dengan Kapten Abe.
Akan tetapi Kapten Abe meminta waktu untuk menghubungi atasannya di Jakarta.
Ketika perundingan berjalan, rupanya Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo sudah mengerahkan para taruna memasuki sejumlah barak dan melucuti senjata yg ada di sana.
Memang, persenjataan Jepang bisa dikumpulkan, dan sekitar 40 orang Jepang disuruh berkumpul di lapangang.
Tampaknya serdadu Jepang percaya bahwa yg sedang bertugas adalah operasi gabungan TRI dan Sekutu, sementara itu perundingan antara Daan Mogot dan Abe berlangsung alot.


Dalam keadaan sedang menguasai tentara Jepang itu, tiba-tiba terdengar suara tembakan, entah siapa yg melepaskannya.
Mendengar tembakan, tentara Jepang itu kemudian berhamburan mengambil senjata yg telah dikumpulkan oleh Taruna AMT.
Tembak menembak pun terjadi.
Pengalaman tempur yg cukup lama, ditunjang dengan persenjataan yg lebih lengkap, menyebabkan Taruna AMT menjadi sasaran empuk.
Taruna AMT yg berhasil lolos menyelamatkan diri di antara pohon-pohon karet.
Mereka mengalami kesulitan menggunakan karaben Terni yg dimiliki.
Sering peluru yg dimasukkan ke kamar nya tidak pas karena ukuran berbeda atau sering macet.

Tidak lama kemudian tidak terdengar lagi suara. Senyap.
Seketika sulit mengetahui berapa orang yg tewas.
Diperkirakan yg gugur 36 orang, terdiri atas 33 Taruna AMT, dan 3 perwira, yaitu Mayor Daan Mogot, Lettu Soebianto Djojohadikusumo dan Lettu Soetopo.

Beberapa Taruna yg lolos dari maut dan menjadi tawanan Jepang diperintahkan untuk menggali kubur bagi teman-temannya.
Kami mendapat izin dari Jepang untuk mengambil jenazah pejuang di Lengkong, kemudian kami bawa dan dikuburkan dekat penjara anak-anak Tangerang.


Terhadap tentara Republik yg masih hidup, ada di antaranya dibawa dan ditahan di Bogor.
Tetapi dengan melakukan pendekatan terhadap Jepang, mereka yg ditahan akhirnya dilepaskan.
Di antara tentara yg dibawa ke Bogor adalah Mayor Wibowo.
Mereka di interogasi oleh Sekutu, tapi tidak ditemukan bukti-bukti bahwa mereka itu bersalah, lalu dilepaskan.

Ketika acara pemakaman kembali itu tampak hadir sejumlah pejabat dan keluarga korban.
Haji Agus Salim kehilangan anaknya, Taruna Sjewket Salim, sedangkan R.Margono Djojohadikusumo, pendiri BNI 1946 itu kehilangan dua putranya yaitu Lettu Soebianto, dan Taruna Soejono.

Bagi Taruna Akabri yg akan dilantik oleh Presiden, mereka terlebih dahulu mengunjungi Taman Makam Pahlawan Tangerang.
Secara tidak langsung itulah awal pengakuan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) terhadap Taman Makam Pahlawan Tangerang.
Taruna Akabri sering mengadakan upacara renungan suci di sana.
Sebagai bukti nyata, hari Sabtu tanggal 25 Januari 1986 diadakan upacara peringatan ke 40 Peristiwa Lengkong di Taman Makam Pahlawan tsb.

Dari peristiwa tragis yg merengut nyawa para pejuan itu saya memperoleh cerita, dalam saku Lettu Soebianto Djojohadikusumo yg tewas ditemukan notes yg berisi seuntai sajak Henriette Rolang Holst.
Sajak itu tertulis dalam bahasa Belanda;

Wij zijn de bouwers van de tempel niet
Wij zijn enkel de sjouwers van de stenen
Wij zijn het geslacht dat moest vergaan
Opdat een betere oprijze uit onze graven

Sajak itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rosihan Anwar, yg kini terukir di pintu gerbang Taman Makam Pahlawan Taruna, Tangerang.
Sajak yg menjadi saksi bisu itu berbunyi;

Kami bukan pembina candi
Kami hanya pengangkut batu
Kamilah angkatan yg mesti musnah
Agar menjelma angkatan baru
Di atas kuburan kami telah sempurna

Ketika terjadi Peristiwa Lengkong itu saya sendiri bertugas di Markas Besar TKR Yogyakarta sebagai ajudan Jenderal Didi Kartasasmita.
Kami menginap di Hotel Merdeka. Pada hari Sabtu malam tanggal 26 Januari 1946, di waktu Pak Didi sedang rapat, saya pulang ke hotel.
Di depan hotel saya bertemu dengan Pak Margono – ayah Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo.

”Saya baru saja dapat kabar ada kejadian di Lengkong,” ujar Pak Margono dengan wajah tegang.
”Maksud Pak Margono?” tanya saya belum mengerti.
”Banyak Taruna AMT yg tewas bertempur dengan Jepang di Lengkong. Daan Mogot tewas. Saya khawatir di antara yg tewas itu ada anak saya,” jelas Pak Margono berusaha tampak tenang.

Saya sangat terpukul mendengar tragedi itu.
Hari itu juga saya menghadap Pak Didi supaya diberi izin pulang ke Tangerang. Dari Yogyakarta ke Tangerang saya tempuh hampir seminggu.
Mencari kendaraan sungguh sulit.
Kadang-kadang saya harus menunggu truk yg lewat untuk mencari tumpangan.
Setiba di Tangerang, saya langsung ke kuburan Daan Mogot.
Tak dapat saya gambarkan bagaimana terharunya perasaan saya ketika itu.
Saya hanya mampu berbisik,”Daan, saya akan lanjutkan perjuanganmu.”

Saya kemudian menjadi Direktur AMT menggantikan posisi Daan Mogot.
Saya benar-benar kehilangan seorang sahabat.
Daan Mogot menghadap Sang Pencipta, sedangkan Zulkifli Lubis bertugas di luar negri.

Pada acara perpisahan dengan Taruna AMT bulang Maret 1946 diadakan paduan suara untuk mengenang para pejuang yg gugur di Lengkon.
Lagu yg dinyanyikan adalah Medan Lengkong.
Lagu tsb semula berjudul Wijaya Kusuma, yg digubah oleh Cornel Simanjuntak dari sajak Sanusi Pane.
Kemudian Rosjidi Imron, Taruna AMT yg gemar musik dan pernah menjadi anggota paduan suara Cornel Simanjuntak memodifikasi sajak Sanusi Pane sedemikian rupa menjadi lirik lagu Medan Lengkong.

Syair lagu yg menyentuh perasaan itu lengkapnya sebagai berikut;

Jauh di sana di balik tembok
Terletak taman pahlawan raya
Tewas berjuang di medan Lengkong
Untuk membela Nusa dan Bangsa
Selamat tinggal Ibunda
Selamat tinggal Ayahanda
Kupergi jauh ke sana
Mencari bahagia

Ternya di antara Taruna AMT ada yg berdarah seni.
Dan syair lagi di atas tentu akan menyentuh perasaan bagi mereka yg pernah terlibat dalam perjuangan, khususnya yg pernah mengenyam suka duka kehidupan di lingkungan AMT Tangerang.

Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang

1 Januari 1947

Dari RS. Charitas terjadi rentetan tembakan disusul oleh ledakan-ledakan dahsyat kearah kedudukan pasukan kita yang bahu membahu dengan� Tokoh masyarakat� bergerak dari pos di Kebon Duku (24 Ilir Sekarang) mulai dari Jalan Jenderal Sudirman terus melaju kearah Borsumij, Bomyetty Sekanak, BPM, Talang Semut.



2 Januari 1947

Diperkuat dengan Panser dan Tank Canggih Belanda bermaksud menyerbu dan menduduki markas Tentara Indonesia di Masjid Agung Palembang. Pasukan Batalyon Geni dibantu oleh Tokoh Masyarakat bahu membahu memperkuat barisan mengobarkan semangat jihad yang akhirnya dapat berhasil mempertahankan Masjid Agung dari serangan sporadis Belanda. Pasukan bantuan belanda dari Talang Betutu gagal menuju masjid agung karena disergab oleh pasukan Lettu. Wahid Luddien sedangkan pada hari kedua Lettu Soerodjo tewas ketika menyerbu Javache Bank. Diseberang ulu Lettu. Raden. M menyerbu kedudukan strategis belanda di Bagus Kuning dan berhasil mendudukinya untuk sementara. Bertepatan dengan masuknya pasukan bantuan kita dari Resimen XVII Prabumulih



3 Januari 1947

Pertempuran yang semakin sengit kembali memakan korban perwira penting Lettu. Akhmad Rivai yang tewas terkena meriam kapal perang belanda di sungai seruju. Keberhasilan gemilang diraih oleh Batalyon Geni pimpinan Letda Ali Usman yang sukses menhancurkan Tiga Regu Kaveleri Gajah Merah Belanda. Meskipun Letda Ali Usman terluka parah pada lengan.

Pasukan lini dua kita yang bergerak dilokasi keramat Candi Walang (24 Ilir) menjaga posisi untuk menghindari terlalu mudah bagi belanda memborbardir posisi mereka. Sedangkan pasukan Ki.III/34 di 4 Ulu� berhasil menenggelamkan satu kapal belanda yang sarat dengan mesiu. Akibatnya pesawat-pesawat mustang belanda mengamuk dan menghantam selama 2 jam tanpa henti posisi pasukan ini.

Pada saat ini pasukan bantuan kita dari Lampung, Lahat dan Baturaja tiba dikertapati namun kesulitan memasuki zona sentral pertempuran diareal masjid agung dan sekitar akibat dikuasainya Sungai Musi oleh Pasukan Angkatan Laut Belanda.

Pasukan Indonesia Menyebrangi Sungai Musi untuk Membantu Posisi Front

4 Januari 1947

Belanda mengalami masalah amunisi dan logistik akibat pengepungan hebat dari segala penjuru oleh tentara dan rakyat, sedangkan tentara kita� mendapat bantuan dari Tokoh masyarakat dan pemuka adat yang mengerahkan pengikutnya untuk membuka� dapur umum dan lokasi persembunyian serta perawatan umum.

Pasukan� Mayor Nawawi� yang mendarat di keramasan terus melaju ke pusat kota melalui jalan Demang Lebar Daun. Bantuan dari pasukan ke masjid agung terhadang di Simpang empat BPM, Sekanak, dan Kantor Keresidenan oleh pasukan belanda sehingga bantuan belum bisa langsung menuju kewilayah charitas dan sekitar.



5� Januari 1947

Pada hari ke Lima panser belanda serentak bergerak maju kearah Pasar Cinde namun belum berani maju karena perlawanan sengit dari Pasukan Mobrig kita pimpinan Inspektur Wagiman dibantu oleh Batalyon Geni. Sedangkan pasukat belanda dijalan merdeka mulai sekanak tetap tertahan tidak mampu mendekati masjid agung. Akibat kesulitan tentara belanda dibidang logistik dan kesulitan yang lebih besar pada pihak kita pada bidang amunisi akhirnya dibuat kesepakatan untuk mengadakan Cease Fire.

Perundingan Cease Fire



Pasukan dari Kebun Duku diperintahkan untuk menyerang Jalan Jawa lama dan 11 Siang telah menyusun barisan berangkat ke kenten. Tiba-tiba dalam perjalanan Kapal Belanda menembaki rumah sekolah yang dihuni oleh Batalyon Geni dan Laskar Nepindo sehingga pihak kita mengalami banyak kerugian dan korban jiwa.

Dalam Cease Fire TKR dan laskar serta badan-badan perlawanan rakyat diperintahkan mundur sejauh 20 KM dari kota palembang atas perintah Komandan Divisi II Kolonel Bambang Utoyo. Sedangkan dikota palembang hanya diperbolehkan pasukan ALRI dan unsur sipil dari RI yang tinggal.

AGRESI MILITER BELANDA

Agresi Militer Belanda
Agresi militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh Belanda kepada Negara Republik Indonesia. Kurang lebih satu bulan setelah kemerdekaan Indonesia, tentara sekutu datang ke Indonesia. Dalam pendaratannya di Indonesia, tentara sekutu diboncengi NICA. Selain bermaksud melucuti tentara Jepang, tentara sekutu membantu NICA mengembalikan Indonesia sebagai jajahannya. dengan bantuan sekutu, NICA ingin membatalkan kemerdekaan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak mau dijajah lagi. Rakyat Indonesia tidak mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan kemerdekaannya, kecuali dengan bertempur sampai titik darah penghabisan. Di sebagian besar wilayah Indonesia, tentara Sekutu dan NICA harus menghadapi perlawanan pejuang-pejuang Indonesia. Perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, menyadarkan tentara Sekutu bahwa bangsa Indonesia tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan senjata. Sekutu menempuh cara lain, yaitu mempertemukan Indonesia dan Belanda di meja perundingan. Perundingan dilaksanakan tanggal 10 November 1946 di Desa Linggarjati sebelah selatan Cirebon, Jawa Barat. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Linggarjati. Hasil perundingan dinamakan Persetujuan Linggarjati.

Perundingan ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan Republik Indonesia. Kedaulatan tersebut meliputi wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra. Belanda ternyata melanggar isi Persetujuan Linggarjati. Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan militer ke daerah-daerah yang termasuk wilayah RI. Serangan tersebut terkenal dengan nama Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda I bertujuan menguasai daerah-daerah perkebunan dan pertambangan. Daerah-daerah tersebut antara lain Sumatra Timur, Sumatra selatan, Priangan, Malang dan Besuki.

Menghadapi serangan Belanda itu, rakyat berjuang mempertahankan tanah airnya. Rakyat melakukan taktik perang gerilya. Perang gerilya yaitu taktik perang menyerang musuh yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) berusaha menengahi pertikaian Indonesia dengan Belanda. PBB membentuk komisi perdamaian. Komisi itu beranggotakan tiga negara, yaitu Australia, Belgia, dan Amerika serikat. Komisi itu disebut Komisi Tiga Negara (KTN). Berkat usaha Komisi Tiga Negara, Indonesia dan Belanda kembali ke meja perundingan. Perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947 di atas kapal perang Amerika Serikat. Kapal tersebut bernama USS Renville. Hasil perundingan tersebut dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan delegasi belanda dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.

Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia. Salah satu isi Perjanjian Renville adalah Republik Indonesia harus mengakui wilayah yang telah direbut Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda adalah serangan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda kepada Indonesia untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948. Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II. Agresi Militer Belanda II bertujuan menghapuskan pemerintahan RI dengan menduduki kota-kota penting di Pulau Jawa. Dalam Agresi Militer II, pasukan Belanda menyerang Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta dan menahan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa pejabat tinggi negara. Rakyat Indonesia pantang menyerah. Dengan semboyan sekali merdeka tetap merdeka, rakyat berjuang sampai titik darah penghabisan. Rakyat tetap melakukan perang gerilya. Aksi militer Belanda tersebut menimbulkan protes keras dari kalangan anggota PBB. Oleh karena itu, Dewan keamanan PBB mengadakan sidang pada tanggal 24 Januari 1949, dan memerintahkan Belanda agar menghentikan agresinya. Belanda di bawah Dewan Keamanan PBB meninggalkan Yogyakarta serta membebaskan presiden, wakil presiden dan pejabat tinggi negara yang ditawan.
B. Menghargai Jasa Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan
1. Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda
Untuk menengahi pertikaian antara Indonesia dan Belanda, PBB membentuk komisi baru yang diberi nama UNCI (United Nation Commision for Indonesia). Berkat peranan UNCI Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan. Delegasi Indonesia diketuai Mr. Moh Roem. Delegasi Belanda diketuai Dr. Van Royen. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Roem-Royen. Salah satu keputusan perundingan Roem-Royen adalah akan diselenggarakannya Koferensi Meja Bundar (KMB).

Untuk menghadapi KMB diadakan Konferensi Inter Indonesia. Konferensi tersebut dimaksudkan untuk mempertemukan pandangan wakil Republik Indonesia dengan wakil BFO. BFO merupakan organisasi yang terdiri atas pemimpin negara-negara bagian atau negara-negara kecil yang ada di Indonesia. Negara-negara bagian tersebut timbul karena adanya politik devide et impera. Politik devide et impera adalah politik memecah belah. Bagian-bagian wilayah Indonesia yang diduduki Belanda dipecah-pecah sehingga timbul negara-negara kecil (negara boneka). Sesudah berhasil menyelesaikan masalah dalam negeri melalui Konferensi Inter Indonesia, bangsa Indonesia siap menghadapi KMB. Pada tanggal 23 Agustus 1949 dibuka di Den Haag, Belanda. Delegasi RI dipimpin Drs. Moh. Hatta. Delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak. Delegasi Belanda dipimpin Mr. J.H. Van Marseveen. Sedangkan PBB diwakili Chritclev. Pada tanggal 2 November 1949 dilakukan upacara penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan. Upacara tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan di Indonesia dan di Belanda. Dengan peristiwa tersebut secara resmi Belanda mengakui kedaulatan bangsa Indonesia di seluruh wilayah bekas jajahannya. Di Den Haag naskah penyerahan ditandatangani Drs. Moh. Hatta mewakili Indonesia dan Ratu Juliana mewakili Belanda.

Palagan Ambarawa

PALAGAN AMBARAWA

1. Pendahuluan. Kekalahan Jepang yang sangat dramatis pada Perang Dunia II dengan dijatuhkannya bom atom di Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945 menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Kondisi ini mengakibatkan adanya kekosongan kekuasaan di Indonesia Sehingga pada saat yang sangat tepat bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Proklamasi kemerdekaan yang ditandatangani Soekarno – Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 memungkinkan terbentuknya infrastruktur pemerintahan Republik Indonesia. Dalam bidang keamanan dan pertahanan Negara pada tanggal 5 Oktober 1945 dibentuklah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat Kolonel Soedirman memimpin Divisi V untuk wilayah karesidenan Banyumas dan Kedu.

Pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu mendarat di Semarang di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel. Kedatangan mereka mengemban misi untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Namun rakyat tetap waspada karena kedatangan mereka diboncengi NICA ( Netherlands Indische Civil Administration).

Setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Jawa tengah Mr. Wongsosonegoro untuk melaksanakan misinya dengan catatan tidak mengganggu kedaulatan RI, maka tentara sekutu kemudian bergerak masuk ke Magelang dan Ambarawa.
2. Pertempuran Awal. Dalam melaksanakan misinya ternyata tentara Sekutu melampaui batas kewenangannya sehingga mengganggu kedaulatan Negara Republik Indonesia. Mereka membebaskan dan mempersenjatai para bekas tawanan perang Belanda dan bertindak sewenang – wenang terhadap rakyat, sehingga menimbulkan amarah rakyat Indonesia. Insiden bersenjatapun timbul di kota Magelang hingga menjadi pertempuran.

Di Magelang tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti TKR dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara sekutu dari segala penjuru. Suasana yang panas ini kemudian berhasil diredam oleh Presiden Soekarno, dan kemudian secara diam-diam tentara sekutu tanggal 21 Nopember 1945 meninggalkan kedudukannya di Magelang untuk mundur ke Ambarawa.

Akibat peristiwa tersebut, Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) di bawah pimpinan Oni Sastrodiharjo yang oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta. Tentara Sekutu kemudian dihadang kembali oleh Batalyon I Suryosumpeno di Ngipik.

Pada saat pengunduran tersebut, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. TKR Resimen 18 di bawah Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut. Dalam suatu pertempuran yang terjadi di desa Kelurahan tanggal 27 Nopember 1945 Letnan Kolonel Isdiman Gugur.
Gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, mengharuskan Kolonel Soedirman Komandan Divisi V turun ke medan laga Koordinasi secara intensif terus dilaksanakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin diperketat. Sejak saat itu perlawanan terhadap sekutu mulai terkonsentrasi di bawah satu komando Soedirman.

Untuk menghadapi tentara sekutu yang lebih Superior maka Kolonel Soedirman kemudian menyusun rencana untuk mengadakan serangan umum merebut Ambarawa merealisasikan rencana tersebut, tanggal 11 Desember 1945 malam hari para komandan sektor baik dari kesatuan TKR maupun kelaskaran dipanggil untuk membicarakan serangan yang akan digelar.

3. Pertempuran yang menentukan. Tanggal 11 Desember 1945 malam hari, di sebuah rumah penduduk desa kelurahan Ambarawa, para komandan sektor pertempuran dan komandan kelaskaran berkumpul. Mereka mendengarkan instruksi dari Komandan Divisi V Kolonel Soedirman tentang rencana serangan yang akan digelar. Instruksi itu sebagai berikut :

“Ambarawa harus kita rebut dengan serangan serentak Karena Ambarawa merupakan kunci bagi mereka untuk menguasai seluruh Jawa tengah dan Jogjakarta. Ini akan membahayakan posisi Republik. Kita akui terus terang bahwa kita kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi keadaan semacam ini tidak menghambat kita, atau mengurangi hasrat kita untuk mempertahankan negara kita. Kami sudah menentukan suatu siasat, yaitu pendadakan serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang.Komandan penyerangan dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari badan perjuangan sebagai barisan belakang. Serangan dimulai besok pagi pukul 04.30. Selamat berjuang, Allah SWT bersama kita, Amin. Merdeka ! ".
Taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang merupakan tata yudha klasik yang pernah digelar pada jaman Majapahit, kemudian digelar kembali oleh Kolonel Soedirman untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa.

Tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 letusan karaben mitralyurpun menyalak memecah keheningan mengisyaratkan serangan umum pembebasan Ambarawa sudah dimulai. Pertempuran yang dipimpin langsung Kolonel Soedirman itupun kemudian berlangsung dengan sangat sengitnya.

Prajurit-prajurit kita yang gagah perkasa terus maju dari segenap penjuru, bagai banteng ketaton patriot-patriot itu terus menyerbu menerkam musuh, menggagahi tank-tank dan ranjau-ranjau sambil menembus hujan peluru senjata musuh dengan tekad bulat “Rawe-rawe rantas malang –malang putung "membebaskan kota Ambarawa atau gugur sebagai bangsa.

Pasukan-pasukan yang mendapat perintah menguasai jalan besar Ambarawa – Semarang telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Jalan itupun kemudian dipertahankan agar pengepungan atas musuh dalam kota Ambarawa dapat dilaksanakan dengan sempurna. Pasukan – pasukan itupun kemudian memasang barikade – barikade serta menerjang setiap konvoi musuh yang pergi dan datang dari arah Ambarawa - Semarang.

Satu setengah jam dari awal penyerbuan, pasukan – pasukan kita sudah berhasil menghimpit dan mengepung musuh di dalam kota Ambarawa. Bagi Sekutu ( Inggris ) hanya tinggal satu jalan ke luar, yaitu jalan besar Ambarawa – Semarang. Pergelaran serangan umum di Ambarawa itu berupa pendobrakan oleh pasukan-pasukan pemukul dari arah selatan dan barat ke timur menuju ke arah Semarang. Bersamaan dengan pendobrakan tersebut, diikuti gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya gerakan "Supit Urang " sedang menjepit mangsanya yang ujung – ujungnya bertemu di bagian luar kota arah Semarang.

Empat hari empat malam serangan yang heroik itu berlangsung, menggempita di seluruh kota Ambarawa. Desing peluru dan gema ledakan serta asap mesiu terus mewarnai udara Ambarawa sepanjang waktu. Semangat bertempur pasukan-pasukan kita terus bertambah berkat keberhasilan – keberhasilan yang telah dicapai, sebaliknya moril musuh semakin menipis, Persediaan amunisi mereka semakin menipis, bantuan yang mereka harapkan tak kunjung tiba karena jalur perhubungan lewat darat maupun udara terputus. Semakin hari mereka dicekam oleh rasa panik dan putus asa.

Setelah beberapa waktu lamanya mereka berada di front pertempuran, akhirnya mereka sampai kepada keputusan harus meninggalkan Ambarawa, merekapun kemudian mengadakan persiapan untuk menerobos pasukan TKR untuk menuju ke Semarang. Pada tanggal 15 Desember 1945 dengan tergopoh-gopoh tentara sekutu mundur ke luar kota Ambarawa tanpa sempat menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Mereka dilabrak terus dan diusir oleh pasukan pemukul kita sampai ke luar kota Ambarawa

4. Penutup. Peristiwa palagan Ambarawa merupakan peristiwa penting karena merupakan peristiwa pertempuran yang pertama kali dimenangkan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Peristiwa tersebut menjadi momentum bersejarah dalam pergelaran militer dengan gerak taktik pasukan darat. Kemenangan yang gemilang dalam palagan Ambarawa tersebut, selanjutnya setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri dan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tahun 1999 diabadikan menjadi " Hari Juang Kartika ".

Minggu, 06 Februari 2011

Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Sekutu di Berbagai Daerah

Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Sekutu di Berbagai Daerah
Kemerdekaan yang telah diperoleh dengan perjuangan dan pengorbanan seluruh bangsa Indonesia ternyata belum diakui oleh kolonial Belanda. Mereka masih menghendaki Indonesia menjadi daerah jajahanya. Mereka tidak mau meninggalkan Indonesia sehingga terjadilah perlawanan rakyat Indonesia di beberapa daerah.
a. Insiden Bendera di Surabaya
Pada tanggal 19 September 1945, di Surabaya, tepatnya di Hotel Yamato, jalan tunjungan terjadi Insiden Bendera. Belanda dengan sengaja mengibarjkan bendera Merah Putih Biru di atas gedung itu sehingga menimbulkan kemarahan para pemuda Surabaya dan sekitarnya. Dengan keberanian dengan dilandasi cinta terhadap Republik Indonesia, para pemuda segera menurunkan bendera itu, warna birunya disobek, kemudian bendera dikibarkan kembali sebagai Sang Saka Merah Putih.
Dalam insiden tersebut, ribuan pemuda dan rakyat memberikan semangat di halaman hotel.pihak belanda kewalahan menghadapi menghadapi semangat rakyat yang terlalu kuat untuk dilawan. Rakyat menyadari bahwa kemerdekaan menuntut pengorbanan, smangat patriotisme dan tanpa pamrih. Oleh karena itu, peristiwa ini selalu dikenang dan diingat seluruh bangsa Indonesia.
b. Pertempuran Lima Hari di Semarang
konflik bersenjata antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang di Semarang terjadi tanggal 14 Oktober 1945. Perristiwa ini dikenal sebagai pertempuran Lima Hari. Pertempuran ini bermula dari kecurigaan kedua belah pihak, yaitu atas pertimbangan keamanan, para tawanan sipil Jepang di Pabrik Gula Cepiring (30 km sebelah barat Semarang), akan dipindahkan ke Semarang. Para tawanan Jepang memberontak kepada polisi Indonesia dan berhasil melarikan diri untuk bergabung dengan pasukan Kido Butai di Jatingaleh.
Sementara itu, terjadi desas-desus bahwa cadangan air minum di Candibaru telah diracuni. Mereka saling menuduh sehingga semakin memperuncing keadaan. Keadaan ini diperuncing dengan meninggalnya Kepala laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat Purusara, dr. Karyadi di jalan Pandanaran.
Dini hari 15 Oktober 1945, Pasukan Kido Butai bergerak ke Semarang. Pasukan istimewa Jepang ini dihadapi oleh BKR dan pemuda Indonesia. Walaupun yang dihadapi rakyat Indonesia adalah tentara istimewa Jepang, rakyat Indonesia tak gentar karena memiliki semangat dan dorongan untuk mempertahankan kemerdekaan dan membela kemerdekaan.
Pertempuran paling seru dan paling banyak memakan korban di Simpang Lima(Tugu Muda). Pertempuran tersebut berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah diadakan perundingan antara pimpinan BKR dengan pimpinan pasukan Jepang.
BKR dari Yogya, Pati, Solo dan Pekalongan mengirimkan bantuan ke Semarang. Pertempuran makin sengit, tetapi akhirnya dapat berhenti lewat meja perundingan setelah para pemimpin Indonesia dating ke Semarang. Setelah perundingan selesai dan pertempuran berhenti, pada anggal 20 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Semarang. Mereka menawan dan melucuti pasukan Jepang
c. Peristiwa Bojongkokosan (Sukabumi)
Semangat juang para pemuda/pejuang Indonesia di Jawa Barat tetap berkorbar dan tidak pernah padam dalam menghadapi kekuatan sekutu., meskipun persenjataan sekutu lebih lengkap dan modern. Pada tanggal 19 Desember 1945 para pejuang/ TKR yang diperkirakan membawa 50 pucuk senjata api melakukan pemasangan barikade, kemudian mengepung konvoi sekutu sekitar jembatan Bojongkokosan (Sukabumi).
Dalam pertempuran tersebut, salah seorang pejuang berhasil menenmbak seorang perwira sekutu yang sedang member komando di atas tank hingga jatuh tersungkur ke tanah. Untuk mengenang keberhasilan parar pejuang dalam mengepung pasukan di jembatan Bojongkokosan ini, maka peristiwa ini diberi nama Peristiwa Bojongkokosan.

Rabu, 02 Februari 2011

KEPULAUAN GALAPAGOS

KEPULAUAN GALAPAGOS
Kepulauan Galapagos adalah
sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 13 pulau-pulau berapi dan berbatuan yang terletak di Samudra Pasifik sekitar 1.000 kilometer sebelah barat pesisir Amerika Selatan.
Pulau tertuanya berusia sekitar 4 juta tahun dan yang termuda masih dalam proses pembentukan. Galapagos merupakan salah satu daerah gunung berapi yang paling aktif di dunia.
Galapagos terkenal karena jumlah spesies endemisnya yang besar dan penelitian yang dilakukan Charles Darwin yang membawanya menemukan teori seleksi alam.
Kepulauan ini dibagi menjadi dua belahan, utara dan selatan khatulistiwa. Garis khatulistiwa melewati bagian utara pulau terbesar, Isabela.
Galapagos ditetapkan sebagai cagar alam pada tahun 1959, melindungi 97,5% wilayah kepulauan ini. Sisanya diberikan kepada pemukiman manusia yang sudah ada pada waktu itu. Sekitar 1.000 hingga 2.000 orang tinggail disana. Pada tahun1972 sebuah sensus dilakukan dan sejumlah 3.488 jiwa tercatat. Hingga 1980-an, jumlah ini telah meningkat hingga 15.000 orang.
Pada tahun 1986 lautan di sekitarnya dinyatakan sebagai cadangan kelautan. UNESCO menetapkan Galapagos sebagai Situs Warisan Dunia pada 1978.

Pertahanan sepakbola

PERTAHANAN SEPAK BOLA
A. Ketrampilan Gerak Dasar Permainan
Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut, agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan.
Keberhasilan tim sepak bola selain ditentukan ketrampilan masing-masing individu pemain juga ditentukan oleh ketepatan formasi dalam taktik bertahan dan menyerang. Dalam hal ini akan dibicarakan tentang pola bertahan. Ada dua macam pola bertahan, yaitu memmpertahankan daerah (zona defence) dan satu lawan satu (man to man marking).
Tujuan pertahanan sendiri adalah merampas bola dan membersihkan bola dari daerah
berbahaya sehingga selamat dari kemungkinan kemasukan bola / gol.
B. Strategi Dasar Bertahan (Devensif Strategy)
1. Mengoper, Menghentikan, dan Menggiring bola dengan teman
Untuk latihan ini minimal diperlukan satu orang teman, caranya buat formasi dua berjajar
dengan teman sebelahnya kira-kira berjarak 4-5 meter.
2. Teknik Menyundul Bola
Menyundul bola dapat digunakan untukpassing untuk menembak ke gawang dan untuk bertahan. Walaupun suatu usaha yang nyata di dalam permainan sepak bola untuk tetap memelihara dengan bola selalu rendah tetapi bola-bola yang tinggi juga merupakan taktik yang berguna di dalam situasi yang berbeda.
Demikianlah pemain-pemain tidak akan dapat menghindari bermain tanpa menyundul bola. Pemain belakang harus ahli dalam hal menyundul bola ini. Sebaliknya sewaktu menyundul bola diarahkan ke bawah, terutama kalaupassing dan menembak ke arah atas gawang. Hal ini karena memudahkan kawannya untuk mengontrol bola dan lebih menyulitkan penjaga gawang. Menyundul bola dapat dilakukan dengan sikap berdiri di tempat atau dengan melompat. Melompat dapat dilakukan dengan atau tanpa awalan. Menyundul bola adalah gerakan dari seluruh badan, oleh karena itu yang perlu diperhatikan di dalam menyundul bola ialah penggunaan dari sekelompok otot-otot besar dari tubuh. Otot-otot leher ditegangkan dan dahi bagian kepala yang kontak dengan bola. Menurut anatomi dahi adalah daerah yang paling menguntungkan untuk menyundul bola. Karena di samping mempunyai daerah yang relatif luas sehingga ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan, juga tidak akan merasa sakit.

Hukum tajwid

HUKUM TAJWID


QALQALAH

QALQALAH SUGHRA

Lantunan yang paling rendah. Apabila huruf Qalqalah terletak di pertengahan kalimah.

Tanda : Huruf Qalqalah sukun terdapat di pertengahan kalimah.



QALQALAH KUBRA

Lantunan yang sederhana iaitu pertengahan. Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah yang berada di hujung kalimah dan huruf tersebut tidak bersabdu (bertasydid). Sukun pada huruf Qalqalah di sini adalah 'aridh yang disebabkan wakaf (berhenti) padanya.

Tanda : Wakaf pada huruf Qalqalah yang tidak bersabdu.





QALQALAH AKBAR

Lantunan yang paling kuat. Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah yang berada di hujung kalimah dan huruf tersebut bersabdu (bertasydid). Sukun pada huruf Qalqalah di sini merupakan sukun yang 'aridh (mendatang) disebabkan wakaf (berhenti) padanya.

Tanda : Wakaf pada huruf Qalqalah yang bertasydid.



















NUN SAKINAH DAN TANWIN
IQLAB
Dari sudut bahasa: Menukarkan sesuatu kepada sesuatu.
Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Menukarkan lafaz sesuatu huruf kepada huruf yang lain.

Apabila Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan huruf Iqlab iaitu Ba', maka hendaklah ditukarkan Nun Sakinah atau Tanwin kepada Mim dengan disertai suara "Ghunnah" (dengung) dengar kadar panjang dua harakat. Sebab ditukarkan Nun Sakinah dan Tanwin kepada Mim tidak kepada huruf-huruf yang lain kerana Mim dan Ba' ada persamaan antara makhraj dan sifatnya.
• Makhraj Mim dan Ba' pada antara dua bibir.
• Sifat yang sama antara Mim dan Ba' pula ialah Jahar, Istifal, Infitah, Idzlaq dan Ghunnah

















IDGHAM

IDGHAM terbahagi kepada 2.
IDGHAM BILA GHUNNAH
Iaitu memasukkan tanpa dengung. Ia terdiri dari dua huruf iaitu Ra' dan Lam.
Apabila salah satu dari dua huruf tersebut bertemu dengan Nun Sakinah atau Tanwin dengan syarat di dalam dua kalimah yang berasingan, ia mestilah dibaca dengan Idgham Bila Ghunnah. Bacaan Idghamnya tidak disertai dengan Ghunnah (dengung).




IDGHAM MA'AL GHUNNAH

Apabila Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf-huruf Idgham Ma'al Ghunnah iaitu Ya', Wau, Mim dan Nun dalam dua kalimah. Maka ia dibaca dengan disertai ghunnah (dengung) dengan kadar 2 harakat.






IKHFA' HAQIQI

Dinamakan Ikhfa' Haqiqi kerana pada hakikatnya dibaca dengan Ikhfa' Nun Sakinah atau Tanwin pada kebanyakan huruf hijaiyyah. Ikhfa' Haqiqi ada tiga martabat (peringkat):
1. Martabat tertinggi: iaitu Ikhfa' Nun Sakinah atau Tanwin pada huruf To', Dal dan Ta' kerana makhrajnya paling hampir dengan Nun Sakinah.
2. Martabat pertengahan: iaitu Ikhfa' Nun Sakinah atau Tanwin pada huruf Tha', Jim, Dzal, Zai, Sin, Syin, Shad, Dhad, Zha' dan Fa' kerana makhrajnya di pertengahan (iaitu antara martabat tertinggi dengan martabat terendah) Nun Sakinah.
3. Martabat terendah: iaitu Ikhfa' Nun Sakinah atau Tanwin pada Qaf dan kaf kerana makhrajnya berjauhan dengan Nun Sakinah.
Perhatian: Ikhfa' Nun Sakinah juga berlaku pada huruf pembukaan surah seperti yang disenaraikan di bawah ini:
o Surah Maryam: 1
o Surah al-Syura: 2
o Surah al-Naml: 1 dan 2 (sekiranya dibaca wasal pada ayat 1 dan 2).
Bunyi ghunnah atau dengung bagi hukum Ikhfa' Haqiqi ada dua keadaan:
o Tafkhim (sekiranya Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan huruf-huruf Ikhfa' yang bersifat isti'la' seperti huruf Shad, Dhad, To', Zha', dan Qaf).
o Tarqiq (sekiranya Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan huruf-huruf Ikhfa' yang tidak bersifat isti'la' iaitu selain dari huruf-huruf yang telah disebutkan di atas).




MIM NUN BERSABDU
MIM BERSABDU

Mim bersabdu pada asalnya terdiri dari dua Mim, pertama sukun dan kedua berbaris. Mim Sukun dimasukkan ke dalam Mim yang berbaris sehingga kedua-duanya membentuk satu huruf yang bersabdu. Hukum Mim yang bersabdu adalah wajib dibaca secara Ghunnah (menzahirkan dengungnya) dengan kadar dua harakat.




NUN BERSABDU

Nun yang bersabdu pada asalnya terdiri dari dua huruf Nun, iaitu huruf yang pertama sukun dan yang kedua berbaris










HUKUM MAD
MAD FAR'IE
Mad Far'ie terbahagi kepada 8.

Mad 'Aridh Lil Sukun

Dinamakan Mad 'Aridh Lil Sukun kerana terdapat sukun yang mendatang selepas huruf Mad ketika waqaf.
Dibaca 2 harakat kerana pada asalnya ia adalah Mad Asli, dibaca 4 harakat (iaitu martabat pertengahan bagi kadar Mad) kerana seumpama berhimpun dua huruf sukun serta meraikan keadaan asal dan dibaca 6 harakat kerana menyerupai Mad Lazim.



Mad Badal

Mad Badal ialah huruf Hamzah berada sebelum huruf Mad di dalam satu kalimah dan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad.
Ia dinamakan dengan Mad Badal kerana Huruf Mad tersebut adalah gantian daripada Hamzah.
Huruf Hamzah kedua ditukar kepada huruf Mad mengikut baris huruf Hamzah pertama untuk meringankan bacaan. Mad Badal terjadi dalam 4 keadaan:
a. Mad Badal yang terjadi ketika permulaan dan wasal.
b. Mad Badal yang terjadi ketika wasal sahaja.
c. Mad Badal yang terjadi ketika waqaf sahaja.
d. Mad Badal yang terjadi ketika memulakan bacaan dengannya sahaja (ibtida').

Kadar bacaannya adalah 2 harakat.



Mad 'Iwad

Berlaku ketika wakaf pada akhir kalimah yang berbaris dua di atas kecuali pada huruf Ta' Marbutah.
Ia wajib dibaca dengan kadar 2 harakat kerana ia adalah Mad Tabi'ie yang terjadi kerana waqaf.



Mad Jaiz Munfashil

Mad Jaiz Munfashil terjadi apabila Huruf Mad bertemu Hamzah dalam dua kalimah iaitu ketika wasal sahaja.
Dinamakan Mad Jaiz Munfashil kerana sebahagian daripada Imam-imam Qiraat membolehkan ianya dibaca lebih daripada kadar Mad Asli dan dinamakan Munfashil kerana Huruf Mad dan Hamzah berada di dalam dua kalimah yang berasingan.
Kadar harakatnya harus dibaca 4 atau 5 harakat. Mad Jaiz Munfashil ada dua keadaan dalam al-Quran berdasarkan kepada kaedah Resam al-Quran:
1. Mad Jaiz Munfashil Haqiqi iaitu kelihatan jelas terpisah antara Huruf Mad dan Hamzah dalam dua kalimah yang berpisah antara keduanya.
2. Mad Jaiz Munfashil Hukmi iaitu tidak kelihatan secara jelas Huruf Mad dan Hamzah berpisah dalam dua kalimah. Ia seolah-olah dalam satu kalimah. Keadaan ini berlaku pada dua situasi:
a. Ya' al-Nida' (kata seruan) apabila selepasnya ada kalimah yang dimulai dengan Hamzah.
b. Ha' Lil Tanbih apabila selepasnya terdapat Isim Isyara.



Mad Liin

Mad Liin terjadi apabila Huruf Liin bertemu dengan sukun yang mendatang ketika waqaf sahaja.
Ia boleh dibaca dengan kadar harakat 2, 4 dan 6.
Dinamakan Mad Liin kerana ia terjadi pada Huruf Lin dan boleh dibaca dengan kadar 2, 4 dan 6 kerana ia sebahagian daripada Mad 'Aridh Lil Sukun




Mad Silah Qasirah

Mad silah ialah Mad yang terdapat pada Ha' Dhomir.
Cara mengenalnya ialah apabila terdapat Ha' Dhomir pada akhir kalimah, sebelumnya terdapat huruf yang berbaris dan selepasnya juga terdapat huruf yang berbaris.

Mad Silah Qasirah ialah mad yang terdapat pada ha' dhomir iaitu selepas ha' tidak ada hamzah qat'ie.



Mad Silah Towilah

Mad silah ialah Mad yang terdapat pada Ha' Dhomir.
Cara mengenalnya ialah apabila terdapat Ha' Dhomir pada akhir kalimah, sebelumnya terdapat huruf yang berbaris dan selepasnya juga terdapat huruf yang berbaris.

Untuk mengenali Mad Silah Towilah, kita cuma perlu memerhatikan selepas ha' terdapat Hamzah Qat'ie




Mad Tamkin

Mad Tamkin berlaku apabila berhimpun dua Ya' pada satu kalimah. Ya' yang pertama mesti berbaris di bawah serta bertasydid dan Ya' yang kedua sukun.



Mad Asli

Mad Asli ialah Mad yang terjadi dengan sebab Huruf Mad. Ia juga dikenali dengan Mad Tabi'ie.
Mad Asli terjadi apabila:
a. Huruf Alif yang didahului dengan huruf yang berbaris atas.
b. Huruf Wau sukun yang didahului dengan huruf yang berbaris hadapan.
c. Huruf Ya' sukun yang didahului dengan huruf yang berbaris bawah.
Perhatian:
Dalam riwayat Hafs terdapat tujuh kalimah yang diakhiri dengan Alif dan dibaca panjang dengan kadar 2 harakat ketika waqaf sahaja sedangkan ketika wasal kalimah-kalimah ini dibaca dengan pendek tidak bermad.







HUKUM HAMZAH

PECAHAN HUKUM HAMZAH

Hamzah Qat'ie

Hamzah Qata' iaitu hamzah yang tetap bacaannya sama ada dimulakan dengannya atau sebaliknya. Hamzah ini dinamakan dengan Hamzah Qat'ie kerana hamzah ini mempunyai baris yang pasti atau tetap kewujudannya. Hamzah Qat'ie boleh menerima baris dan ditulis dengan nyata barisnya. Ia terdapat pada ketiga-tiga jenis kalimah iaitu isim (kata nama), Fe'el (kata kerja) dan harf (kata sendi). Hamzah Qat'ie yang datang pada kalimah ini menerusi tiga keadaan iaitu:
1. Awal kalimah sama ada hamzah itu berbaris atas, bawah atau hadapan.
2. Pertengahan kalimah sama ada hamzah berbaris atas, hadapan bawah atau sukun (mati).
3. Di hujung kalimah sama ada hamzah itu berbaris atas, bawah, hadapan atau sukun (mati).
Hamzah Qat'ie berubah daripada sifat asal dalam beberapa keadaan:
1. Dibaca secara tashil iaitu bacaan antara alif dan hamzah pada lafaz 'Aajami' surah Fussilat: 44.
2. Dibaca secara ibdal (iaitu ditukarkan kepada huruf mad) jika terdapat hamzah wasal sebelumnya dan dimulakan dengan hamzah wasal tersebut. seperti pada lafaz 'Utumina' surah al-Baqarah: 283
Kaedah penulisan Hamzah Qat'ie.
1. Apabila Hamzah Qat'ie berada di awal kalimah maka ia ditulis dengan huruf alif sebagai rumahnya sama ada hamzah itu berbaris atas, bawah atau hadapan.
2. Apabila Hamzah Qat'ie berada di tengah kalimah maka ada beberapa keadaan:
 Apabila hamzah qat'ie itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas maka ia ditulis dengan huruf alif sebagai rumahnya.
 Sekiranya hamzah qat'ie itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris bawah maka ia ditulis dengan huruf Ya' sebagai rumahnya.
 Sekiranya hamzah qat'ie itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris hadapan maka ia ditulis dengan huruf wau sebagai rumahnya.
 Sekiranya hamzah qat'ie itu berbaris dan huruf sebelumnya sukun kecuali alif maka ia ditulis bersendirian tanpa rumah.
 Sekiranya hamzah qat'ie itu berbaris atas maka ia ditulis dengan alif sebagai rumah.
 Sekiranya hamzah qat'ie itu berbaris bawah maka ia ditulis dengan huruf Ya' sebagai rumah.
 Sekiranya hamzah qat'ie itu berbaris hadapan maka ia ditulis dengan huruf wau sebagai rumah.
3. Apabila Hamzah Qat'ie berada di hujung kalimah, maka ada beberapa keadaan juga iaitu:
• Jika sebelum hamzah qat'ie tersebut huruf yang berbaris atas maka ia ditulis dengan huruf alif sebagai rumah.
• Jika sebelum hamzah qat'ie tersebut huruf yang berbaris bawah maka ia ditulis dengan huruf Ya' sebagai rumah.
• Jika sebelum hamzah qatie tersebut huruf yang berbaris hadapan maka ia ditulis dengan huruf wau.
2. Jika sebelum hamzah qat'ie tersebut huruf yang berbaris mati (sukun) maka ia ditulis bersendirian tanpa rumah.



Hamzah Wasal

Iaitu hamzah yang ditetapkan (dibaca) ketika memulakan bacaan dengannya dan tidak dibaca ketika bacaan bersambung. Ia hanya terdapat pada awal kalimah.

Tanda:
Hamzah wasal boleh menerima baris tetapi tidak ditulis akan barisnya secara nyata sebaliknya ia ditulis dengan huruf alif yang diletakkan kepala shad kecil di atasnya. Ia terdapat pada kalimah isim (kata nama) dan fi'il (kata kerja) sahaja



LAM TA'ARIF

PECAHAN LAM TA'ARIF

Alif Lam Syamsiah (Idgham Syamsi)

Alif Lam Syamsiah juga dikenali dengan Idgham Syamsi. Diidghamkan Lam Ta'rif apabila bertemu dengan mana-mana Huruf Syamsiah. Huruf Syamsiah ada 14 huruf iaitu Ta', Tha', Dal, Dzal, Ra'. Zai, Sin, Syin, Shad, Dhad, To', Zha', Lam dan Nun.

Idgham Syamsi terbahagi kepada dua bahagian:

1- Idgham Syamsi Bi Ghunnah (Idgham Syamsi dengan dengung):Ia terjadi apabila Lam Ta'rif diidghamkan pada Nun.
2- Idgham Syamsi Bila Ghunnah (Idgham Syamsi tanpa dengung):Ia terjadi apabila Lam Ta'rif diidghamkan pada Huruf-huruf Syamsiah selain Nun.







Sebab-sebab Idgham:

1- Lam Ta'rif dengan Lam adalah dua huruf yang sama pada makhraj dan sifat.
2- Lam dengan baki huruf Syamsiah yang lain adalah dua huruf yang mutaqariban.


Alif Lam Qamariah (Izhar Qamari)
Alif Lam Qamariah juga dikenali dengan Izhar Qamari. Diizharkan Lam Ta'rif apabila bertemu dengan mana-mana Huruf Qamariah. Huruf-huruf Qamariah itu ada empat belas huruf iaitu Ba', Jim, Ha', Kha', 'Ain, Ghain, Fa', Qaf, Kaf, Mim, Wau, Ha', Hamzah dan Ya'. Ia dinamakan Izhar Qamari kerana diizharkan Lam tersebut kepada Huruf-huruf Qamariah; manakala sebab ia Izhar ialah kerana Lam dan Huruf Qamariah adalah dua huruf Mutaba'idan.








MIM SAKINAH
IKHFA' SYAFAWI
• Apabila Mim Sakinah bertemu dengan huruf Ba', maka wajib dibaca dengan Ikhfa' dan ghunnah dengan kadar 2 harakat.
• Ia dinamakan Syafawi kerana Huruf Mim dan Ba' sama-sama keluar dari dua bibir.
• Ikhfa' Syafawi terdiri dari satu huruf iaitu Ba'.




IZHAR SYAFAWI
• Apabila Mim Sakinah bertemu dengan huruf-huruf Hijaiyyah selain dari huruf Ba' dan Mim maka hukum bacaannya adalah Izhar.
• Dibaca dengan tidak disertai ghunnah (dengung).
• Di namakan Izhar Syafawi kerana Mim makhrajnya di antara dua bibir.











TAFKHIM DAN TARQIQ

LAM LAFZUL JALALAH TARQIQ
Lam pada lafaz Allah: Dibaca dengan Tarqiq apabila didahului dengan huruf yang berbaris bawah



PECAHAN HUKUM RA'

Ra' Tarqiq

Ra' wajib dibaca dengan nipis di dalam lapan keadaan iaitu:
1. Ra' berbaris bawah sama ada di awal, tengah dan hujung kalimah.
2. Ra' berbaris kasrah 'Aridh (kasrah yang mendatang). Contoh: Surah Ibrahim: 44
3. Ra' sukun dan huruf sebelumnya berbaris bawah sama ada di tengah atau di hujung kalimah.
4. Ra' sukun, huruf sebelumnya berbaris bawah dan selepasnya Huruf Ist'ila' dalam kalimah yang berasingan. Contoh: Surah Nuh: 1
5. Ra' sukun 'Aridh kerana waqaf dan huruf sebelumnya juga sukun (selain daripada Ya', sama ada Ya' Mad atau Ya' Lin) dan huruf sebelumnya lagi berbaris bawah.
6. Ra' sukun 'Aridh kerana waqaf dan sebelumnya Ya' Mad.
7. Ra' sukun 'Aridh kerana waqaf dan sebelumnya Ya' Lin.
8. Ra' yang diimalahkan.





Reff: http://qump.bluehyppo.com/tafsir/tajwid.htm

Si Jalak Harupat alias Otto Iskandardinatta

Si Jalak Harupat alias Otto Iskandardinata
Otto Iskandardinatan mendapat julukan “Si Jalak Harupat” (burung jalak yang pemberani). Julukan tersebut didapatnya karena keberaniaanya dalam menentang segala kebijakan Belanda. Sewaktu menjadi anggota Voolksraad mewakili Paguyuban Pasundan, Otto Iskandardinata sering mengeluarkan kritikannya kepada pemerintah kolonia. Akhirnya, keanggoataannya dalam Voolksraad dicabut pada tahun 1935.
Otto Iskandardinata lahir pada 31 maret1897 di Bandung. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya, ia melanjutkan di Hoogere Kweekschool (HKS, Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Ia pernah berkecimpung di berbagai organisasi pergerakan nasional, seperti Budi Utomo dan Paguyuban Pasundan. Selain aktif dalam organisasi, ia juga aktif dalam bidang jurnalistik. Ia menerbitkan Koran Warta Harian Cahaya.
Karena pemikirannya, ia dipercaya menjadi anggota PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), Jawa Hokokai (BAdan Kebaktian Rakyat Jawa), Chuo Sangi In (Dewan Perwakilan Rakyat buatan Jepang). Ketika PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dibentuk, ia diangkat menjadi anggotanya. Dengan kapasitasnya sebagai anggota panitia, ia pun ikut menyusun UUD 1945

Selasa, 01 Februari 2011

Apa itu Graffiti

Apa itu Graffiti
pengertian Graffiti
Graffiti

Graffiti adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng (PILOX).

Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu.

Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin, graphium yang artinya menulis. Awalnya istilah itu dipakai oleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan-tulisan di bangunan kuno bangsa Mesir dan Romawi kuno.

Kisah Lobi Tujuh Kata Dasar Negara Indonesia

Mr. kasman Singodimejo
Kasman Singodimejo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada tanggal 25 Februari 1904. Gaya diplomasi Mr. Kasman Singodimejo yang terkenal dengan lobi tujuh kata dasar Negara Indonesia telah menghebohkan dan sekaligus menyelamatkan keutuhan bangsa. Ia dapat menyelesaikan ketidakpuasan golongan nonmuslim yang merasa dianaktirikan apabila tujuh kata itu tetap tercantum dalam piagam tersebut. Mereka mengancam memisahkan diri dengan wilayah RI. Kasman Singodimejo merupakan tokoh politik senior yang menjadikan islam sebagai dasar perjuangannya. Namun, ia jugalah yang pertama mengajak tokoh-tokoh muslim untuk bersedia menghapus tujuh kata dalam dasar Negara. Kasman pernah menjabat sebagai penasihat RI pada Konferensi Meja Bundar. Menjelang akhir hayatnya ia menjabat sebagai ketua Presedium Universitas Muhammadiyah. Kasman Singodimejo meninggal dunia di Jakarta pada 25 Oktober 1982. (Sumber. Ensiklopedia Indonesia)

jejak Hidup Drs. Mohammad Hatta

m-hatta.jpgDrs. Mohd. Hatta
Drs. Mohammad Hatta lahir dari keluarga ulama di Minangkabau, Sumatra Barat. Pada tahun 1921, Hatta muda pergi ke Belanda untuk belajar di Nederland Handelsxhogeschool. Pada tahun 1927, ia bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme. Di Belanda aktif dalam organisasi Indische Vereniging. Setelah kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia dan berusaha terus meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia. Mohammad Hatta pernah menyampaikan pidato yang berjudul Indonesia Free. Pada tahun 1945, saat bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, Mohammad Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI

Tattoo

Tato
1_tribal_celtic_ksTato  saat ini dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi, dan fashionable, sehingga memilikinya dianggap prestisius dan membanggakan. Tato, body painting, atau rajah adalah gambar atau symbol pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan symbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. Untuk memperindah body tubuh, sebagian orang rela mentato tubuhnya dengan berbagai gambar, seperti ular naga, burung, kupu-kupu, dan lain sebagainya.
Pengertian Tato
Secara bahasa, tato berasal dari kata “tatau” dalam bahasa Tahiti. Menurut Oxford Encyclopedic Dictionary - tattoo v.t. Mark (skin) with permanent pattern or design by puncturing it and inserting pigment; make (design) thus - n. Tattooing (Tahitian tatau). Dalam bahasa Indonesia, istilah tato merupakan adaptasi, dalam bahasa Indonesia tato disebut dengan istilah “rajah”.
Tato merupakan produk dari body decorating dengan menggambar kulit tubuh dengan alat tajam (berupa jarum, tulang, dan sebagainya), kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna-warni. Tato dianggap sebagai kegiatan seni karena di dalamnya terdapat kegiatan menggambar pola atau desain tato. Seni adalah “karya”, “praktik”, alih-ubah tertentu atas kenyataan, versi lain dari kenyataan, suatu catatan atas kenyataan”. Salah satu akibat dari dirumuskannya kembali kepentingan ini adalah diarahkannya perhatian secara kritis kepada hubungan antara sarana representasi dan obyek yang direpresentasikan, antara apa yang dalam estetika tradisional disebut berturut-turut sebagai “forma” dan “isi” karya seni.
Nilai seni muncul sebagai sebuah entitas yang emosional, individualistik, dan ekspresif. Seni menjadi entitas yang maknawi. Berkaitan dengan tato, ia memang dapat dikategorikan sebagai entitas seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat, dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai estetis, sederhana, bahagia, emosional, hingga individual dan subjektif